Asites adalah penimbunan cairan dalam rongga perut atau peritoneum. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai penyakit, seperti sirosis, kanker, dan gagal ginjal. Bila dibiarkan tanpa penanganan, cairan asites dapat menyebabkan berbagai gangguan dalam tubuh.

Asites merupakan kondisi ketika organ hati tidak bekerja sebagaimana mestinya, sehingga menyebabkan penumpukan cairan di perut. Penyebab asites harus ditelusuri dengan saksama, sebab asites biasanya menjadi tanda adanya penyakit kronis yang sudah berlangsung lama atau sudah mencapai stadium yang cukup parah.

Kenali Penyebab Asites dan 6 Cara Mengatasinya - Alodokter

Secara umum, asites ditandai dengan adanya pembengkakan dan rasa penuh pada perut yang terasa semakin parah. Selain itu, penderita asites juga bisa mengalami sesak napas, rasa tidak nyaman pada perut, dan penambahan berat badan.

Beberapa Penyebab Asites

Ada beberapa kondisi yang bisa menyebabkan terjadinya asites, yaitu:

Sirosis hati

Sirosis hati adalah rusaknya jaringan hati yang bisa terjadi karena berbagai macam kondisi. Beberapa kondisi yang paling sering menyebabkan sirosis adalah hepatitis B, hepatitis C, perlemakan hati, dan kecanduan alkohol.

Ketika jaringan hati rusak, fungsi dan aliran darahnya pun akan terganggu. Normalnya, hati menerima banyak aliran darah dan salah satunya berasal dari usus. Ketika aliran darah menuju hati terhambat, terjadi penumpukan darah di pembuluh darah usus.

Akibatnya, cairan dalam pembuluh darah usus keluar ke rongga perut dan menjadi asites. Selain itu, jaringan hati yang rusak juga tidak dapat memproduksi albumin dengan efektif.

Padahal, albumin adalah protein dalam plasma darah yang berfungsi untuk mempertahankan cairan dalam pembuluh darah. Jika kadar albumin menurun, cairan dari pembuluh darah bisa bocor ke rongga perut.

Gagal ginjal

Salah satu fungsi ginjal yang paling penting adalah menjaga keseimbangan cairan tubuh secara menyeluruh dan menyaring limbah tubuh untuk dibuang melalui urine.

Pada penyakit gagal ginjal, ginjal tidak bisa berfungsi secara maksimal. Akibatnya, terjadi kelebihan cairan dan penumpukan limbah pada tubuh atau uremia. Kedua kondisi ini bisa membuat cairan lebih mudah bocor ke rongga perut dan menyebabkan asites.

Gagal jantung kongestif

Dalam kondisi normal, jantung memompa darah ke seluruh tubuh, kemudian menerima kembali darah yang sudah ”dipakai”. Gagal jantung kongestif dapat menyebabkan terhambatnya aliran balik darah dari tubuh untuk kembali ke jantung, sehingga darah terhambat di pembuluh darah tubuh.

Akibatnya, tekanan di dalam pembuluh darah menjadi tinggi dan mendesak cairan dalam pembuluh darah keluar ke jaringan atau rongga tubuh, termasuk rongga perut. Gejala yang biasanya muncul adalah pembengkakan kaki dan asites.

Pankreatitis

Pankreatitis akut bisa menyebabkan penumpukan cairan yang merupakan respons dari terjadinya peradangan dan menimbulkan asites. Sedangkan pada pankreatitis kronis, enzim pencernaan tidak bekerja dalam waktu yang lama serta menyebabkan pencernaan dan penyerapan makanan menjadi tidak maksimal.

Lama-kelamaan, tubuh bisa kekurangan protein yang menyebabkan kadar albumin dalam darah menurun hingga berakibat asites.

Kanker

Selain itu, ada pula asites yang disebabkan oleh kanker. Kondisi ini biasanya muncul akibat adanya sel kanker pada organ di rongga perut, seperti kanker pankreas, kanker usus, atau kanker lambung. Namun, asites juga bisa terjadi akibat kanker lainnya, seperti limfoma, kanker paru-paru, kanker rahim, atau kanker payudara.

Cara Mengatasi Asites

Asites dan penyebabnya dapat didiagnosis melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati dan ginjal, elektrolit, serta kadar albumin dalam darah. Pemeriksaan USG atau CT scan perut juga dapat dilakukan untuk mendiagnosis penyebab asites.

Asites ditangani berdasarkan penyebabnya dan keluhan yang disebabkannya. Selain itu, seberapa buruk dampaknya pada penderita dan seberapa sering asites berulang juga perlu diperhatikan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai penanganan asites meliputi:

1. Penghentian konsumsi minuman beralkohol

Untuk meminimalkan kerusakan hati, seseorang yang mengalami asites akibat sirosis perlu berhenti mengonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan tertentu, seperti parasetamol.

2. Pembatasan makanan rendah garam

Penderita asites perlu membatasi asupan garam hingga kurang dari 2 gram atau kurang dari ½ sendok teh setiap harinya agar penumpukan cairan di perut tidak bertambah parah.

3. Pengobatan dengan obat diuretik

Pengobatan dengan diuretik bersamaan dengan konsumsi makanan rendah garam, dapat membuang kelebihan cairan dan garam melalui urine dengan lebih efektif.

4. Penimbangan berat badan secara berkala

Hal ini dilakukan untuk memantau kandungan cairan dalam tubuh. Diharapkan cairan berlebih dalam tubuh bisa berkurang dan berat badan dapat turun mulai dari 0,5 kg hingga sekitar 1 kg per hari. Kecepatan penurunan berat badan bisa berbeda-beda pada tiap penderita asites.

5. Penggunaan metode paracentesis

Jika asupan makanan, minuman, dan pengobatan diuretik tidak berhasil, dokter akan merekomendasikan metode pengobatan paracentesis. Prosedur ini dilakukan dengan menempatkan jarum ke dalam rongga perut untuk mengeluarkan cairan asites.

Paracentesis umumnya dilakukan jika cairan terbentuk sangat cepat, mengganggu pernapasan, atau jika asites disebabkan oleh kanker. Risiko yang dapat terjadi pada prosedur ini adalah perdarahan, infeksi, luka pada usus, dan gangguan elektrolit.

6. Penerapan prosedur operasi

Apabila berbagai cara yang telah disebutkan di atas tidak berhasil, dapat dilakukan tindakan pembedahan sebagai langkah terakhir untuk mengatasi penyebab asites.

Asites adalah kondisi yang harus segera ditangani oleh tenaga medis karena bisa menimbulkan komplikasi dan mengganggu kinerja organ dalam tubuh. Selain itu, kondisi ini juga bisa membuat makan, minum, bahkan pernapasan menjadi sulit.

Penumpukan cairan di perut atau asites juga bisa menyebabkan terjadinya infeksi perut yang berbahaya. Oleh karena itu, bila timbul gejala seperti yang telah dipaparkan di atas, jangan tunda untuk memeriksakannya ke dokter guna mendapatkan pengobatan yang tepat.