Ebola adalah penyakit mematikan akibat infeksi virus. Penyakit ini bisa menyebabkan kerusakan organ serta perdarahan di dalam tubuh penderitanya. Meskipun penyakit ini jarang terjadi di luar wilayah endemis, tingkat kematian bila terjangkit virus ini sangat tinggi.

Hingga saat ini, belum ditemukan kasus Ebola di Indonesia. Namun, sikap waspada dan langkah pencegahan terhadap penyakit yang mewabah di benua Afrika ini tetap perlu dilakukan. Salah satunya adalah dengan menjaga kebersihan dan menerapkan pola hidup sehat setiap hari.

alodokter-ebola

Penyebab dan Penularan Ebola

Ebola disebabkan oleh kelompok Ebolavirus. Virus ini awalnya menyebar akibat kontak antara manusia dengan hewan yang terinfeksi, seperti kelelawar, monyet, gorila, atau simpanse. Selanjutnya, virus Ebola mneyebar antarmanusia.

Virus Ebola dapat menyebar melalui kontak langsung dengan virus, misalnya lewat luka terbuka di kulit, atau melalui selaput lendir di mata, hidung, mulut, atau dubur. Cara penularannya antara lain melalui:

  • Darah atau cairan tubuh dari penderita penyakit virus Ebola, seperti urine, air liur, keringat, tinja, muntah, ASI, cairan ketuban, dan air mani
  • Benda yang terkontaminasi cairan tubuh penderita, seperti pakaian, tempat tidur, jarum, dan peralatan medis
  • Air mani dari pria yang telah sembuh dari virus Ebola

Perlu diketahui bahwa penyebaran Ebola tidak semudah penyakit lain, seperti pilek, flu, atau campak. Virus Ebola juga tidak menular melalui udara atau melalui gigitan nyamuk.

Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan seseorang berisiko terkena virus Ebola, yaitu:

  • Bepergian ke negara yang memiliki kasus Ebola, seperti Sudan, Kongo, Liberia, Guinea, dan Sierra Leone
  • Bekerja sebagai petugas medis, terutama jika tidak menggunakan pakaian pelindung ketika merawat pasien Ebola
  • Bekerja sebagai peneliti hewan, terutama terhadap hewan primata yang didatangkan dari Afrika
  • Merawat penderita atau tinggal serumah dengan penderita virus Ebola
  • Mengurus pemakaman korban virus Ebola

Gejala Ebola

Gejala awal Ebola adalah demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, nyeri otot dan sendi, serta tubuh terasa lemah. Gejala awal ini muncul dalam 2–21 hari setelah kontak dengan penderita.

Seiring waktu, gejala yang dirasakan akan makin parah, meliputi:

  • Nyeri dada dan batuk
  • Mual dan muntah
  • Mata merah
  • Sakit perut
  • Memar
  • Ruam kemerahan kulit
  • Diare, yang bisa disertai darah
  • Berat badan turun drastis
  • Perdarahan di mulut, hidung, mata, atau telinga

Kapan harus ke dokter

Virus Ebola sangat menulardan mematikan. Jika Anda berada di daerah yang banyak terjadi kasus virus Ebola dan mengalami keluhan seperti telah disebutkan di atas, segera kunjungi dokter di rumah sakit terdekat untuk menjalani pemeriksaan dan mendapatkan penanganan.

Diagnosis Ebola

Ebola merupakan salah satu penyakit yang sulit dideteksi, karena gejalanya hampir serupa dengan penyakit infeksi lain, seperti flu, malaria, atau tifus. Bahkan, Ebola seringkali tidak terdiagnosis hingga gejalanya berkembang ke tahap lanjut, seperti menimbulkan perdarahan pada organ hati atau ginjal.

Untuk mendiagnosis Ebola, dokter akan melakukan tes darah. Tujuan tes darah adalah untuk mendeteksi antibodi yang dibentuk tubuh sebagai respons terhadap virus Ebola. Tes darah juga bertujuan untuk melihat fungsi tubuh yang terganggu akibat Ebola.

Jenis tes darah yang dilakukan antara lain:

  • Hitung sel darah
  • Tes fungsi hati
  • Tes fungsi pembekuan darah

Jika diduga terinfeksi virus Ebola, maka pasien akan menjalani perawatan intensif di ruang isolasi rumah sakit untuk mencegah penyebaran virus.

