Barrett’s esophagus adalah kerusakan pada lapisan kerongkongan (esofagus) akibat paparan asam lambung dalam jangka panjang. Kondisi ini terkait dengan peningkatan risiko terjadinya kanker esofagus.

Kerongkongan atau esofagus adalah saluran yang menghubungkan mulut dengan lambung. Di bagian bawah kerongkongan, terdapat LES (lower esophageal sphincter), yaitu sfingter atau otot khusus yang bisa membuka dan menutup untuk mencegah refluks atau naiknya asam lambung, makanan, dan minuman ke kerongkongan.

Barrett's Esophagus - Alodokter

Jika sfingter lemah, misalnya karena GERD (gastroesophageal reflux disease), asam lambung bisa naik secara terus menerus ke kerongkongan dan akhirnya merusak lapisan bagian tersebut sehingga terjadilah Barrett’s esophagus.

Penyebab Barrett’s Esophagus

Penyebab Barrett’s esophagus belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini sering kali dikaitkan dengan penyakit asam lambung atau GERD yang telah berlangsung lama. GERD adalah kondisi saat otot kerongkongan bagian bawah melemah sehingga asam lambung naik kembali ke kerongkongan secara terus-menerus.

Meski demikian, tidak semua penderita GERD pasti mengalami Barrett’s esophagus, dan tidak semua Barrett’s esophagus terjadi akibat GERD.

Faktor risiko Barrett’s esophagus

Selain lebih berisiko terjadi pada penderita GERD kronis, risiko terjadinya Barrett’s esophagus juga dapat meningkat pada orang dengan kondisi berikut:

  • Berusia di atas 50 tahun
  • Berjenis kelamin laki-laki
  • Memiliki berat badan berlebih atau obesitas
  • Memiliki kebiasaan merokok atau pernah merokok aktif
  • Menderita gastritis akibat infeksi bakteri Helicobacter pylori ( pylori)
  • Memiliki keluarga yang menderita Barrett’s esophagus atau kanker esofagus

Gejala Barrett’s Esophagus                                

Barrett’s esophagus tidak menimbulkan gejala khusus. Namun, karena kondisi ini terkait dengan GERD, kenaikan asam lambung bisa memicu munculnya beberapa gejala berikut:

  • Sensasi terbakar di dada (heartburn)
  • Rasa asam di belakang mulut
  • Bau mulut (halitosis)
  • Nyeri ketika menelan
  • Rasa seperti ada makanan mengganjal di kerongkongan
  • Sakit tenggorokan
  • Mual dan muntah
  • Berat badan menurun

Kapan harus ke dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami GERD yang terus menerus dan tidak kunjung membaik, apalagi bila sudah terjadi selama 5 tahun atau lebih. Hal ini agar kondisi lebih terpantau dan diketahui apakah GERD berpotensi menyebabkan Barrett’s esophagus.

Selain itu, Anda perlu mengenali beberapa tanda dan gejala bahaya berikut dan segera ke dokter jika mengalaminya:

  • Nyeri dada
  • Muntah mengandung darah atau terlihat kecokelatan seperti bubuk kopi
  • Tinja berwarna gelap, berlendir, atau berdarah
  • Berat badan turun drastis
  • Sulit menelan

Diagnosis Barrett’s Esophagus

Dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala serta riwayat kesehatan pasien, termasuk penyakit dan konsumsi obat-obat tertentu. Dokter juga mungkin menanyakan riwayat penyakit pada keluarga pasien, kemudian dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik.

Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan endoskopi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan selang endoskop melalui tenggorokan hingga ke kerongkongan untuk mendeteksi perubahan pada lapisan kerongkongan.

Jika dalam endoskopi ditemukan perubahan pada lapisan kerongkongan, dokter akan melakukan biopsi atau pengambilan sampel jaringan. Dengan biopsi, dokter dapat melihat ada tidaknya displasia pada kerongkongan. Displasia sendiri adalah jaringan dengan sel abnormal yang dapat berkembang menjadi sel kanker (sel prakanker).

