Keracunan merkuri adalah kondisi ketika seseorang terpapar merkuri atau raksa dalam jumlah tertentu. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan dan gangguan pada organ, seperti ginjal dan otak. Keracunan merkuri sering terjadi akibat mengonsumsi makanan atau menghirup gas yang mengandung merkuri.

Jenis merkuri yang paling berbahaya adalah metil merkuri (merkuri organik). Pasalnya, 90% dari kadar metil merkuri yang tertelan atau masuk ke dalam tubuh akan terserap ke dalam darah. Angka ini sangat besar daripada merkuri jenis lain yang hanya terserap 2–10% ke dalam darah.

Keracunan Merkuri - Alodokter

Ketika masuk ke dalam tubuh, merkuri dapat menimbulkan gangguan pada berbagai sistem tubuh, seperti sistem saraf, sistem pencernaan, dan sistem kekebalan tubuh. Selain itu, merkuri juga dapat menimbulkan gangguan pada organ tubuh, seperti paru-paru, ginjal, mata, dan kulit.

Metil merkuri kerap ditemui pada makanan laut, seperti ikan dan kerang, yang berasal dari perairan yang terkontaminasi merkuri. Besarnya kadar metil merkuri dalam tubuh ikan bisa berbeda-beda. Namun, beberapa jenis ikan yang memiliki kadar merkuri lebih tinggi di antaranya adalah ikan tenggiri, ikan hiu, ikan tuna, ikan todak, dan ikan marlin.

Penyebab Keracunan Merkuri

Merkuri adalah unsur logam yang secara alami terdapat di tanah, air, dan udara. Senyawa ini juga dapat ditemui di produk sehari-hari, seperti produk makanan atau kosmetik, tetapi umumnya dalam kadar yang tidak berbahaya. Namun, jumlah merkuri di lingkungan kian meningkat akibat pesatnya perkembangan industri.

Merkuri sendiri terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Merkuri elemental atau merkuri cair (air raksa)

Jenis merkuri ini biasanya terdapat di tabung termometer, saklar listrik, lampu neon, tambalan gigi amalgam, dan beberapa peralatan medis. Merkuri elemental bisa berbahaya jika menjadi uap atau gas, kemudian terhirup oleh manusia.

2. Merkuri organik

Merkuri organik bisa ditemukan pada ikan dan kerang yang tercemar merkuri. Merkuri organik bisa berbahaya jika paparannya terjadi dalam jangka panjang, misalnya karena mengonsumsi ikan dan kerang secara berlebihan.

3. Merkuri anorganik atau inorganik

Jenis merkuri ini terdapat pada baterai, bahan kimia pabrik, laboratorium kimia, dan beberapa disinfektan. Merkuri anorganik berbahaya jika tertelan atau mengenai kulit.

Keracunan merkuri dapat terjadi akibat paparan merkuri secara berkala dalam jangka panjang (kronis) meski jumlah merkurinya sedikit, atau secara tiba-tiba (akut) dengan jumlah merkuri yang cukup banyak.

Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami keracunan merkuri:

  • Mengonsumsi ikan atau kerang yang tercemar merkuri
  • Menghirup udara yang tercemar merkuri akibat proses industri, seperti asap pembakaran batu bara, bahan bakar minyak, atau kayu
  • Menghirup uap merkuri pada proses pemanasan bijih emas
  • Menggunakan krim pencerah kulit yang mengandung merkuri
  • Menghirup asap gunung meletus atau kebakaran hutan
  • Menghirup uap merkuri saat lampu neon pecah
  • Menghirup uap merkuri saat termometer raksa pecah, atau menelan air raksa ketika termometer pecah secara tidak sengaja di dalam mulut

Berdasarkan penyebab-penyebab di atas, dapat disimpulkan bahwa orang yang terlalu sering mengonsumsi ikan atau kerang, tinggal atau bekerja di sekitar tempat industri yang menggunakan merkuri, seperti pertambangan, berisiko tinggi terkena keracunan merkuri.

Gejala Keracunan Merkuri

Gejala yang timbul akibat keracunan merkuri bisa beragam. Hal ini tergantung pada jenis merkuri yang masuk ke dalam tubuh, cara masuknya, banyaknya merkuri yang masuk, lama paparan, serta usia dan kondisi kesehatan secara umum.

