Kanker nasofaring adalah tumor ganas yang menyerang area tenggorokan. Kanker nasofaring merupakan salah satu kanker yang paling sering terjadi di antara jenis kanker yang menyerang kepala dan leher. Kanker nasofaring juga sering ditemukan di Indonesia.

Nasofaring merupakan salah satu bagian tenggorokan. Posisinya terletak di belakang rongga hidung dan di balik langit-langit mulut. Ketika terkena kanker nasofaring, seseorang dapat mengalami gejala berupa gangguan berbicara, mendengar, atau bernapas.

Kanker Nasofaring - Alodokter

Kanker nasofaring cukup sulit untuk dideteksi, karena gejalanya sering kali baru muncul ketika sudah pada tahap lanjut. Untuk mengatasinya, dokter dapat melakukan terapi radiasi dan kemoterapi, atau kombinasi keduanya.

Penyebab Kanker Nasofaring

Penyebab pasti kanker nasofaring (karsinoma nasofaring) masih belum diketahui. Akan tetapi, kondisi ini diduga terkait dengan infeksi virus Epstein-Barr (EBV) di dalam sel nasofaring. Akibatnya, sel yang telah terinfeksi virus ini mengalami pertumbuhan yang tidak normal.

Virus EBV umumnya ada di dalam air liur dan dapat menular melalui kontak langsung dengan orang lain atau benda yang terkontaminasi. EBV sendiri merupakan penyebab beberapa penyakit, seperti mononukleosis. Namun, pada banyak kasus, EBV tidak menyebabkan infeksi berkepanjangan.

Selain EBV, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker nasofaring, yaitu:

  • Berjenis kelamin laki-laki
  • Berusia 30–50 tahun
  • Sering mengonsumsi makanan yang diawetkan
  • Memiliki keluarga dengan riwayat kanker nasofaring
  • Merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol
  • Sering terpapar bahan kimia

Gejala Kanker Nasofaring

Pada stadium awal, kanker nasofaring mungkin tidak menimbulkan gejala. Keluhan sering kali mulai muncul ketika kanker sudah mencapai stadium lanjut.

Tanda dan gejala kanker nasofaring yang umum terjadi adalah:

  • Benjolan di leher
  • Mimisan
  • Hidung terus-menerus tersumbat atau pilek
  • Telinga berdengung (tinnitus) atau terasa tidak nyaman
  • Gangguan pendengaran
  • Infeksi telinga yang berulang
  • Sakit kepala
  • Penglihatan kabur, berbayang, atau ganda (diplopia)
  • Sulit membuka mulut
  • Mati rasa di wajah
  • Sakit tenggorokan
  • Sulit menelan (disfagia)

Kapan harus ke dokter

Beberapa keluhan di atas mirip dengan keluhan pada penyakit lain yang lebih ringan. Namun, jika gejala tersebut berlangsung lama hingga mengganggu aktivitas, segera periksakan diri ke dokter, terutama jika terdapat faktor yang bisa meningkatkan risiko Anda terserang kanker nasofaring.

Diagnosis Kanker Nasofaring

Diagnosis kanker nasofaring diawali dengan tanya jawab terkait gejala yang dialami, riwayat kesehatan pasien dan keluarga, serta gaya hidup pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis, antara lain:

Pemeriksaan fisik

Kanker nasofaring dapat menimbulkan benjolan di leher. Benjolan tersebut biasanya merupakan tanda bahwa kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening. Maka dari itu, dokter THT akan memulai diagnosis dengan menekan beberapa bagian di leher, untuk mendeteksi keberadaan benjolan.

Nasofaringoskopi

Nasofaringoskopi atau nasoendoskopi adalah prosedur untuk melihat bagian dalam nasofaring dengan menggunakan metode endoskopi. Prosedur ini dilakukan dengan bantuan alat khusus bernama nasofaringoskop.

Nasofaringoskop adalah selang kecil berkamera yang dimasukkan ke dalam nasofaring melalui hidung. Kamera pada nasofaringoskop akan mengirimkan gambar ke monitor sehingga dokter dapat mengamati kondisi nasofaring.

