Menjadi orang tua memang tidak pernah mudah, apalagi menjadi single parent setelah perceraian atau kematian pasangan. Meski demikian, menjadi orang tua tunggal yang bahagia bukanlah hal mustahil. Kesiapan mental dan fisik, serta beberapa tips yang terangkum dalam artikel ini dapat membantu mewujudkannya.

Menjadi single parent jelas menuntut energi dan kesabaran ekstra, karena harus menjalankan peran untuk mengurus dan mendidik anak sekaligus sebagai pencari nafkah.

7 Kiat Menjadi Single Parent yang Bahagia - Alodokter

Saking banyaknya tugas yang diemban dan beban yang harus ditanggung, sebagian single parent kadang mengabaikan kesehatannya sendiri dan lupa untuk menjadi pribadi yang positif.

Padahal, kedua hal itu dapat menjadi kunci sukses menciptakan keluarga yang harmonis, serta membuat anak-anak tetap mendapatkan cukup kasih sayang, terdidik, dan memiliki masa depan yang baik. Untuk mewujudkannya, Anda harus terlebih dahulu berusaha menjadi seorang single parent yang bahagia.

Kiat untuk Menjalani Hidup sebagai Single Parent

Untuk menjadi single parent yang bahagia, bangun kesiapan diri dengan beberapa langkah berikut:

1. Berpikir positif

Meski sulit untuk dijalani, para single parent perlu tetap berpikir positif. Buang semua ketakutan, rasa bersalah, dan kekhawatiran akan masa depan yang belum pasti. Yakinlah bahwa situasi yang sulit ini dapat Anda lalui dan semua akan baik-baik saja.

2. Berikan pemahaman kepada anak

Jika perceraian adalah penyebab Anda menjadi single parent, jelaskan perlahan alasan Anda dan pasangan memutuskan untuk berpisah. Hindari cerita negatif dan gunakan kalimat positif yang dapat dimengerti oleh anak. Dengarkan setiap keluh kesah anak dan yakinkan ia bahwa Anda dan mantan pasangan tetap menyayangi dirinya.

3. Penuhi kebutuhan finansial

Agar kebutuhan finansial tetap bisa terpenuhi, carilah pekerjaan yang sesuai dengan bidang yang Anda geluti. Akan lebih baik jika pekerjaan tersebut memiliki waktu yang fleksibel, agar Anda bisa tetap fokus dalam mengasuh anak. Jika memungkinkan, sisihkan sebagian gaji untuk ditabung bagi keperluan anak jangka panjang.

4. Libatkan orang terdekat untuk membantu mengasuh anak

Menjadi single parent tidak lepas dari tekanan finansial yang mengharuskan Anda mencurahkan waktu untuk bekerja ekstra demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk itu, perlu ada kerja sama dengan mantan pasangan dalam hal tanggung jawab pengasuhan anak.

Jika perlu, jangan sungkan meminta orang-orang terdekat untuk membantu mengasuh anak dan merawat rumah, misalnya orang tua, saudara dekat, atau bahkan tetangga. Tidak ada salahnya juga untuk menggunakan jasa pengasuh anak atau pembantu rumah tangga, jika memang memungkinkan.

5. Atur waktu untuk “me time” bersama anak

Meski terasa sulit mengatur waktu saat menjadi single parent, cobalah untuk tetap menyempatkan “me time” bersama anak dengan melakukan hal-hal yang dia sukai.

Jadwalkan waktu khusus untuk bermain bersama anak, berbelanja, olahraga bersama, atau menonton film di bioskop. Hal ini berguna untuk memperkuat hubungan emosional Anda dengan anak.

6. Terapkan aturan rumah

Bangun suatu rutinitas dan usahakan agar anak menjalani kegiatan dengan jadwal yang teratur. Anda dapat menerapkan waktu makan, waktu bermain, serta jam tidur dan jam bangun pagi.

Jika anak sudah cukup dewasa, Anda dapat lebih melibatkannya dalam pekerjaan rumah sehari-hari, seperti menyapu atau menjemur pakaian.

7. Luangkan waktu untuk merawat diri

Sebagai single parent, jangan lupa juga untuk merawat diri sendiri. Jalani pola makan sehat dengan gizi seimbang, rutin berolahraga, dan istirahat yang cukup. Sesekali luangkan waktu untuk memanjakan diri, misalnya dengan pergi ke salon atau hangout barsama teman-teman.

Pada akhirnya, penting untuk menjadi bahagia dan tidak menyalahkan diri sendiri karena telah menjadi single parent. Yakinlah bahwa Anda tetap bisa memberikan yang terbaik untuk anak, meskipun sebagai orang tua tunggal.

Namun jika Anda merasa terlalu berat dan tertekan saat menjalani peran sebagai single parent, bahkan menyebabkan depresi atau gangguan kecemasan, sebaiknya konsultasikan kondisi ini ke psikolog untuk mendapatkan saran dan jalan keluar terbaik.