Pengobatan Ebola

Selama beberapa tahun sejak Ebola ditemukan, satu-satunya cara untuk menangani penyakit ini adalah dengan mengendalikan gejalanya, sampai daya tahan tubuh penderita berhasil melawan virus. Namun, saat ini telah ditemukan obat dan vaksin untuk mengatasi dan mencegah virus Ebola.

Pada tahun 2020, obat yang dapat digunakan untuk mengobati Ebola, yakni Inmazeb dan Ebanga,telah diresmikan. Kedua obat tersebut menggunakan antibodi monoklonal dalam mengobati infeksi. Antibodi monoklonal sendiri adalah protein buatan yang dirancang khusus untuk menargetkan penyebab infeksi secara spesifik.

Selain itu, ada beberapa pengobatan pendukung yang dapat dilakukan, yaitu:

  • Infus cairan untuk mencegah dehidrasi
  • Obat darah tinggi untuk menurunkan tekanan darah
  • Oksigen tambahan untuk menjaga aliran oksigen ke seluruh tubuh
  • Pemberian antibiotik, jika ditemukan infeksi lainnya yang berkembang di tubuh pasien
  • Transfusi darah, jika muncul kurang darah (anemia)

Penderita Ebola akan menjalani masa pemulihan selama beberapa bulan hingga virus hilang. Dalam masa pemulihan, penderita mungkin akan mengalami:

  • Rambut rontok
  • Penyakit kuning
  • Gangguan saraf
  • Rasa lelah yang berlebihan
  • Peradangan pada mata dan testis

Kesembuhan pasien akan tergantung pada daya tahan tubuh, cepatnya pengobatan dilakukan, serta respons terhadap pengobatan. Penderita yang sembuh dari Ebola akan kebal terhadap virus ini selama kurang lebih 10 tahun, dan ia tidak akan lagi bisa menularkan virus Ebola.

Perlu diketahui bahwa pria yang sembuh dari Ebola umumnya tetap membawa virus selama 3–9 bulan ke depan. Oleh sebab itu, ia akan dianjurkan untuk menggunakan kondom seiap kali berhubungan seksual selama 12 bulan ke depan. Bisa juga tidak berhubungan seksual hingga air maninya telah dites negatif sebanyak 2 kali.

Komplikasi Ebola

Setiap penderita memiliki respons sistem kekebalan tubuh yang berbeda terhadap virus Ebola. Sebagian penderita dapat pulih dari Ebola tanpa disertai komplikasi, tetapi sebagian lagi dapat mengalami kondisi yang mengancam nyawa, seperti:

Pencegahan Ebola

Salah satu cara untuk mencegah virus Ebola adalah dengan vaksin Ervebo. Meski demikian, vaksin ini hanya dapat bekerja pada jenis virus Zaire Ebola saja. Oleh sebab itu, cara terbaik untuk mencegah penyakit ini adalah dengan tidak melakukan perjalanan ke wilayah yang banyak terjadi Ebola.

Namun, jika Anda berencana untuk bepergian ke wilayah yang banyak terdapat kasus Ebola, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, yaitu:

  • Jaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan menggunakan air dan sabun atau pembersih tangan berbahan dasar alkohol
  • Hindari kontak langsung dengan orang yang mengalami demam dan diduga memiliki gejala Ebola
  • Hindari menyentuh benda yang telah terkotaminasi darah atau cairan tubuh penderita Ebola
  • Hindari kontak langsung dengan kelelawar dan hewan primata yang berpotensi menularkan virus, termasuk darah, kotoran, dan dagingnya
  • Hindari rumah sakit tempat pasien Ebola menjalani perawatan
  • Segera periksakan diri ke dokter setelah kembali dari wilayah tersebut, untuk mendeteksi kemungkinan gejala Ebola

Khusus untuk petugas medis, terdapat beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk meminimalkan risiko penularan virus Ebola, yaitu:

  • Gunakan alat pelindung diri, termasuk pakaian pelindung (apron), masker, sarung tangan, dan pelindung mata, ketika sedang berada di dekat pasien Ebola.
  • Hati-hati ketika mengambil darah atau sampel cairan tubuh, dan memasang infus atau kateter pada pasien Ebola.
  • Cuci tangan secara rutin, terutama setelah menyentuh pasien atau benda di sekitar pasien.
  • Sterilkan kembali peralatan medis yang telah digunakan pasien.
  • Segera buang peralatan medis sekali pakai, seperti alat suntik, ke tempat yang telah ditentukan.
  • Hindari kontak langsung dengan jasad penderita Ebola.