Merkuri akan merusak sistem saraf, saluran pencernaan, dan ginjal, serta menimbulkan gangguan pada jantung, paru-paru, sistem kekebalan tubuh, mata, dan kulit. Berdasarkan organ tubuh yang terpengaruh, berikut adalah gejala keracunan merkuri:

Sistem saraf

Keracunan merkuri akan menyebabkan kerusakan pada sistem saraf. Beberapa keluhan dan gejala yang bisa timbul adalah:

  • Sakit kepala
  • Tremor
  • Kesemutan, terutama di sekitar tangan dan kaki, serta mulut
  • Gangguan penglihatan, seperti penurunan lapang pandang penglihatan (tunnel vision) dan kebutaan
  • Gangguan bicara dan mendengar
  • Gangguan koordinasi gerak tubuh, termasuk ataksia
  • Gangguan emosi dan fungsi kognitif
  • Lemah otot
  • Sulit berjalan
  • Hilang ingatan

Ginjal

Keracunan merkuri bisa menyebabkan gagal ginjal. Kondisi ini dapat ditandai dengan sedikitnya urine yang keluar, mual terus menerus, sesak napas secara tiba-tiba, dan tubuh terasa sangat lemas.

Selain pada sistem saraf dan ginjal, beberapa organ lain yang bisa terdampak akibat keracunan merkuri adalah sebagai berikut:

  • Jantung, yang ditandai dengan timbulnya nyeri dada dan kardiomiopati
  • Paru-paru dan saluran napas, yang ditandai dengan timbulnya radang tenggorokan, bahkan bisa menyebabkan gagal napas jika terpapar dalam jumlah banyak
  • Mata, yang ditandai dengan adanya iritasi dan gangguan penglihatan menyeluruh (perifer)
  • Kulit, yang ditandai dengan munculnya lesi kulit, seperti ruam yang menonjol

Paparan merkuri selama kehamilan juga bisa menyebabkan kerusakan otak dan gangguan perkembangan pada janin. Akibatnya, anak dapat terlahir dengan gangguan pada fungsi kognitif dan ingatan, gangguan konsentrasi, dan gangguan perkembangan lain, seperti bicara, motorik, atau penglihatan.

Kapan harus ke dokter

Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda khawatir mengalami keracunan merkuri, terutama jika mengalami gejala yang telah disebutkan di atas.

Segera cari pertolongan medis jika Anda atau orang yang ada di sekitar Anda mengalami kondisi berikut:

  • Menelan merkuri secara sengaja atau tidak sengaja
  • Menghirup uap atau gas merkuri dan mengalami gangguan pernapasan

Diagnosis Keracunan Merkuri

Untuk mendiagnosis keracunan merkuri, dokter akan bertanya tentang gejala, riwayat kesehatan, pola makan, dan pekerjaan, kepada pasien atau orang yang membawa pasien ke rumah sakit.

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh, termasuk pemeriksaan saraf. Agar diagnosis lebih akurat, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:

  • Tes darah atau urine, untuk mengukur kadar merkuri dalam tubuh.
  • Pemeriksaan sampel feses, untuk mengetahui apakah telah terjadi perdarahan di saluran pencernaan
  • MRI, untuk menentukan tingkat penyusutan dan kerusakan sel otak
  • Rontgen, untuk mendeteksi merkuri yang telah masuk dan menyebar di dalam tubuh

Perlu diketahui, kadar merkuri yang normal adalah kurang dari 10 mikrogram/L dalam darah dan kurang dari 20 mikrogram/L dalam urine. Pasien dapat didiagnosis mengalami keracunan merkuri bila kadar merkuri dalam darah dan urine melebihi jumlah di atas.

Pengobatan Keracunan Merkuri

Belum ada pengobatan khusus yang dapat mengatasi keracunan merkuri. Upaya terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan segera menghentikan paparan terhadap merkuri dan memberikan penanganan sedini mungkin.

Penanganan pertama pada pasien keracunan merkuri adalah dengan memindahkan pasien dari sumber paparan. Orang lain di sekitar pasien juga perlu menjaga jarak. Bila memungkinkan, lepaskan pakaian pasien yang terkontaminasi merkuri.

Jika pasien menghirup merkuri dalam jumlah besar, penanganan oleh dokter harus dilakukan secepatnya. Dokter akan memastikan jalan napas, proses pernapasan, dan aliran darah pasien aman.

