Perdarahan postpartum atau perdarahan setelah melahirkan masih menjadi penyebab utama kematian ibu hamil, terutama di negara-negara berkembang. Kondisi ini bisa ditimbulkan oleh berbagai penyebab, sehingga penangannya pun dapat berbeda-beda.

Perdarahan setelah melahirkan merupakan kondisi yang umum terjadi. Namun, pada kondisi tertentu, perdarahan dapat menjadi tidak normal atau berlebihan. Kondisi yang abnormal itu disebut juga perdarahan postpartum. Perdarahan ini bisa terjadi pada persalinan melalui vagina maupun operasi caesar.

Penyebab Perdarahan Postpartum dan Penanganannya - Alodokter

Perdarahan postpartum terjadi ketika ibu yang baru saja melahirkan kehilangan darah lebih dari 500 ml dalam kurun waktu 24 jam atau dalam jangka waktu 6 minggu pertama setelah bayi lahir. Kondisi ini membutuhkan penanganan yang tepat karena bisa mengacam nyawa sang ibu.

Berbagai Penyebab Perdarahan Postpartum

Setelah bayi dilahirkan, rahim biasanya akan berkontraksi guna melepaskan plasenta atau ari-ari yang menempel pada dinding rahim. Setelah ari-ari berhasil dikeluarkan, kontraksi tetap dibutuhkan untuk menekan pembuluh darah pada dinding rahim yang menjadi tempat melekatnya plasenta dan menghentikan perdarahan.

Jika kontrasi rahim tidak cukup kuat, pembuluh darah akan terus terbuka sehingga perdarahan postpartum bisa terjadi. Kondisi lainnya yang juga bisa menimbulkan perdarahan postpartum, yaitu:

  • Robekan setelah melahirkan pada vagina atau area antara vagina dan anus, misalnya akibat bayi berukuran terlalu besar
  • Atonia uteri, yaitu kondisi hilangnya tonus otot rahim sehingga tidak bisa berkontraksi dan menekan pembuluh darah
  • Retensi plasenta, yakni kondisi saat sebagian atau seluruh jaringan plasenta tidak keluar setelah melahirkan
  • Gangguan pada proses pembekuan darah, misalnya akibat kekurangan enzim trombin
  • Robekan pada rahim atau ruptur uteri

Sementara itu, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya perdarahan postpartum, yaitu usia kehamilan kurang dari 18 tahun, riwayat operasi caesar, pernah mengalami perdarahan postpartum sebelumnya, solusio plasenta, anemia saat hamil, dan plasenta previa.

Cara Mengatasi Perdarahan Postpartum Beserta Pencegahannya

Perdarahan postpartum atau perdarahan pascamelahirkan membutuhkan penanganan cepat. Oleh karena itu, selama 24 jam setelah persalinan dilakukan, dokter kandungan maupun bidan akan melakukan pemeriksaan atau pemantuan secara berkala.

Jika perdarahan postpartum tidak bisa dihindarkan, dokter kandungan atau tenaga medis akan melakukan beberapa tindakan untuk menghentikan perdarahan postpartum, seperti:

1. Pijat rahim

Jika perdarahan terjadi karena otot rahim tidak bisa berkontrasi, dokter atau bidan akan melakukan pemijatan rahim untuk merangsang kontraksi sehingga perdarahan bisa segera terhenti. Cara ini dapat dilakukan hanya dengan memijat bagian perut atau disertai dengan menekan rahim secara langsung melalui vagina.

2. Pemberian oksitosin

Selain melakukan pijatan, dokter atau bidan juga akan memberikan hormon oksitosin. Caranya adalah dengan menyuntikkan hormon oksitosin melalui infus guna merangsang kontraksi dan menghentikan perdarahan.

3. Pemasangan kateter Foley

Penggunaan kateter Foley juga bisa menjadi pilihan. Alat ini berbentuk selang kecil dari karet yang ujungnya bisa mengembang seperti balon, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memberi tekanan pada pembuluh darah yang terbuka dalam rahim.

4. Pengeluaran plasenta secara manual

Plasenta yang hanya keluar sebagian atau tidak keluar sama sekali perlu untuk segera dikeluarkan secara manual, yaitu dengan menelusuri rahim dengan jari-jari tangan. Pada beberapa kasus, tindakan ini dapat menimbulkan risiko komplikasi. Oleh karena itu, pelaksanaanya harus dilakukan oleh dokter atau bidan.

5. Kuretase

Apabila perdarahan postpartum masih berlanjut, plasenta akan dikeluarkan melalui tindakan kuretase. Prinsipnya mirip dengan pengeluaran ari-ari secara manual, tetapi kuretase menggunakan alat khusus yang steril.

6. Tindakan operasi

Pada kasus yang lebih berat, tindakan operasi terbuka atau laparotomi akan dilakukan untuk menemukan dan mengatasi penyebab perdarahan postpartum. Apabila seluruh upaya telah dilakukan tetapi belum bisa mengatasi perdarahan, tindakan histerektomi akan menjadi pilihan terakhir untuk menyelamatkan nyawa.

Setelah perdarahan berhenti, Anda akan merasa sangat lemas dan berisiko mengalami anemia. Oleh karena itu, dokter akan menyarankan untuk istirahat dan mengonsumsi cairan serta makanan yang bernutrisi untuk menambah darah, misalnya daging merah dan sayuran hijau.

Selain itu, dokter juga akan meresepkan asam folat dan suplemen zat besi. Bila diperlukan, transfusi darah dapat diberikan untuk menggantikan darah yang banyak keluar dari tubuh.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, perdarahan postpartum bisa terjadi langsung setelah melahirkan, bahkan beberapa minggu setelahnya. Oleh karena itu, apabila perdarahan setelah melahirkan terjadi semakin banyak, misalnya pembalut selalu penuh tiap 1–2 jam, segeralah periksakan diri Anda ke dokter.