Biopsi

Biopsi dilakukan dengan mengambil sampel dari benjolan di nasofaring untuk diperiksa di bawah mikroskop. Pengambilan sampel ini juga biasanya dengan menggunakan nasoendoskopi.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan berikut untuk mengetahui tingkat keparahan kanker nasofaring:

  • Foto Rontgen
  • CT scan
  • MRI
  • Positron emission topography (PET) scan

Stadium Kanker Nasofaring

Jika hasil pemeriksaan menunjukkan pasien positif menderita kanker nasofaring, dokter akan menentukan stadium kanker nasofaring. Tujuannya adalah untuk menentukan metode pengobatan yang akan diberikan.

Kanker nasofaring terbagi dalam 4 stadium, yaitu:

  • Stadium 0
    Disebut juga kanker in situ. Pada stadium ini, muncul sel abnormal di nasofaring yang dapat menjadi kanker dan dapat menyebar ke sekitarnya.
  • Stadium I
    Sel abnormal di nasofaring telah berubah menjadi kanker. Kanker bisa menyebar ke sekitar nasofaring, seperti area tenggorokan di bawah nasofaring (orofaring) atau rongga hidung.
  • Stadium II
    Kanker makin membesar atau telah menyebar ke satu kelenjar getah bening atau lebih di salah satu sisi leher maupun di balik tenggorokan.
  • Stadium III
    Kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di kedua sisi leher, ke tulang, atau ke rongga sinus terdekat.
  • Stadium IV
    Kanker telah menyebar ke jaringan atau organ tubuh lain, seperti otak, mata, tenggorokan, kelenjar air liur, bahkan hingga tulang selangka atau paru-paru.

Pengobatan Kanker Nasofaring

Pengobatan kanker nasofaring akan disesuaikan dengan riwayat penyakit, stadium kanker, letak kanker, dan kondisi pasien. Beberapa metode yang dapat dilakukan oleh dokter, yaitu:

1. Radioterapi

Radioterapi biasanya dilakukan untuk mengatasi kanker nasofaring stadium awal. Prosedur ini bertujuan untuk membunuh dan menghentikan pertumbuhan sel kanker menggunakan sinar berenergi tinggi.

2. Kemoterapi

Kemoterapi adalah pemberian obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi ini biasanya ditunjang dengan radioterapi atau imunoterapi agar pengobatan dapat lebih efektif.

3. Operasi

Karena nasofaring dekat dengan banyak pembuluh darah dan saraf, operasi untuk mengatasi kanker nasofaring jarang dilakukan. Metode ini lebih sering dilakukan untuk mengangkat kanker yang telah menyebar ke kelenjar getah bening di leher.

4. Imunoterapi

Imunoterapi adalah pemberian obat yang merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawan sel kanker. Jenis obat imunoterapi yang dapat diresepkan oleh dokter antara lain pembrolizumab atau cetuximab.

Selain metode pengobatan di atas, dokter juga dapat memberikan perawatan paliatif, yaitu tindakan untuk mencegah atau mengatasi gejala maupun efek samping pengobatan.

Salah satu obat yang biasanya diberikan adalah obat pereda nyeri, seperti tramadol, sehingga rasa sakit akibat kanker tidak mengganggu kesehariannya. Perawatan paliatif dapat diberikan bersamaan dengan metode lain untuk mengatasi kanker nasofaring.

Perlu diketahui bahwa tingkat kesembuhan kanker nasofaring tergantung pada stadium kanker yang diderita dan kondisi kesehatan pasien.

Komplikasi Kanker Nasofaring

Komplikasi yang mungkin terjadi akibat kanker nasofaring dapat berbeda-beda pada setiap pasien. Jika ukurannya makin besar, kanker nasofaring dapat menekan organ lain di dekatnya, seperti saraf, tenggorokan, hingga otak.

Apabila kanker atau kelenjar getah bening yang terkena kanker menekan saraf, pasien dapat merasakan nyeri menjalar yang sangat mengganggu. Kanker nasofaring juga bisa memicu penggumpalan darah di otak yang dapat menyebabkan komplikasi seperti stroke atau stroke-like syndrome (SLS).

Kanker nasofaring bisa menyebar ke kelenjar getah bening di sekitar leher. Namun, tidak tertutup kemungkinan kanker nasofaring juga menyebar ke organ yang lebih jauh, seperti tulang, paru-paru, dan hati.

Pencegahan Kanker Nasofaring

Belum ada cara untuk mencegah kanker nasofaring. Namun, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko terkena kanker nasofaring, antara lain:

  • Menghindari konsumsi makanan yang diawetkan, seperti ikan asin, daging kalengan, dan sosis
  • Tidak merokok
  • Tidak mengonsumsi minuman beralkohol
  • Memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan