Penyakit Peyronie adalah kondisi ketika bentuk penis membengkok akibat pembentukan jaringan parut di sepanjang batang penis. Perubahan bentuk penis ini menimbulkan nyeri dan akan terlihat jelas ketika ereksi.

Setiap pria memiliki penis dengan ukuran dan bentuk yang berbeda. Pada beberapa pria, penis yang sedikit melengkung saat ereksi merupakan hal yang normal. Namun, pada penyakit Peyronie, bengkok pada penis cukup signifikan dan menimbulkan gangguan.

penyakit peyronie - alodokter

Penyakit Peyronie umum terjadi dan bisa dialami oleh semua pria dari berbagai usia. Namun, sebagian besar penderitanya adalah pria usia paruh baya.

Penyebab Penyakit Peyronie

Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan penyakit Peyronie. Namun, para ahli menduga salah satu pemicu kondisi ini adalah cedera penis yang terjadi berulang, misalnya karena olahraga atau hubungan seksual.

Cedera pada penis dapat mengakibatkan perdarahan dan pembengkakan di dalam penis. Sebenarnya, cedera ini bisa sembuh dengan normal. Namun, pada penderita penyakit Peyronie, terbentuk jaringan parut yang berkembang menjadi plak selama proses penyembuhan.

Jaringan parut dan plak bersifat kuat dan tidak elastis seperti jaringan lain di penis. Ketika penis ereksi, jaringan ini tidak ikut mengembang dan malah menahan penis. Akibatnya, penis ereksi dengan posisi yang membengkok dan terasa nyeri.

Pada beberapa kasus, penyakit Peyronie terjadi secara bertahap tanpa didahului cedera. Oleh sebab itu, masih diteliti apakah penyakit Peyronie juga terkait dengan faktor genetik atau penyakit lain.

Faktor Risiko Penyakit Peyronie

Terdapat sejumlah faktor yang dapat memicu terbentuknya jaringan parut pada penis saat terjadi cedera, yaitu:

  • Berusia 50 tahun ke atas
  • Memiliki anggota keluarga dengan penyakit Peyronie
  • Mengalami Dupuytren’s contracture, yaitu kondisi ketika jaringan keras terbentuk di bawah telapak tangan sehingga menyebabkan jari tangan tertekuk ke dalam
  • Pernah menjalani prosedur operasi atau terapi radiasi untuk menangani kanker prostat
  • Memiliki riwayat cedera pada tulang panggul
  • Menderita disfungsi ereksi, diabetes, tekanan darah tinggi, atau kolesterol tinggi
  • Menderita penyakit autoimun, seperti Sindrom Sjögren
  • Memiliki kebiasaan merokok atau mengonsumsi minuman beralkohol
  • Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat hipertensi, obat antikejang, dan interferon

Gejala Penyakit Peyronie

Saat ereksi, normalnya penis akan menegang, melurus, dan membesar. Namun, pada penderita penyakit Peyronie, penis tidak dapat ereksi dengan sempurna karena bagian penis yang terdapat jaringan parut tidak bisa meregang.

Gejala penyakit Peyronie dapat muncul tiba-tiba atau berkembang secara bertahap, berupa:

  • Nyeri pada penis
    Rasa sakit pada penis paling terasa ketika ereksi. Namun, beberapa penderita penyakit Peyronie juga mengeluhkan nyeri penis saat sedang tidak mengalami ereksi.
  • Jaringan parut atau plak di bawah lapisan kulit penis
    Jaringan parut atau plak di bawah kulit penis dapat terasa seperti benjolan atau garis yang padat bila disentuh.
  • Bentuk penis yang bengkok atau cacat
    Penis bengkok terjadi saat ereksi. Penis dapat melengkung ke atas, bawah, atau ke samping. Pada beberapa kasus, jaringan parut dapat menyebabkan batang penis yang ereksi terlihat seperti diikat dengan karet atau bahkan menyerupai bentuk jam pasir.
  • Penis memendek
    Penyakit Peyronie dapat menyebabkan penis memendek.
  • Disfungsi ereksi
    Penderita penyakit Peyronie dapat kesulitan untuk ereksi atau mempertahankan ereksi. Biasanya, keluhan ini datang sebelum gejala penyakit Peyronie muncul.

