Di Indonesia, jeroan sering diolah menjadi masakan yang nikmat. Meski jeroan lezat untuk disantap, risiko sering makan jeroan dapat berdampak negatif bagi kesehatan. Terlebih, jika disantap terlalu banyak.

Jeroan adalah sebutan lain untuk organ dalam hewan yang siap diolah menjadi berbagai jenis masakan. Organ dalam yang dimaksud bisa berupa lidah, babat, usus, hati, paru, jantung, limpa, dan otak.

10 Risiko Sering Makan Jeroan - Alodokter

Risiko sering makan jeroan bisa langsung muncul setelah mengonsumsi jeroan, atau baru dirasakan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sejak kebiasaan ini dimulai.

Risiko Sering Makan Jeroan

Jeroan tidak selamanya buruk bagi tubuh. Mengonsumsi jeroan dalam jumlah wajar sebenarnya masih dapat memberikan berbagai manfaat. Hal ini karena jeroan mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.

Nutrisi yang terkandung dalam jeroan bisa berbeda, tergantung pada jenis jeroan. Namun, pada umumnya jeroan termasuk dalam makanan tinggi protein.

Jeroan juga mengandung berbagai vitamin dan mineral, seperti vitamin A, vitamin B, vitamin C, zat besi, kalsium, kalium, fosfor, tembaga, dan seng. Beragam nutrisi tersebut sangat penting untuk menjalankan berbagai fungsi tubuh.

Meski jeroan kaya akan nutrisi, bukan berarti Anda dianjurkan untuk mengonsumsi jeroan terlalu sering atau terlalu banyak. Terlalu sering atau terlalu banyak makan jeroan justru membahayakan kesehatan.

Berikut ini adalah beragam risiko sering makan jeroan:

1. Sakit kepala

Keluhan pertama yang mungkin Anda rasakan ketika terlalu banyak atau sering makan jeroan adalah sakit kepala. Hal ini karena jeroan termasuk dalam makanan tinggi tiramin.

Kadar tiramin yang tinggi diyakini dapat meningkatkan risiko terjadinya migrain dan sakit kepala. Sebenarnya, tubuh memiliki enzim monoamin oksidasi yang berperan dalam menghancurkan tiramin. Namun, beberapa orang tidak memiliki enzim tersebut dalam jumlah yang cukup.

Kadar tiramin yang tinggi dapat memicu produksi hormon epinefrin di dalam tubuh. Jumlah epinefrin yang berlebih inilah yang diduga menyebabkan sakit kepala dan migrain setelah mengonsumsi jeroan.

2. Penyakit asam urat

Risiko sering makan jeroan berikutnya adalah penyakit asam urat. Jeroan termasuk dalam alodmakanan tinggi purin. Jenis jeroan yang kandungan purinnya tinggi antara lain adalah hati, babat, otak, lidah, ginjal, dan pankreas.

Makin banyak kandungan purin dalam jeroan yang dikonsumsi, makin tinggi pula kadar asam urat yang dihasilkan oleh tubuh. Kadar asam urat yang tinggi ini kemudian akan membentuk kristal padat di sendi, hingga akhirnya menimbulkan peradangan dan rasa nyeri. Itulah sebabnya mengapa penderita asam urat dianjurkan untuk tidak makan jeroan.

3. Serangan jantung

Jeroan umumnya mengandung kadar kolesterol dan lemak jenuh yang tinggi. Meskipun lemak dibutuhkan tubuh, tetapi Anda harus tetap memerhatikan jumlah konsumsinya.

Pasalnya, konsumsi lemak jenuh yang berlebihan justru dapat menyebabkan pembentukan plak di pembuluh darah. Kondisi inilah yang membuat Anda lebih mudah untuk terkena serangan jantung.

4. Gagal jantung

Gagal jantung berbeda dengan serangan jantung. Risiko sering makan jeroan ini terjadi ketika pembuluh darah arteri tersumbat akibat penumpukan plak.

