Banyak mitos beredar seputar susu UHT. Salah satunya adalah anggapan bahwa kandungan gizi di dalam susu UHT berkurang karena diproses dengan temperatur yang sangat tinggi untuk membunuh bakteri dan jamur. Bagaimana fakta yang sebenarnya?

Susu UHT merupakan susu pasteurisasi yang menggunakan teknologi ultra-high temperature. Dalam prosesnya, susu akan dipanaskan hingga suhu di atas 138oC selama 1–2 detik. Setelah itu, susu akan dikemas secara steril dan tertutup rapat.

Kenali Mitos dan Fakta Seputar Susu UHT - Alodokter

Jika disimpan dalam suhu sekitar 30–37oC, susu UHT bisa bertahan selama 16–20 minggu. Sementara jika disimpan di suhu 4–20oC, susu UHT dapat bertahan selama 40–52 minggu. Namun, pastikan kemasan susu tidak terbuka selama masa penyimpanan agar susu UHT tidak rusak.

Mitos dan Fakta Terkait Susu UHT

Karena susu UHT diolah secara khusus sebelum dipasarkan, banyak yang menganggap kandungan gizi dan tingkat keamanan susu UHT lebih rendah jika dibandingkan susu segar.

Berikut ini adalah beberapa mitos dan fakta yang harus Anda ketahui mengenai susu UHT:

1. Susu UHT tidak efektif untuk mencegah osteoporosis

Banyak yang menganggap bahwa susu segar jauh lebih efektif dalam mencegah penyakit osteoporosis. Namun, anggapan tersebut hanya mitos belaka. Belum ada penelitian yang mendukung klaim-klaim tersebut.

Faktanya, konsentrasi kalsium dalam susu dan produk segar lainnya tidak akan berkurang hanya karena proses pasteurisasi. Susu UHT justru mengandung 30% kalsium harian yang diperlukan oleh tubuh.

Penelitian lain juga dilakukan dengan menggunakan air susu ibu (ASI), di mana ASI yang dipanaskan tidak menunjukkan adanya perbedaan dalam proses penyerapan asam amino, kalsium, fosfor, dan natrium pada bayi prematur.

2. Kandungan nutrisi dalam susu UHT berubah drastis

Proses pemanasan dengan suhu tinggi banyak menimbulkan kekhawatiran, terutama nutrisi dalam susu UHT yang ditakutkan akan berkurang.

Faktanya, nutrisi dalam susu UHT tidak berkurang sama sekali. Konsumsi susu UHT justru dapat menurunkan risiko keracunan makanan, karena proses pemanasan dapat membunuh bakteri jahat atau patogen penyebab infeksi di dalam susu.

3. Susu UHT mengalami perubahan kandungan lemak dan protein susu

Selain kandungan nutrisi, proporsi protein dan lemak dalam susu UHT juga sering dipertanyakan. Faktanya, proses pemanasan menggunakan teknologi UHT memang akan mengubah kandungan lemak dan protein pada susu.

Namun, perubahan kandungan lemak dan protein pada susu UHT ini hanya sedikit, sehingga tidak signifikan dalam memengaruhi asupan gizi yang akan diserap oleh tubuh. Bahkan, jika dibandingkan dengan susu murni, lemak dalam susu yang dipanaskan dalam suhu tinggi lebih mudah dicerna oleh tubuh.

Lemak susu sendiri memengaruhi nilai gizi susu karena di dalamnya terkandung sebagian besar vitamin A, D, E, K, dan kalsium. Untuk mengetahui kandungan gizi sebuah produk susu secara lebih lengkap, jangan lupa membaca label nutrisi yang tertera di kemasan dengan saksama.

4. Susu segar lebih sehat daripada susu UHT

Susu segar lebih sehat daripada susu UHT? Ini hanya mitos. Faktanya, susu segar dan susu UHT memiliki kandungan gizi yang tidak jauh berbeda. Bahkan, susu UHT memiliki keunggulan dibandingan susu segar dalam menurunkan risiko terkena penyakit tertentu.

Proses sterilisasi susu dengan pemanasan akan membunuh bakteri penyebab penyakit seperti E.coli dan Salmonella, sehingga risiko Anda untuk terkena infeksi akibat konsumsi susu bisa berkurang.

Sebaliknya, susu mentah justru bisa mengandung berbagai jenis kuman, sehingga Anda bisa terkena infeksi ketika mengonsumsinya.

Fakta di atas meluruskan beragam mitos susu UHT yang beredar. Jadi, kini Anda tidak perlu ragu lagi untuk mengonsumsinya, karena kandungan nutrisi dalam susu UHT tetap terjaga.

Meski telah diolah menjadi beragam produk, seperti keju, es krim, dan yoghurt, tidak menjamin bakteri yang terdapat dalam susu segar mati. Oleh karena itu, pilihlah produk olahan susu yang terbuat dari susu UHT atau susu pasteurisasi lainnya agar terhindar dari penyakit akibat infeksi bakteri.

Jika Anda memiliki alergi terhadap protein dalam susu sapi, konsultasikan ke dokter untuk mengetahui alternatif penggantinya, agar kebutuhan nutrisi harian dari susu sapi tetap terpenuhi.