Berdasarkan fase gejala yang dialami penderita, penyakit Peyronie dibagi menjadi dua fase, yaitu:

Fase akut

Fase akut adalah fase awal gejala muncul yang ditandai dengan nyeri dan perubahan yang signifikan pada bentuk atau panjang penis. Umumnya, gejala ini berlangsung selama 2–4 minggu. Namun, pada beberapa kasus, gejala bisa berlangsung hingga 1 tahun atau lebih.

Fase kronis

Fase kronis ditandai dengan hilangnya rasa nyeri dan tidak adanya perubahan lebih lanjut pada bentuk atau panjang penis. Biasanya, penyakit ini memasuki fase kronis pada 3–12 bulan setelah gejala awal muncul.

Kapan harus ke dokter

Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala penyakit Peyronie. Meski ada penderita yang bisa sembuh dengan sendirinya, tetapi kondisi ini umumnya memerlukan penanganan dokter. Dengan penanganan sejak dini, gejala dapat mereda dan tidak bertambah buruk.

Jika Anda menderita Peyronie dalam waktu yang cukup lama dan tidak mengalami gangguan, lakukan pemeriksaan ke dokter jika bentuk dan ukuran penis serta nyeri pada penis menimbulkan gangguan saat berhubungan seks.

Diagnosis Penyakit Peyronie

Untuk mendiagnosis penyakit Peyronie, dokter akan menanyakan gejala yang dialami, obat-obatan yang sedang dikonsumsi, serta riwayat penyakit pasien, terutama riwayat cedera pada penis sebelum pasien mengalami gejala penyakit Peyronie.

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan meraba jaringan parut pada penis pasien. Bila diperlukan, dokter akan menyuntikkan obat khusus terlebih dahulu ke penis agar mengalami ereksi. Dengan begitu, dokter dapat mengetahui kelainan apa saja yang terjadi saat penis pasien ereksi.

Pemeriksaan lanjutan yang mungkin dilakukan adalah USG atau foto Rontgen penis. Dokter juga bisa melakukan biopsi (pengambilan sampel jaringan) pada penis yang menekuk untuk diperiksa di laboratorium.

Pengobatan Penyakit Peyronie

Jika gejala yang dialami pasien cukup ringan, tidak memburuk dan tidak mengganggu aktivitas seksual, pengobatan mungkin tidak diperlukan. Pada sebagian kasus, penyakit Peyronie bahkan dapat sembuh dengan sendirinya.

Namun, pada sebagian besar kasus, penyakit Peyronie perlu ditangani oleh dokter. Metode pengobatannya akan disesuaikan dengan fase yang dialami pasien, yaitu:

Fase akut

Pada fase akut, metode pengobatan yang disarankan adalah terapi traksi penis untuk mencegah penis memendek dan mengurangi kebengkokan penis. Dokter juga dapat memberikan obat-obatan baik dalam bentuk oral maupun suntik.

Fase kronis

Pada penyakit Peyronie kronis, dokter akan memantau kondisi pasien dan baru melakukan pengobatan jika muncul keluhan. Jika pasien memerlukan pengobatan, dokter akan memberikan obat dalam bentuk suntik, menjalankan terapi traksi, atau melakukan prosedur bedah.

Berikut ini adalah penjelasan mengenai metode pengobatan yang dapat digunakan untuk menangani penyakit Peyronie:

Obat-obatan

Belum ada obat minum yang diketahui efektif untuk menyembuhkan penyakit Peyronie. Namun, obat-obatan seperti ibuprofen atau asam mefenamat dapat digunakan untuk meredakan nyeri pada penyakit Peyronie akut.