Hal ini membuat jantung harus bekerja keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Otot jantung kemudian membesar agar bisa memompa lebih kuat, tetapi akhirnya menjadi lemah dan tidak mampu lagi memompa darah.

5. Stroke

Lemak jenuh yang terdapat dalam jeroan dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat LDL (low-density lipoprotein) di dalam tubuh. Kadar LDL yang terlalu tinggi berkontribusi terhadap pembentukan plak di pembuluh darah arteri.

Pembuluh darah yang tersumbat oleh plak membuat pasokan darah ke otak menjadi terganggu. Hal inilah yang menyebabkan seseorang terkena stroke.

6. Demensia vaskular

Risiko sering makan jeroan ini mungkin baru dialami ketika kebiasaan makan jeroan dilakukan dalam waktu yang lama. Demensia adalah menurunnya kemampuan otak untuk melakukan fungsi dasar, seperti kemampuan berpikir, mengingat, dan berkomunikasi.

Pada demensia vaskular, kerusakan sel otak disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak. Kondisi ini biasanya terjadi pada orang yang baru mengalami stroke.

7. Kerusakan hati

Vitamin A yang terkandung dalam jeroan tergolong cukup tinggi, sementara batas aman konsumsi vitamin A per hari adalah 10.000 mikrogram. Sebagai contoh, dalam 100 gram paru dan hati sapi masing-masing terkandung vitamin A sebanyak 2.800 mikrogram dan 1.200 mikrogram.

Mengonsumsi jeroan terlalu sering dan terlalu banyak dapat menyebabkan penumpukan vitamin A di dalam tubuh. Risiko sering makan jeroan berupa kelebihan vitamin A dapat mengakibatkan mual, muntah, sakit kepala, diare, hingga kerusakan hati dan pengeroposan tulang.

8. Bayi lahir cacat

Risiko sering makan jeroan juga sebaiknya diwaspadai oleh ibu hamil. Pasalnya, kelebihan vitamin A pada ibu hamil dapat membahayakan janin dan menyebabkan bayi lahir cacat.

Hindarilah mengonsumsi jeroan seperti hati dan paru sapi karena keduanya tergolong tinggi akan vitamin A.

9. Cacingan

Kondisi ini dapat terjadi jika mengonsumsi jeroan hewan yang terinfeksi cacing. Parasit tersebut masuk ke tubuh Anda jika jeroan tidak dimasak dengan benar atau kurang matang.

Gejala cacingan dapat berupa mual, muntah, lemas, diare, demam, sakit kepala, nyeri otot, dan bengkak pada wajah dan mata.

10. Kanker kandung kemih

Penelitian mengungkap bahwa sering makan jeroan dapat meningkatkan risiko terkena kanker kandung kemih. Jadi, jika Anda memiliki riwayat infeksi kandung kemih, sebaiknya batasi konsumsi jeroan untuk mencegah risiko sering makan jeroan yang satu ini.

Meski demikian, penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk menemukan keterkaitan antara konsumsi jeroan dan kanker kandung kemih.

Jika tubuh Anda sehat, mengonsumsi jeroan memang diperbolehkan asalkan tidak terlalu sering dan berlebih. Pastikan Anda tidak mengonsumsi jeroan lebih dari 1 kali dalam seminggu. Tujuannya agar Anda dapat terhindar dari berbagai risiko sering makan jeroan yang telah dijelaskan di atas.

Sebagai alternatif jeroan, Anda dapat mengonsumsi daging sapi, ayam, ikan, atau jenis daging lain tanpa lemak. Jangan lupa untuk mengimbanginya dengan pola makan bergizi seimbang yang kaya akan serat dari sayuran dan buah-buahan.

Jika Anda gemar mengonsumsi jeroan dan merasakan keluhan yang mungkin mengarah pada penyakit-penyakit atau risiko sering makan jeroan di atas, sebaiknya periksakan diri ke dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan penyebab dan memberikan penanganan yang sesuai.