Anak berkebutuhan khusus pada dasarnya memiliki keinginan bermain yang sama dengan anak normal. Dengan bermain, anak juga bisa belajar untuk mengembangkan kemampuannya. Hanya saja, Anda harus lebih cermat dalam memilih mainan anak sesuai dengan kondisinya.

Anak berkebutuhan khusus merupakan istilah untuk anak dengan keterbatasan dalam aspek tertentu, mulai dari fisik, intelektual, perilaku, sosial, hingga emosional. Hal ini kerap membuat anak membutuhkan bantuan lebih untuk menjalani aktivitasnya.

Cermat Memilih Mainan untuk Anak Berkebutuhan Khusus - Alodokter

Meski memiliki sejumlah keterbatasan, anak berkebutuhan khusus juga senang bermain. Beberapa studi mengungkapkan bahwa bermain bisa mengembangkan potensi anak, termasuk anak berkebutuhan khusus, mulai dari kemampuannya berkomunikasi dan berpikir serta daya kreativitasnya.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengajak anaknya bermain atau memilih mainan yang tepat, terutama bila anak tergolong berkebutuhan khusus.

Berbagai Kelainan pada Anak Berkebutuhan Khusus

Ada beragam kelainan yang menyebabkan anak dapat dikatakan berkebutuhan khusus, yaitu memiliki kondisi medis atau penyakit tertentu, gangguan perilaku, gangguan tumbuh kembang, gangguan belajar atau disabilitas intelektual, hingga gangguan mental.

Berikut ini adalah beberapa jenis kelainan pada anak berkebutuhan khusus:

Tips Memilih Mainan untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Dalam memilih jenis mainan untuk anak berkebutuhan khusus, Anda perlu memastikan bahwa mainan tersebut sesuai dengan kondisi Si Kecil, aman digunakan, tidak mengandung bahan atau materi berbahaya, serta bisa menstimulasi kemampuan kognitif, motorik, dan sensoriknya.

Berikut ini adalah berbagai hal yang dapat Anda coba perhatikan saat memilih mainan untuk anak berkebutuhan khusus:

1. Menyesuaikan dengan usia

Pemberian jenis mainan perlu disesuaikan dengan usia Si Kecil agar dapat meningkatkan kemampuan sesuai dengan tahapan perkembangan di usianya. Berikut ini adalah rekomendasi jenis mainan yang sesuai dengan usia anak:

  • Usia 0–12 bulan: Mainan dengan warna yang menarik, mampu mengeluarkan suara, dan aman untuk digigit
  • Usia 1–2 tahun: Bebek karet, mainan berbentuk instrumen musik, dan puzzle
  • Usia 2–3 tahun: Boneka, mainan masak-masakan, dan mobil-mobilan
  • Usia 4–5 tahun: Mainan balok susun atau aktivitas melukis dan mewarnai
  • Usia 6–7 tahun: Mobil dengan kendali jarak jauh dan membuat aksesori dari manik-manik
  • Usia 8 tahun ke atas: Permainan papan, seperti scrabble dan monopoli, atau bersepeda

Penting untuk diketahui bahwa walau usianya sama, sebagian anak berkebutuhan khusus membutuhkan waktu untuk membiasakan diri dan memahami suatu mainan. Jadi, jenis mainannya tidak dapat selalu disesuaikan usianya, tetapi lebih ditekankan kepada aspek perkembangan apa yang ingin dilatih.

2. Menyesuaikan dengan kebutuhan anak

Selain usia, Anda juga perlu memilih mainan sesuai dengan kebutuhan Si Kecil, terutama bila ia berkebutuhan khusus, misalnya menderita sindrom Down, autisme, lumpuh otak, atau ADHD.

Anak dengan sindrom Down terkadang juga memiliki gangguan perkembangan saraf motorik halus. Oleh karena itu, mainan puzzle atau tanah liat yang dapat dibentuk sendiri bisa menjadi jenis mainan untuk melatih perkembangan aspek tersebut.

Anak autis yang mengalami kesulitan fokus membutuhkan mainan yang melibatkan interaksi, seperti mainan yang dapat mengeluarkan suara saat ditekan, mainan bersuara dengan karakter menarik, atau boneka binatang yang bisa bergerak.

Untuk anak penderita cerebral palsy atau lumpuh otak, Anda bisa memberikan mainan berukuran besar dan tidak mudah pecah, mengingat mereka sering kali mengalami gerakan kejang tak terduga. Mainan yang disarankan adalah mainan susun balok berukuran besar dari bantal atau boneka beruang berukuran besar.

Bagi anak dengan ADHD yang sulit berkonsentrasi, membutuhkan mainan yang bisa membuatnya fokus pada satu tujuan, seperti melukis dan mewarnai. Sedangkan untuk anak dengan keterbatasan fisik, Anda bisa memberikan mainan yang dapat menemaninya, seperti mainan anak anjing yang dapat bergerak.

3. Membatasi mainan elektronik

Anak sebenarnya boleh saja memainkan mainan elektronik, seperti gadget. Namun, penggunaannya perlu dibatasi. Bila digunakan secara berlebihan, dapat memengaruhi perkembangan anak, terutama anak dengan masalah perilaku, sosial, dan mental yang sulit mengatur emosi serta berkomunikasi.

Selain itu, mainan elektronik juga dapat memengaruhi perkembangan kecerdasan emosional, pola pikir dan daya ingat, serta membuatnya mengalami keterlambatan bicara.

Sebaiknya orang tua perlu membatasi waktu bermain anak dengan alat elektronik. Berdasarkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), berikut ini adalah rekomendasi durasi menatap layar (screen time) sesuai dengan usia anak:

  • Bayi hingga anak usia 2 tahun: Tidak dianjurkan
  • Anak usia 2–6 tahun: 2–3 jam, semakin sedikit lebih baik
  • Anak usia 6–12 tahun: 1–1,5 jam
  • Anak usia 12–18 tahun: 2 jam

Pastikan juga untuk selalu menemani anak saat bermain dengan gadget dan memilihkan konten yang tepat untuknya. Jangan lupa untuk mengajaknya berkomunikasi untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan berbicaranya.

Sebagai orang tua, Anda juga perlu mendukung dan memberikan Si Kecil semangat, yaitu dengan ikut bermain. Jangan hanya beri ia instruksi untuk memainkan mainan tersebut. Dengan begitu, hubungan Anda dan Si Kecil semakin kuat. Ia pun akan lebih nyaman dan tidak tertekan saat bermain.

Mainan seharusnya mampu mengembangkan kemampuan dan potensi anak. Oleh karena itu, bila Anda masih memiliki pertanyaan terkait jenis mainan yang tepat untuk anak berkebutuhan khusus, jangan ragu untuk menanyakannya ke dokter, ya.