Di samping itu, ada beberapa jenis obat minum yang bisa membantu menghambat perkembangan penyakit Peyronie, seperti:

  • Pentoxifylline untuk melancarkan aliran darah
  • Colchicine untuk mengurangi pembengkakan
  • Potassium amino-benzoate untuk mengurangi plak di penis

Di sisi lain, obat suntik diketahui lebih efektif daripada obat minum. Pemberian obat suntik ini dapat dikombinasikan dengan obat minum dan terapi traksi penis. Beberapa jenis obat yang dapat digunakan adalah:

  • Collagenase, untuk mengurai jaringan parut dan plak
  • Interferon, untuk mengurangi jaringan parut di penis
  • Verapamil, untuk menghambat produksi kolagen yang merupakan komponen utama pada jaringan parut

Terapi traksi penis

Terapi traksi penis bertujuan untuk meregangkan penis menggunakan alat mekanis yang dapat dioperasikan sendiri oleh pasien. Terapi ini bisa memperbaiki ukuran, kelengkungan, dan bentuk penis. Tergantung pada jenis alat yang digunakan, terapi traksi penis bisa dilakukan selama 30 menit hingga 3–8 jam per hari.

Pada fase akut, terapi ini terbukti dapat memulihkan panjang penis. Sementara pada fase kronis, terapi traksi penis dapat digunakan bersama dengan metode pengobatan lain atau setelah prosedur bedah untuk memberikan hasil yang lebih baik.

Operasi

Operasi dilakukan pada penyakit Peyronie yang parah, misalnya yang sampai membuat pasien tidak bisa berhubungan intim. Prosedur ini biasanya dilakukan pada pasien yang sudah mengalami penyakit ini lebih dari 9 bulan. Pasien juga harus dipastikan tidak mengalami pertambahan kelengkungan penis setidaknya dalam 3 bulan.

Ada beberapa metode pembedahan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi penis pada penyakit Peyronie. Pemilihan metode ini tergantung pada kondisi pasien, lokasi jaringan parut di penis, dan tingkat keparahan gejala penyakit penis ini.

Jika bengkok pada penis cukup parah, pasien mungkin akan membutuhkan cangkok kulit pada penis. Sementara, implan penis dapat dilakukan pada penyakit Peyronie yang disertai disfungsi ereksi,.

Tergantung pada jenis operasi yang dilakukan, pasien bisa pulang pada hari yang sama atau diminta untuk menjalani rawat inap. Setelah itu, dokter akan meminta pasien untuk beristirahat beberapa hari sebelum kembali beraktivitas. Umumnya, pasien tidak boleh berhubungan seksual hingga 4–8 minggu setelah operasi.

Terapi lain

Terapi lain yang bisa digunakan untuk menangani penyakit Peyronie adalah radioterapi dan terapi gelombang kejut (shockwave therapy) yang dikenal dengan ESWT. Namun, masih diperlukan penelitian mengenai efektivitas dan kemungkinan efek samping yang timbul dari terapi tersebut.

Komplikasi Penyakit Peyronie

Penyakit Peyronie dapat menimbulkan beberapa komplikasi berikut ini:

  • Ketidakmampuan untuk melakukan hubungan intim
  • Sulit mendapatkan keturunan
  • Impotensi
  • Cemas mengenai kemampuan seksual atau tampilan penis
  • Stres akibat gangguan pada hubungan seksual
  • Penis memendek secara permanen
  • Nyeri di penis yang berkepanjangan

Pencegahan Penyakit Peyronie

Belum diketahui secara pasti bagaimana cara mencegah penyakit Peyronie. Namun, kondisi ini bisa dihindari dengan berhati-hati saat berhubungan seksual, misalnya dengan memberikan cukup pelumas pada penis dan menghindari posisi yang dapat meningkatkan risiko cedera penis atau penis patah.

Jika Anda sering bersepeda atau melakukan aktivitas lain yang banyak memberikan gesekan atau tekanan ke area penis, disarankan untuk menggunakan celana khusus yang dapat mengurangi risiko cedera penis.

Penggunaan obat kuat pria bagi penderita disfungsi ereksi juga dapat mencegah penyakit Peyronie. Hal ini karena ereksi yang tidak sempurna saat berhubungan seks dapat meningkatkan risiko cedera penis. Meski begitu, obat kuat sebaiknya digunakan sesuai dengan anjuran dari dokter.