Sindrom Brugada adalah gangguan irama jantung akibat kelainan genetik. Sindrom Brugada sering kali tidak memunculkan gejala, tetapi dapat membuat penderitanya mengalami henti jantung mendadak.

Irama jantung yang tidak teratur akan membuat jantung tidak bisa memompa darah ke seluruh tubuh secara optimal. Walaupun sering kali tidak menimbulkan keluhan, sebagian penderita sindrom Brugada dapat merasakan keluhan jantung berdebar dan sesak napas.

Sindrom Brugada jarang terjadi, namun merupakan salah satu penyebab utama kematian mendadak pada bayi hingga orang dewasa.

Penyebab dan Faktor Risiko Sindrom Brugada

Sindrom Brugada terjadi akibat perubahan atau mutasi pada satu atau beberapa gen yang berperan menjaga irama jantung agar tetap normal. Gen yang bermutasi tersebut diturunkan dari salah satu orang tua.

Sindrom Brugada lebih sering dialami oleh laki-laki dibandingkan perempuan. Sementara kemunculan gejalanya diduga dapat dipicu dan diperburuk oleh kondisi berikut:

Gejala Sindrom Brugada

Sindrom Brugada sering kali tidak memunculkan gejala apa pun. Namun, pada beberapa penderita, sindrom Brugada dapat menunjukkan gejala yang tidak jauh berbeda dengan gangguan irama jantung lain, seperti:

Gejala tersebut bisa muncul pada usia berapa pun, tetapi lebih sering di usia 30-40 tahun. Gejala sindrom Brugada juga bisa muncul akibat dipicu oleh demam, dehidrasi, dan konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.

Kapan harus ke dokter

Bila Anda mengalami gejala sindrom Brugada seperti yang telah dijelaskan di atas, segeralah berkonsultasi dengan dokter.

Jika Anda menemukan seseorang yang mengalami henti jantung mendadak, segera telepon ambulans dan secepat mungkin berikan pertolongan CPR atau AED. Setelah itu, segera bawa penderita ke IGD di rumah sakit terdekat.

Diagnosis Sindrom Brugada

Untuk mendiagnosis sindrom Brugada, dokter akan menanyakan gejala yang muncul dan apakah ada keluarga pasien yang mengalami kondisi serupa. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik dengan mendengarkan detak dan irama jantung melalui stetoskop.

Selanjutnya, untuk menetapkan diagnosis, dokter memerlukan pemeriksaan penunjang, seperti:

Pengobatan Sindrom Brugada

Metode utama pengobatan sindrom Brugada adalah implan alat kejut jantung otomatis (ICD) di bawah tulang selangka. Perangkat ini dihubungkan ke jantung melalui pembuluh darah untuk memonitor detak jantung. Jika detak jantung tidak normal, ICD akan mengirim sinyal kejut agar detak jantung kembali normal.

Perlu diketahui, ICD dapat mengirimkan sinyal kejut meski detak jantung pasien sedang dalam kondisi normal. Untuk mengurangi risiko kondisi tersebut terjadi, pasien yang menggunakan ICD perlu rutin memeriksakan diri ke dokter. Jika ICD tidak efektif dalam mengatasi sindrom Brugada, dokter akan menyarankan terapi ablasi jantung.

Selain prosedur di atas, dokter juga dapat meresepkan obat antiaritmia untuk menjaga detak jantung pasien tetap normal.

Komplikasi Sindrom Brugada

Komplikasi dari sindrom Brugada yang paling berbahaya adalah henti jantung mendadak. Selain itu, gangguan irama jantung yang terjadi pada sindrom Brugada dapat membuat aliran darah ke otak tidak optimal sehingga menyebabkan pingsan. Kedua komplikasi ini memerlukan penanganan medis secepat mungkin.

Pencegahan Sindrom Brugada

Sindrom Brugada tidak dapat dicegah, karena kelainan genetik yang menyebabkan kondisi ini sudah terjadi sejak lahir. Meski begitu, komplikasi sindrom Brugada bisa dicegah dengan pemeriksaan dini ketika ada gejala gangguan irama jantung.

Bila Anda tidak mengalami gejala sindrom Brugada tetapi memiliki anggota keluarga yang menderita sindrom Brugada atau meninggal karena henti jantung mendadak, sebaiknya periksakan diri ke dokter jantung. Tujuannya adalah agar penyakit ini dapat dideteksi dan ditangani sedini mungkin bila ada.

Selain itu, penderita sindrom Brugada juga disarankan untuk:

  • Segera mengonsumsi obat penurun demam jika mulai merasa demam dan tidak membiarkan demam naik
  • Menghindari konsumsi minuman beralkohol
  • Berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat apapun
  • Menghindari olahraga yang berat atau kompetitif, seperti sepak bola