Kanker endometrium adalah kanker yang menyerang lapisan di bagian dalam rahim. Kondisi ini umumnya terjadi pada wanita yang telah memasuki masa menopause, yaitu usia sekitar 60–70 tahun.

Lapisan endometrium berperan sebagai tempat menempelnya sel telur yang telah dibuahi. Oleh karena itu, dinding endometrium akan menebal sebelum menstruasi. Jika sel telur tersebut tidak dibuahi, endometrium akan mengalami peluruhan sehingga terjadi menstruasi.

kanker endometrium - alodokter

Kanker endometrium adalah salah satu jenis kanker pada organ reproduksi wanita yang sering terjadi. Berdasarkan data WHO pada tahun 2020, ada lebih dari 7.000 kasus kanker endometrium di Indonesia, dengan 2.000 di antaranya mengalami kematian.

Kanker endometrium bisa terdeteksi sejak dini, yang ditandai dengan perdarahan tidak normal pada vagina. Jika terdeteksi sejak awal, dokter dapat menjalankan histerektomi atau operasi pengangkatan rahim untuk mengatasi kondisi ini.

Jenis Kanker Endometrium

Kanker endometrium terbagi dalam dua tipe utama, yaitu:

  • Kanker endometrium tipe 1
    Tipe ini merupakan yang paling umum terjadi. Perkembangan sel kanker pada tipe 1 terjadi secara perlahan (non-agresif) dan bisa terdeteksi sejak dini.
    Bentuk kanker endometrium tipe 1 adalah endometrioid adenocarcinomas.
  • Kanker endometrium tipe 2
    Tipe ini memiliki sifat yang lebih agresif. Sel kanker pada tipe ini lebih cepat berkembang dan menyebar, serta lebih sering kambuh.
    Bentuk kanker endometrium tipe 2 adalah uterine serous carcinomas dan clear cell carcinomas.

Penyebab Kanker Endometrium

Kanker endometrium terjadi ketika sel-sel di endometrium mengalami perubahan (mutasi). Perubahan ini menyebabkan sel-sel tersebut tumbuh dengan cepat dan tidak terkendali sehingga berkembang menjadi sel kanker.

Belum diketahui secara pasti mengapa sel-sel tersebut tumbuh tidak terkendali. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan risiko seseorang menderita kanker endometrium, yaitu:

  • Ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh
  • Berat badan berlebih atau obesitas
  • Usia 60–70 tahun
  • Menopause
  • Menstruasi di usia yang terlalu dini (<12 tahun)
  • Menopause di usia yang lebih lambat dibandingkan umumnya (>50 tahun)
  • Belum pernah hamil
  • Terapi hormon tamoxifen, untuk penderita kanker payudara
  • Kanker usus besar
  • Polycystic ovary syndrome (PCOS)
  • Riwayat kanker endometrium dalam keluarga
  • Kanker jenis lain, seperti kanker payudara atau kanker rahim

Gejala Kanker Endometrium

Gejala kanker endometrium yang paling sering terjadi adalah perdarahan vagina. Gejala ini biasanya sudah muncul sejak kanker stadium awal. Akan tetapi, ciri dari perdarahan ini dapat berbeda, tergantung apakah pasien sudah menopause atau belum.

Jika pasien belum menopause, perdarahan vagina ditandai dengan:

  • Darah yang keluar selama menstruasi lebih banyak dengan masa menstruasi yang lebih panjang (lebih dari 7 hari)
  • Muncul bercak darah di luar masa menstruasi
  • Siklus menstruasi terjadi setiap 21 hari atau lebih cepat
  • Perdarahan terjadi sebelum atau setelah berhubungan seksual

Pada pasien yang telah menopause, setiap perdarahan atau bercak darah dari vagina yang muncul setidaknya setahun sejak masa menopause harus segera diperiksakan ke dokter.

