Phlegmon adalah peradangan pada jaringan di bawah kulit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Kondisi ini umumnya ditandai dengan kemunculan nanah di area yang terkena infeksi. Selain di kulit, phlegmon juga dapat terjadi di organ dalam, seperti amandel dan usus buntu (apendiks).

Meski memiliki ciri yang serupa, phlegmon dan abses merupakan kondisi yang berbeda. Phlegmon cenderung lebih mudah menyebar ke jaringan tubuh lain, sedangkan abses hanya dapat terbentuk di area infeksi.

cleaned abscess wound

Phlegmon juga lebih sulit dibersihkan dibandingkan dengan abses. Meski begitu, phlegmon juga bisa disebabkan oleh isi abses yang bocor dan menyebar.

Phlegmon dapat menyebar dengan cepat sehingga pada beberapa kasus dapat menimbulkan kondisi yang mengancam nyawa. Salah satunya adalah phlegmon yang terbentuk di dasar mulut, atau dikenal dengan sebutan abses submandibula atau Angina Ludwig.

Penyebab Phlegmon

Phlegmon terjadi akibat infeksi bakteri. Bakteri yang paling sering menyebabkan kondisi ini adalah Staphylococcus aureus dan Streptococcus grup A. Phlegmon dapat terjadi melalui berbagai cara berikit:

  • Bakteri masuk melalui gigitan serangga, goresan, atau luka di kulit, sehingga menimbulkan phlegmon di bawah kulit
  • Bakteri menginfeksi mulut, misalnya karena operasi gigi sehingga memicu kemunculan phlegmon atau abses mulut
  • Bakteri masuk ke dalam tubuh kemudian menempel di dinding organ dalam, seperti dinding lambung dan usus buntu

Gejala Phlegmon

Gejala yang menyertai phlegmon bervariasi, tergantung pada lokasi dan tingkat keparahan infeksi. Umumnya, gejala phlegmon dapat dikenali dengan munculnya demam, sakit kepala, kelelahan, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Selain gejala-gejala tersebut, phlegmon juga dapat disertai dengan gejala lain. Phlegmon pada kulit biasanya disertai dengan gejala sebagai berikut:

  • Nyeri
  • Bengkak
  • Kemerahan di kulit
  • Nanah di bawah kulit

Sementara pada phlegmon yang terjadi di organ dalam, penderita biasanya akan merasakan nyeri dan mengalami gangguan fungsi organ. Contohnya, jika phlegmon terjadi di usus buntu, gejala yang bisa dialami penderitanya adalah diare, demam, muntah, dan nyeri perut kanan bawah.

Bila phlegmon terjadi di amandel, maka gejala yang timbul dapat berupa demam, nyeri telan, dan suara serak.

Kapan harus ke dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika timbul gejala phlegmon seperti yang telah disebutkan di atas. Penanganan yang cepat dan tepat sangat berperan dalam kesembuhan phlegmon.

Diagnosis Phlegmon

Untuk mendiagnosis phlegmon, dokter akan memulai dengan tanya jawab mengenai gejala yang dialami pasien, seperti kapan, bagaimana, dan telah berapa lama gejala terjadi. Dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan pasien dan obat-obatan yang sedang digunakan.

Setelah itu, diagnosis dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Phlegmon drea i akulit biasanya dapat terlihat dengan mudah. Sementara pada phlegmon di organ dalam, dokter akan meraba bagian tubuh yang terasa nyeri untuk mendeteksi ada tidaknya benjolan.

Pemeriksaan penunjang juga dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis, terutama bila phlegmon terjadi di organ dalam. Berikut ini adalah beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dijalankan:

  • Tes darah
  • Tes urine
  • Pemindaian, dengan Rontgen, USG, CT scan, atau MRI

Pengobatan Phlegmon

Pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi phlegmon tergantung pada lokasi phlegmon dan tingkat keparahan kondisi. Namun, secara umum, phlegmon dapat ditangani dengan antibiotik dan operasi. Berikut ini adalah penjelasannya:

Obat antibiotik

Dokter akan memberikan obat antibiotik kepada pasien guna mengobati infeksi bakteri penyebab phlegmon. Umumnya, phlegmon di kulit yang tergolong ringan dapat ditangani dengan pemberian pemberian antibiotik minum.

Beberapa antibiotik yang dapat diresepkan dokter adalah penisilin dan sefalosporin. Perawatan lain yang bisa dilakukan untuk meredakan gejala adalah pemberian obat pereda demam, kompres dingin atau hangat di area yang sakit, serta istirahat total.

Operasi

Terkadang, operasi dibutuhkan untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi dan mencegah munculnya komplikasi. Operasi juga dibutuhkan untuk kasus yang berat, seperti phlegmon di dasar mulut dan phlegmon di lapisan jaringan pembungkus sendi.

Jika phlegmon terjadi di kulit, operasi mungkin dibutuhkan untuk membersihkan jaringan kulit yang telah mati. Sementara untuk mengatasi phlegmon di organ dalam, operasi perlu dilakukan untuk mengeluarkan nanah yang terbentuk di dalam organ.

Pada kasus yang parah, phlegmon dapat menjadi kondisi yang mengancam nyawa. Namun, dengan pengobatan yang tepat, phlegmon umumnya bisa disembuhkan. Oleh karena itu, sangat penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter ketika mengalami gejala phlegmon.

Komplikasi Phlegmon

Phlegmon yang tidak ditangani bisa menyebar luas ke jaringan dan organ yang lebih dalam. Akibatnya, penderita berisiko mengalami komplikasi serius. Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat phlegmon:

Pencegahan Phlegmon

Belum ada vaksin yang dapat mencegah infeksi bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus grup A penyebab phlegmon. Namun, infeksi bakteri dapat dicegah dengan melakukan langkah-langkah berikut:

  • Masak makanan sampai benar-benar matang.
  • Gunakan pelembab di kulit yang kering untuk mencegah kulit pecah-pecah.
  • Jaga kebersihan tubuh, antara lain dengan mandi secara rutin dan sering mencuci tangan.
  • Hindari berbagi penggunaan barang-barang pribadi, seperti sikat gigi dan gelas minum.
  • Gunakan obat sesuai anjuran dokter jika mengalami luka atau infeksi di kulit.
  • Lakukan perawatan luka dengan baik dan benar.
  • Jangan mengorek-ngorek luka agar luka tidak bertambah parah.
  • Bersihkan rumah dan lingkungan sekitar agar terhindari dari gigitan serangga.