Melalui biopsi, dokter juga dapat menentukan tingkat keparahan kondisi berdasarkan banyaknya displasia, yaitu:

  • Tidak ada displasia, jika tidak ditemukan pertumbuhan sel prakanker
  • Displasia ringan, jika ditemukan sedikit pertumbuhan sel prakanker
  • Displasia berat, jika ditemukan banyaknya pertumbuhan sel prakanker, sekaligus merupakan tahap terakhir sel berkembang menjadi kanker

Pengobatan Barrett’s Esophagus

Pengobatan Barrett’s esophagus tergantung pada seberapa banyak pertumbuhan sel prakanker di kerongkongan, yaitu:

Tidak ada displasia

Pada pasien Barrett’s esophagus tanpa pertumbuhan sel abnormal, dokter akan memantau perubahan lapisan kerongkongan dengan menggunakan endoskopi. Pemeriksaan ini dapat dilakukan setiap 1 tahun sekali. Jika tidak ada perubahan, endoskopi bisa dilakukan setiap 3–5 tahun sekali.

Selain memantau kondisi, dokter juga akan menganjurkan pasien untuk memperbaiki gaya hidup, serta memberikan obat-obatan tertentu untuk menurunkan produksi asam lambung, seperti antagonis H2 dan obat penghambat pompa proton.

Dokter juga dapat melakukan operasi di bawah ini untuk mengontrol gejala pada pasien:

  • Nissen fundoplication, yaitu operasi untuk mengikat bagian atas lambung atau area otot kerongkongan (LES)
  • LINX, yaitu operasi untuk melilitkan alat berbentuk cincin di bagian otot LES sehingga otot LES bisa membuka dan menutup saat makan dan minum
  • Stretta, yaitu prosedur dengan memasukkan alat bergelombang radio di bagian bawah kerongkongan atau area LES dengan menggunakan endoskopi

Displasia ringan

Pada pasien Barrett’s esophagus yang mengalami displasia ringan, dokter akan menganjurkan endoskopi yang bisa diulang 6 bulan kemudian. Pemantauan tambahan juga akan dilakukan tiap 6–12 bulan. Selain itu, dokter juga dapat melakukan beberapa tindakan berikut:

  • Reseksi endoskopi, untuk mengangkat sel abnormal dengan menggunakan endoskopi
  • Ablasi radiofrekuensi, untuk mengangkat jaringan abnormal kerongkongan dengan menggunakan gelombang radio
  • Krioterapi, untuk merusak sel-sel abnormal dengan cara dibekukan

Displasia berat

Pada pasien Barrett’s esophagus yang mengalami displasia berat, dokter akan melakukan tindakan seperti pada displasia ringan. Namun, mengingat displasia berat mungkin berkembang menjadi kanker kerongkongan, dokter akan melakukan operasi pengangkatan lapisan kerongkongan yang rusak.

Komplikasi Barrett’s Esophagus

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Barrett’s esophagus dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker esofagus. Meski begitu, kondisi tersebut sangat jarang terjadi, bahkan pada pasien yang sebelumnya terdeteksi memiliki sel prakanker.

Pencegahan Barrett’s Esophagus

Mengingat Barrett’s esophagus sering kali terjadi karena GERD, langkah utama yang dapat dilakukan untuk mencegah Barrett’s esophagus adalah dengan mencegah naiknya asam lambung akibat GERD. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah:

  • Tidak merokok
  • Membatasi konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
  • Menunggu setidaknya 4 jam setelah makan jika ingin berbaring
  • Menerapkan pola makan yang sehat, seperti tidak mengonsumsi makanan terlalu pedas, membatasi makanan berlemak, serta makan sering tetapi dalam porsi kecil
  • Mempertahankan berat badan agar tetap ideal

Selain dengan meredakan gejala, pasien juga dapat mencegah Barrett’s esophagus dengan kontrol rutin ke dokter untuk memantau kondisi lapisan kerongkongan.