Selain perdarahan, gejala awal kanker endometrium lainnya adalah keputihan yang encer atau bercampur darah, serta nyeri saat berhubungan seksual.

Jika telah berkembang dan memasuki stadium lanjut, kanker endometrium akan menimbulkan gejala tambahan, seperti:

  • Nyeri panggul
  • Berat badan menurun
  • Hilang nafsu makan
  • Muncul benjolan di perut bagian bawah
  • Kelelahan
  • Perut kembung
  • Perubahan pada pola buang air kecil dan buang air besar
  • Nyeri di perut bagian bawah, punggung, atau kaki

Kapan harus ke dokter

Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala di bawah ini:

  • Perdarahan yang terjadi setelah menopause, setelah melakukan hubungan seksual, atau di luar siklus menstruasi
  • Perdarahan di vagina yang berlangsung lebih dari 7 hari
  • Menstruasi yang terjadi lebih dari 1 kali dalam sebulan
  • Keputihan yang terjadi setelah menopause
  • Nyeri panggul atau kram yang tidak kunjung membaik

Meski kondisi di atas tidak selalu terkait dengan kanker endometrium, pemeriksaan sejak dini diperlukan agar penyebabnya dapat segera diketahui dan ditangani.

Diagnosis Kanker Endometrium

Untuk mendiagnosis kanker endometrium, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala yang dialami dan riwayat kesehatan pasien, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk menetapkan diagnosis, antara lain:

Pemeriksaan panggul

Pemeriksaan panggul dilakukan dengan memeriksa bagian luar vagina, kemudian memasukkan dua jari ke dalam vagina sambil menekan perut pasien menggunakan tangan lainnya. Tujuannya adalah untuk mendeteksi kelainan di rahim dan indung telur.

Dokter juga dapat menggunakan spekulum untuk mendeteksi kelainan di vagina dan leher rahim.

USG transvaginal

Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan alat khusus bernama transducer ke dalam vagina. Alat ini akan memancarkan gelombang suara berfrekuensi tinggi ke dalam rahim untuk diubah menjadi gambar di monitor. Dengan begitu, dokter dapat melihat tekstur dan ketebalan endometrium.

Histeroskopi

Histeroskopi dilakukan dengan memasukkan alat khusus yang disertai kamera kecil dan lampu (histeroskop) ke dalam rahim melalui vagina. Alat ini membantu dokter untuk melihat endometrium dan kondisi dalam rahim.

Biopsi endometrium

Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan dari lapisan rahim, untuk kemudian dianalisis di laboratorium. Tujuannya adalah untuk mendeteksi keberadaan sel-sel kanker.

Dilatasi dan kuretase (dilation and curretage)

Pemeriksaan ini disebut juga dengan kuret, yaitu pengikisan atau pengerokan jaringan di dalam rahim dengan menggunakan alat khusus. Prosedur ini dilakukan jika sampel dari biopsi tidak cukup untuk mendeteksi sel kanker dan hasil analisis belum dapat dipastikan.

Jika kanker endometrium diduga telah memasuki stadium lanjut, maka dokter akan melakukan pemindaian dengan foto Rontgen, CT scan, PET scan, dan MRI, untuk mendeteksi apakah kanker telah menyebar ke organ lain.

Dokter juga dapat melakukan sistoskopi atau kolonoskopi, untuk mendeteksi apakah kanker telah menyebar ke kandung kemih atau saluran pencernaan.

