Gastroschisis adalah kelainan yang membuat bayi terlahir dengan usus atau organ pencernaan lain berada di luar tubuh. Kondisi ini dapat dideteksi sejak masa kehamilan, tetapi bisa juga baru diketahui saat bayi dilahirkan.

Gastroschisis terjadi akibat tidak sempurnanya pembentukan dinding perut janin. Kondisi tersebut menyebabkan terbentuknya lubang di dekat pusar yang bisa dilalui oleh organ di dalam perut. Pada sebagian besar kasus, organ yang keluar adalah usus. Namun, tidak tertutup kemungkinan organ pencernaan lain juga bisa keluar.

Gastroschisis

Gastroschisis hampir sama dengan omfalokel. Perbedaannya, posisi lubang pada omfalokel berada tepat di tengah pusar, serta organ yang keluar dari perut diselubungi lapisan membran.

Penyebab Gastroschisis

Belum diketahui secara pasti penyebab tidak sempurnanya pembentukan dinding perut bayi. Akan tetapi, beberapa kasus gastroschisis diduga terjadi karena adanya perubahan pada gen atau kromosom, serta gangguan pada aliran darah ke saluran pencernaan bayi.

Faktor risiko gastroschisis

Meski belum diketahui penyebab pastinya, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko ibu hamil mengalami gastroschisis, yaitu:

  • Berusia di bawah 20 tahun saat hamil
  • Mengalami kekurangan nutrisi selama masa kehamilan
  • Memiliki kebiasaan merokok selama hamil
  • Mengonsumsi minuman alkohol secara berlebihan selama hamil
  • Minum obat aspirin, ibuprofen, atau paracetamol
  • Mengonsumsi dekongestan, seperti pseudoephedrine atau phenylpropanolamine

Gejala Gastroschisis

Gejala gastroschisis, baik ketika dalam masa kehamilan atau saat bayi dilahirkan, adalah keluarnya usus halus dari perut tanpa diselubungi lapisan membran. Usus tersebut keluar dari sebuah lubang yang biasanya terletak di sisi kanan pusar.

Umumnya, organ yang keluar dari perut adalah usus halus. Namun, organ lain, seperti usus besar, lambung, liver, atau kantong empedu, juga bisa keluar dari dinding perut bayi.

Karena berada di luar tubuh tanpa pelindung apa pun, usus dapat mengalami iritasi. Hal ini dapat mengganggu penyerapan makanan, terutama jika usus yang keluar tersebut rusak.

Kapan harus ke dokter

Gastroschisis pada bayi yang dilahirkan di rumah sakit akan langsung mendapatkan penanganan dari dokter. Namun, jika bayi Anda tidak dilahirkan di rumah sakit dan menunjukkan tanda di atas, segera bawa ia ke dokter untuk mendapatkan pertolongan awal dan rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas neonatal intensive care unit (NICU).

Bila Anda sedang hamil, periksakan diri secara rutin ke dokter kandungan, terutama apabila Anda berisiko mengalami kondisi ini. USG kehamilan rutin dapat mendeteksi kelainan bawaan pada janin, termasuk gastroschisis.

Pada ibu hamil yang janinnya diketahui mengalami gastroschisis, dokter akan lebih sering memantau kondisi janin dan membuat perencanaan dengan lebih matang terkait penanganan saat persalinan nanti. Hal tersebut bertujuan agar kondisi janin tidak memburuk.

Diagnosis Gastroschisis

Gastroschisis bisa didiagnosis ketika bayi masih di dalam kandungan maupun saat bayi lahir. Pada bayi yang baru lahir, dokter dapat mendiagnosis gastroschisis melalui pemeriksaan fisik. Namun, tes penunjang mungkin juga dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan adanya gangguan kesehatan lain.

Sementara itu, gastroschicis pada janin bisa didiagnosis dengan USG kehamilan pada trimester kedua atau ketiga. Selain dengan USG kehamilan, gastroschisis pada janin juga bisa diketahui melalui pemeriksaan kadar alpha-fetoprotein pada darah.

Jika janin dipastikan mengalami gastroschisis, dokter juga akan melakukan fetal echocardiogram, yaitu USG yang khusus memeriksa kondisi jantung guna mendeteksi kelainan pada jantung janin.

Pengobatan Gastroschisis

Jika gastroschisis terdeteksi saat bayi masih di dalam kandungan, pemantauan khusus harus dilakukan pada ibu hamil agar bayi bisa lahir dengan sehat. Dokter akan merencanakan proses persalinan yang aman dan mempersiapkan penanganan gastroschisis setelah bayi lahir.

Pada bayi yang baru lahir, tindakan yang umum dilakukan dokter untuk menangani gastroschisis adalah operasi. Jika lubang berukuran kecil dan organ yang keluar dari perut hanya sedikit, dokter akan melakukan operasi sesaat setelah bayi lahir, yaitu dengan memasukkan usus ke dalam perut lalu menutup lubang dengan jahitan.

Sementara itu, jika ukuran lubang besar dan sebagian besar organ keluar dari perut, dokter biasanya akan melakukan lebih dari satu kali operasi. Organ yang keluar dari perut akan dilapisi dengan bahan khusus dan dimasukkan ke dalam perut secara bertahap. Setelah semua organ berhasil masuk, lubang akan ditutup dengan jahitan.

Beberapa tindakan lain yang dapat dilakukan oleh dokter pada bayi adalah:

  • Memantau suhu tubuh bayi, sebab organ tubuh yang berada di luar perut membuat panas tubuh banyak keluar
  • Memberikan nutrisi melalui infus
  • Memberikan antibiotik untuk mencegah infeksi

Jika bayi dengan gastroschisis tidak dilahirkan di rumah sakit, segera bawa ia ke dokter terdekat. Penanganan awal yang akan dilakukan oleh dokter pada bayi adalah:

  • Membungkus ususnya dengan plastik bening yang bersih
  • Memasang infus
  • Menghangatkan suhu tubuhnya
  • Merujuk bayi ke rumah sakit dengan fasilitas NICU

Komplikasi Gastroschisis

Beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada bayi dengan gastroschisis sebelum maupun setelah lahir adalah:

  • Necrotizing enterocolitis (NEC)
  • Iritasi atau peradangan pada usus yang membuat usus tidak bisa bekerja dengan baik
  • Gangguan pernapasan
  • Atresia usus, yaitu kondisi ketika usus tidak berkembang saat di dalam kandungan

Pencegahan Gastroschisis

Mengingat penyebab gastroschisis belum diketahui secara pasti, upaya terbaik yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya kondisi ini adalah:

  • Menjalani pemeriksaan ke dokter kandungan secara rutin
  • Mengonsumsi vitamin atau suplemen yang diberikan oleh dokter, seperti asam folat
  • Tidak merokok dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol selama hamil
  • Menerapkan gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan menjaga berat badan agar tetap ideal
  • Tidak sembarangan mengonsumsi obat tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter