Selain para ibu, kritik pedas tentang pola asuh anak nyatanya juga bisa dialami oleh para ayah, lho. Perilaku merendahkan ayah ini disebut dengan istilah dad shaming. Yuk, simak apa saja sih bentuk dad shaming itu.

Dalam sebuah penelitian, sekitar 52% ayah pernah mengalami dad shaming. Berbeda dengan mom shaming, dad shaming justru lebih sering dilakukan oleh orang yang memiliki hubungan dekat dengan ayah, seperti istri, orang tua, atau bahkan teman-temannya.

Bentuk Dad Shaming yang Sering Dialami Ayah - Alodokter

Sederet Bentuk Dad Shaming yang Kerap Terjadi

Perlakuan dad shaming mungkin lebih tidak terlihat atau mungkin tidak disadari. Nah, berikut ini adalah bentuk dad shaming yang bisa terjadi:

1. Dikritik perihal cara mendisiplinkan anak

Kritikan pertama yang sering diterima oleh ayah adalah cara mendisiplinkan anak. Sikap tegas sang ayah tidak jarang disalahartikan menjadi perilaku yang keras, sehingga menyebabkan munculnya berbagai kritikan.

Namun, ketika memberikan kelonggaran terhadap anaknya, ayah juga tidak luput dari kritikan karena dianggap terlalu memanjakan. Padahal, setiap ayah memiliki cara yang berbeda dalam mendisiplinkan anak.

2. Dikomentari tentang tumbuh kembang anak

Komentar seperti “Kok, anaknya kurus banget!” atau “Sudah umur 2 tahun, tapi belum lancar bicara?” juga kerap menghujani para ayah, lho. Ayah sering kali dianggap tidak tahu-menahu mengenai tumbuh kembang anak, nutrisi untuk anak, atau cara mengajarkan anak, sehingga tak luput dari kritikan.

3. Dikritik saat bermain dengan anaknya

Bermain bersama ayah identik dengan permainan yang melibatkan fisik. Terkadang, seorang ayah mengajak bermain buah hatinya dengan cara mengayun-ngayun atau melemparnya ke udara kemudian menangkapnya.

Nah, hal ini sering memicu kritikan pedas, seperti “Cara mainnya kok begitu, sih? Kan bisa membahayakan anak”.

Padahal, maksud dari sang ayah hanyalah bersenang-senang dengan anaknya. Lagi pula, setiap ayah tentu tahu sejauh mana anaknya bisa menerima permainan. Ayah juga pastinya akan selalu mengutamakan keamanan anak.

4. Meremehkan dan tidak membiarkan ayah untuk belajar

Menjadi seorang ayah tidak serta merta membuat seorang pria mahir dalam merawat anak. Ayah juga perlu belajar merawat sang buah hati. Namun, sayangnya, perlakuan orang yang merasa lebih mahir bisa membuat ayah merasa tidak punya andil atau bahkan tidak pantas ikut merawat anak.

Sebagai contoh, ketika sang ayah sedang memakaikan baju anak tetapi caranya salah, ada saja yang mengkritik dan langsung mengambil alih sambil berkata, “Bukan begitu caranya, kamu tidak bisa-bisa, deh. Sini, biar aku saja yang memakaikannya.”

Nah, itulah beberapa bentuk dad shaming yang sering terjadi. Sebagian besar ayah yang mengalami dad shaming bisa menanggapi perlakuan ini dengan positif serta menjadikannya bahan evaluasi diri.

Bahkan, perlakuan ini bisa menjadi pemecut baginya untuk mencari informasi terkait pola asuh yang baik dan mempraktikannya. Bila seperti ini, tentu efeknya baik, ya.

Sayangnya, sebagian lainnya justru menjadi tidak percaya diri dan enggan untuk mengurus anak karena dad shaming. Bahkan, tidak sedikit ayah yang menanggapinya dengan amarah dan merasa kritik yang diperoleh merupakan perlakuan yang tidak adil.

Jika kamu adalah seorang ayah, ketika mendapatkan kritikan pedas, jangan biarkan perkataan tersebut mengganggu pikiran dan membuatmu menjadi tidak percaya diri ya. Lebih baik, tetaplah berpikir positif, jangan patah semangat, dan teruslah belajar untuk bisa menjadi sosok ayah yang baik.

Ingatlah, kamu adalah sosok penting untuk anakmu. Selain mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, kamu juga berperan penting dalam mendukung tumbuh kembang Si Kecil.

Jika perilaku dad shaming sudah membuatmu merasa sedih terus-menerus, putus asa, bahkan memiliki pikiran tidak pantas menjadi seorang ayah, jangan ragu untuk berkonsultasi ke psikolog, ya.