Stadium Kanker Endometrium

Setelah kanker endometrium terdiagnosis, dokter akan menentukan stadium kanker endometrium. Ada empat stadium kanker endometrium, yaitu:

  • Stadium 1: kanker masih berada di dalam rahim
  • Stadium 2: kanker sudah menyebar ke leher rahim (serviks)
  • Stadium 3: kanker sudah menyebar hingga ke luar rahim, seperti ke kelenjar getah bening di panggul, tetapi belum mencapai usus besar atau kandung kemih
  • Stadium 4: kanker sudah menyebar ke kandung kemih, usus besar, bahkan ke organ atau bagian tubuh lain

Pengobatan Kanker Endometrium

Pengobatan kanker endometrium dapat dilakukan dengan beberapa metode yang penentuannya berdasarkan beberapa faktor, yaitu:

  • Stadium atau tingkat penyebaran sel kanker di dalam rahim
  • Kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan
  • Tipe kanker endometrium dan ukuran tumor
  • Lokasi kanker endometrium

Berikut ini adalah beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kanker endometrium:

Operasi

Operasi merupakan salah satu tindakan pengobatan yang paling efektif dalam mengatasi kanker endometrium. Tindakan operasi dapat dilakukan pada kanker endometrium stadium awal.

Tindakan operasi yang dilakukan adalah operasi pengangkatan rahim (histerektomi). Berdasarkan kondisi kanker endometrium, histerektomi juga dapat disertai dengan prosedur pengangkatan saluran dan indung telur.

Pada histerektomi, dokter juga dapat mengangkat kelenjar getah benih di area rahim, untuk mendeteksi penyebaran sel kanker. Perlu diketahui, operasi ini menyebabkan pasien tidak dapat memiliki anak di masa depan.

Kemoterapi

Kemoterapi adalah pemberian obat-obatan untuk membunuh sel kanker dan mencegah penyebarannya. Terapi ini dilakukan pada kanker endometrium yang telah menyebar ke bagian tubuh lain atau kambuh.

Jenis obat kemoterapi yang digunakan adalah cisplatin, carboplatin, doxorubicin, atau paclitaxel.

Radioterapi

Radioterapi adalah terapi menggunakan sinar radiasi tinggi untuk menghancurkan sel kanker. Tindakan ini dapat dilakukan setelah histerektomi atau dikombinasikan dengan kemoterapi.

Radioterapi juga dapat digunakan untuk menghambat penyebaran sel kanker ketika operasi tidak bisa dilakukan. Ada dua jenis radioterapi, yaitu:

  • Radioterapi eksternal, dengan mengarahkan pancaran energi ke bagian tubuh yang terkena kanker
  • Radioterapi internal (brachytherapy), dengan menempatkan bahan radioaktif di dalam vagina

Terapi hormon

Terapi hormon adalah pemberian obat-obatan yang memengaruhi kadar hormon dalam tubuh. Terapi ini biasanya dilakukan bersama dengan kemoterapi pada kanker endometrium stadium lanjut yang sel kankernya telah menyebar hingga ke luar rahim.

Obat-obatan yang digunakan pada terapi hormon antara lain progestin, tamoxifen, atau letrozole.

Komplikasi Kanker Endometrium

Jika tidak ditangani, kanker endometrium dapat menimbulkan sejumlah komplikasi, yaitu:

  • Anemia akibat perdarahan vagina
  • Robekan pada rahim, yang dapat muncul selama biopsi endometrium atau kuret
  • Efek samping dari kemoterapi dan radioterapi, seperti mual dan muntah, hilang nafsu makan, sembelit, rambut rontok, serta ruam
  • Kanker yang menyebar ke organ tubuh lain (metastasis)

Pencegahan Kanker Endometrium

Kanker endometrium sulit dicegah karena penyebabnya belum diketahui. Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko seseorang terkena kondisi ini, yaitu:

  • Melakukan pemeriksaan kandungan secara berkala, seperti pemeriksaan panggul, USG rahim, dan pap smear, sebagai deteksi dini bila ada gangguan atau kelainan pada organ reproduksi
  • Berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum menggunakan metode kontrasepsi
  • Menjaga berat badan agar tetap ideal
  • Mengonsumsi makanan sehat, bergizi lengkap dan seimbang
  • Berolahraga secara rutin, selama 30 menit setiap hari

Berdiskusi dengan dokter mengenai manfaat dan risiko terapi hormon setelah menopause