Zat berbahaya pada polusi udara dapat berdampak buruk bagi kesehatan jika terhirup setiap hari. Dampak ini tidak bisa disepelekan karena bisa memicu berbagai penyakit, mulai dari sesak napas, bronkitis, hingga kanker paru-paru.

Polusi udara merupakan permasalahan umum yang terjadi pada berbagai negara di hampir seluruh dunia. Polusi udara terjadi ketika udara yang dihirup bercampur dengan zat beracun yang berasal dari asap kendaraan, limbah pabrik, debu, serbuk sari, hingga asap kebakaran hutan.

6 Zat Berbahaya pada Polusi Udara yang Berdampak Buruk bagi Kesehatan - Alodokter

Dampak dari menghirup zat berbahaya pada polusi udara dirasakan lebih parah oleh orang yang sudah memiliki masalah kesehatan sebelumnya, anak-anak, lansia, dan hidup di daerah kumuh.

Jenis Zat Berbahaya pada Polusi Udara

Dampak polusi udara terhadap kesehatan ada beragam. Pada ibu hamil, polusi udara bisa menyebabkan kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah, autisme, bahkan keguguran.

Pada orang dewasa, polusi udara bisa meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung, stroke, dan demensia. Risiko berkembangnya gangguan pernapasan hingga kanker juga turut menghantui orang yang sering terpapar polusi udara, tak memandang berapa pun usianya.

Dampak tersebut disebabkan oleh zat berbahaya pada polusi udara yang dihirup dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Berikut adalah beberapa zat berbahaya pada polusi udara:

1. Karbon monoksida

Sebagai zat berbahaya pada polusi udara, karbon monoksida tidak memiliki aroma dan warna. Zat beracun ini dihasilkan dari pembakaran batu bara, bahan bakar kendaraan bermotor, kayu bakar kompor, pembangkit listrik, hingga limbah industri.

Jika zat ini terhirup atau masuk ke dalam tubuh, Anda mungkin untuk mengalami keracunan karbon monoksida. Apabila ini terjadi, suplai darah yang mengangkut oksigen ke seluruh tubuh dapat terhambat.

Keracunan karbon monoksida dapat memiliki dampak yang berbeda, bergantung pada berapa lama paparan dan seberapa banyak karbon monoksida yang terhirup.

Apabila jumlah karbon monoksida yang terhirup hanya sedikit, Anda dapat mengalami sakit kepala, pusing, lemas, dan mual. Gejala keracunan karbon monoksida ringan ini sekilas mirip dengan gejala flu atau keracunan makanan.

Sementara itu, gejala dari paparan karbon monoksida dalam jumlah yang tinggi dan berkepanjangan adalah muntah, sesak napas, penglihatan kabur, penurunan kesadaran, hingga kematian.

2. Nitrogen dioksida

Nitrogen dioksida (NO2) dihasilkan dari proses pembakaran emisi pembangkit listrik, mesin kendaraan, dan kapal. NO2 dapat mengiritasi lapisan lendir pada mata, hidung, tenggorokan, dan paru-paru.

Paparan zat berbahaya pada polusi udara ini dapat masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan atau memperburuk penyakit pernapasan, seperti asma, bronkitis, dan emfisema.

NO2 juga bisa menurunkan fungsi paru-paru dan meningkatkan risiko terjadinya infeksi pernapasan. Paparan nitrogen dioksida bahkan juga bisa memperparah penyakit jantung dan menyebabkan kematian dini.

3. Partikel padat dan cair

Komponen partikel di udara meliputi sulfat, nitrat, bahan kimia organik, logam, partikel tanah, atau debu. Partikel ini terdapat pada asap kendaraan, pembangkit listrik, dan kebakaran hutan.

Jika Anda terpapar kombinasi partikel ini secara terus-menerus, risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular dan pernapasan pun akan meningkat.

4. Ozon

Ozon di permukaan tanah berbeda dengan lapisan ozon di atmosfer. Di atmosfer, ozon berfungsi untuk menangkal cahaya ultraviolet (UV). Sementara di permukaan bumi, ozon masuk dalam kategori polusi.

Ozon di permukaan bumi terbentuk ketika cahaya matahari memicu reaksi kimia antara unsur-unsur polusi. Gas ini sangat reaktif, sehingga bisa mengiritasi mata dan menyebabkan gangguan pernapasan.

Zat berbahaya pada polusi udara ini dapat memicu serangan asma pada penderita asma. Ozon juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena infeksi pernapasan dan memperparah penyakit pernapasan yang sudah diderita sebelumnya.

5. Sulfur dioksida

Sulfur dioksida atau SO2 dihasilkan dari pembakaran batu bara dan bensin juga berpontensi menyebabkan terjadinya hujan asam. Zat ini dapat mengiritasi mata dan hidung. Menghirup unsur ini dapat menyebabkan penyempitan saluran pernapasan dan meningkatkan risiko terjadinya pneumonia.

6. Timbal

Timbal (timah) kebanyakan berasal dari emisi kendaraan, industri, dan cat. Zat berbahaya pada polusi udara ini sangat beracun karena bisa menyebabkan kerusakan sistem saraf dan ginjal, serta mengganggu proses pembentukan hemoglobin.

Anak-anak yang terpapar timbal dapat mengalami penurunan nilai IQ (tingkat kecerdasan) dan kemampuan kognitif, gangguan perilaku, pubertas yang tertunda, hingga penurunan fungsi pendengaran.

Sementara pada orang dewasa, paparan timbal dapat mengakibatkan penyakit kardiovaskular, gangguan saraf, penurunan kesuburan, hingga penurunan fungsi ginjal.

Cara Mengurangi Risiko Paparan Zat berbahaya pada polusi udara

Untuk mengurangi dampak polusi udara dalam ruangan, Anda bisa melakukan beebrapa hal berikut:

  • Pastikan ruangan rumah atau kantor Anda berventilasi baik.
  • Bersihkan ventilasi secara teratur untuk mencegah penumpukan debu dan munculnya jamur.
  • Kurangi penggunaan produk pembersih rumah tanggan yang mengandung polutan dan iritan, seperti aerosol.
  • Jangan merokok, terutama di dalam rumah.
  • Gunakan humidifier untuk melembabkan udara ruangan yang kering, jika memungkinkan.

Guna mengurangi dampak polusi udara ruang terbuka atau luar ruangan, Anda disarankan untuk memperhatikan indeks kualitas udara di sekitar. Jika indeks kualitas udaranya buruk atau merah, batasi aktivitas di tempat tersebut.

Selain itu, upayakan untuk mengurangi polusi udara. Caranya bisa dimulai dari menggunakan energi yang ramah lingkungan, bepergian menggunakan transportasi umum, sepeda, atau berjalan kaki, hingga jangan merokok.

Dampak zat berbahaya pada polusi udara tidak bisa disepelekan, sehingga penting untuk membatasi aktivitas di tempat-tempat yang memiliki polusi udara tinggi. Jika Anda rentan mengalami keluhan terkait polusi udara, termasuk karena tinggal di wilayah berpolusi tinggi, sebaiknya memeriksakan diri ke dokter jika mengalami gejala berupa sesak napas, batuk, dan mengi.