Pemasangan alat bantu napas, seperti intubasi, dan pemasangan infus juga akan diberikan dalam penanganan awal. Bila terjadi henti napas maupun henti jantung, dokter akan melakukan resusitasi jantung paru.

Pasien yang keracunan akibat menelan merkuri tidak disarankan mengonsumsi obat yang merangsang muntah. Hal ini karena muntah bisa meningkatkan risiko jaringan yang sehat ikut terpapar merkuri. Pada kasus keracunan merkuri kronis, sumber merkuri harus segera diketahui agar tidak menyebabkan paparan lebih lanjut.

Bila keracunan merkuri akut terjadi akibat menelan merkuri, dokter akan melakukan bilas lambung. Prosedur ini dilakukan dengan cara memasukkan selang khusus dari hidung yang terhubung hingga ke lambung. Hal ini untuk mencuci lambung dan mengeluarkan seluruh isi lambung.

Untuk mengikat racun yang mungkin masih ada di dalam saluran pencernaan, dokter dapat memberikan arang aktif. Hal ini biasanya dilakukan jika keracunan belum lama terjadi.

Bila terjadi peningkatan kadar merkuri dalam darah atau urine, perlu dilakukan terapi kelasi sebagai langkah awal. Terapi kelasi merupakan terapi pemberian obat yang berfungsi membuang logam dari dalam darah. Beberapa obat yang biasa diberikan pada terapi ini adalah dimercapol (BAL) atau succimer (DMSA).

Sementara pada pasien yang sudah mengalami gangguan fungsi ginjal, prosedur cuci darah mungkin perlu dilakukan.

Komplikasi Keracunan Merkuri

Keracunan merkuri akibat paparan merkuri dalam jumlah yang cukup banyak atau akibat penanganan yang lambat, dapat menimbulkan beberapa komplikasi serius, seperti:

  • Kerusakan paru permanen
  • Kerusakan otak
  • Dehidrasi dan perdarahan ekstrem
  • Gagal ginjal
  • Kematian

Pencegahan Keracunan Merkuri

Untuk mencegah keracunan merkuri, sesuaikan konsumsi ikan dengan standar kesehatan yang disarankan. Pada anak usia kurang dari 3 tahun, konsumsilah 1 ons ikan per hari. Sementara pada anak usia 4–7 tahun, porsi ikan yang disarankan yaitu sebanyak 2 ons per hari.

Pencegahan keracunan merkuri juga dapat dilakukan dengan menghindari hal-hal yang menjadi penyebab kondisi ini, seperti:

  • Batasi konsumsi jenis makanan laut yang berpotensi memiliki kadar merkuri yang tinggi.
  • Hindari konsumsi makanan laut dengan kadar merkuri tinggi ketika sedang hamil.
  • Hindari aktivitas yang berisiko tinggi menyebabkan terjadinya paparan merkuri, misalnya memasak dengan kayu bakar di dalam rumah atau di dalam ruangan dengan ventilasi udara yang kurang baik.
  • Segera cuci tangan atau mandi jika merasa telah terpapar merkuri.
  • Hati-hati dalam membuang produk yang mengandung merkuri atau saat membersihkannya jika terjadi kebocoran atau tumpahan merkuri.

Jika terdapat tumpahan merkuri dari termometer yang pecah, lakukan cara berikut:

  • Jangan menyentuh butiran air raksa.
  • Angkat butiran air raksa dengan menggunakan dua lembar potongan kardus lalu letakkan di tisu dapur yang tebal.
  • Bersihkan sisa-sisa butiran air raksa dengan selotape atau kuas secara hati-hati, kemudian letakkan di tisu dapur tadi.
  • Masukkan tisu dapur yang berisi butiran air raksa, potongan kardus yang digunakan untuk mengangkatnya, serta selotape atau kuas pembersihnya ke dalam kantung plastik dan tutup dengan rapat
  • Cuci tangan dengan baik.
  • Berikan plastik tersebut ke puskesmas, rumah sakit, atau pemadam kebakaran terdekat.

Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat membersihkan ruangan yang terpapar merkuri, yaitu:

  • Jangan menggunakan alat penyedot debu atau sapu untuk membersihkan merkuri.
  • Jangan menyentuh merkuri tanpa mengenakan pelindung.
  • Jangan membuang merkuri ke saluran air.
  • Buang pakaian yang terkontaminasi merkuri dalam kantong tertutup.
  • Jangan letakkan kantong yang berisi barang-barang terkontaminasi merkuri di tempat sampah rumah.