Alergi susu pada bayi disebabkan oleh reaksi berlebihan sistem imun terhadap protein di dalam susu sapi. Padahal, susu merupakan sumber nutrisi yang baik bagi tumbuh kembang bayi. Namun, Bunda tidak perlu khawatir, karena ada cara mengatasi alergi susu pada bayi yang dapat Bunda lakukan.

Susu sapi kaya akan nutrisi, seperti kalsium, protein, lemak, dan vitamin D, yang baik untuk mendukung tumbuh kembang bayi. Namun, ada kalanya bayi justru muntah, diare, atau gatal-gatal setelah mengonsumsi susu sapi. Hal ini bisa menjadi tanda bahwa bayi memiliki alergi susu sapi.

Cara Mengatasi Bayi Alergi Susu dengan Susu Formula Termodifikasi - Alodokter

 

Alergi susu sapi merupakan salah satu jenis alergi yang banyak dialami bayi. Di Indonesia, setidaknya sekitar 2–7,5% bayi menderita alergi susu sapi. Kondisi tersebut umumnya dialami oleh bayi berusia di bawah 5 bulan. Diperkirakan 1 dari 25 bayi di Indonesia memiliki alergi susu.

Risiko bayi mengalami alergi susu akan semakin tinggi bila salah satu atau kedua orang tuanya juga menderita alergi terhadap sesuatu. Tak hanya konsumsi susu sapi secara langsung, reaksi alergi juga dapat muncul apabila bayi mengonsumsi produk olahan susu, seperti keju dan yoghurt.

Tanda Alergi Susu pada Bayi

Gejala alergi yang ditunjukkan setiap bayi berbeda-beda. Ada yang mengalami gejala sesaat setelah mengonsumsi susu, ada juga yang gejalanya baru muncul beberapa hari kemudian. Tanda dan gejala alergi susu sapi pada bayi meliputi:

  • Rewel atau sering menangis
  • Napas berbunyi atau mengi
  • Batuk-batuk
  • Mata terlihat membengkak dan berair
  • Nyeri perut, perut kembung, dan diare
  • Muntah
  • Gatal-gatal dan muncul ruam pada kulit

Meski jarang terjadi, alergi susu dapat memicu reaksi alergi parah (anafilaksis) yang dapat menyebabkan bayi sesak napas, bengkak-bengkak, hingga kehilangan kesadaran atau pingsan. Reaksi anafilaksis merupakan kondisi yang berbahaya dan perlu segera ditangani oleh dokter.

Bunda juga bisa memeriksa apakah Si Kecil mengalami alergi susu dengan allergy symptom checker.

Berbagai Cara Mengatasi Alergi Susu pada Bayi

Meski Si Kecil alergi terhadap susu, Bunda tidak perlu khawatir. Ada berbagai cara yang dapat Bunda lakukan agar kebutuhan nutrisi Si Kecil tetap terpenuhi, di antaranya:

1. Berikan ASI eksklusif

Bunda disarankan untuk tetap memberikan ASI kepada Si Kecil, terutama jika ia memiliki alergi terhadap susu sapi. Hal ini dikarenakan ASI merupakan sumber nutrisi terbaik bagi bayi. Konsumsi ASI juga disebut dapat mencegah kekambuhan gejala alergi susu sapi pada bayi.

Di dalam ASI terkandung beragam nutrisi, seperti karbohidrat, protein, dan lemak, yang diperlukan untuk tumbuh kembangnya. Namun, Bunda perlu lebih berhati-hati dalam mengonsumsi makanan, karena apa pun makanan yang Bunda konsumsi dapat memengaruhi ASI yang Bunda hasilkan.

Jika Si Kecil alergi susu, Bunda perlu menghindari makanan yang mengandung protein susu sapi dan berbagai produk olahannya, seperti yoghurt dan keju. Selain itu, Bunda juga perlu mengonsumsi makanan penambah dan pelancar ASI agar kebutuhan ASI Si Kecil dapat selalu terpenuhi.

2. Berikan susu formula dengan kandungan hipoalergenik

Susu formula dapat diberikan kepada bayi sebagai asupan nutrisi pendamping ASI. Jenis susu ini juga dapat digunakan bila kondisi Bunda tidak memungkinkan untuk memberikan ASI kepada Si Kecil.

Namun, bila Si Kecil memiliki alergi susu sapi, pastikan Bunda memilih susu formula jenis hipoalergenik, ya. Susu formula jenis ini merupakan susu formula yang sudah dibuat secara khusus, sehingga berisiko lebih rendah untuk memicu reaksi alergi pada bayi.

Susu formula khusus ini sudah diproses secara khusus, sehingga Si Kecil tetap bisa memperoleh nutrisi dari susu formula tanpa harus mengalami kekambuhan gejala alergi. Untuk menentukan jenis susu formula yang tepat untuk Si Kecil yang alergi susu sapi, Bunda bisa berkonsultasi ke dokter anak.

Ada 2 jenis susu formula hipoalergenik yang terdapat di pasaran, antara lain:

Susu formula asam amino

Susu formula asam amino merupakan susu formula yang mengandung formulasi asam amino khusus yang bukan berasal dari protein susu sapi. Ini artinya, susu ini aman dikonsumsi oleh Si Kecil yang memiliki alergi susu sapi, terutama alergi yang parah.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa susu formula asam amino dapat menurunkan risiko kambuhnya alergi susu pada bayi dan mampu meningkatkan berat badan bayi secara signifikan.

Namun, sebelum memberikan susu formula asam amino kepada Si Kecil, Bunda dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter anak terlebih dahulu.

Susu formula terhidrolisa

Susu formula terhidrolisa parsial dan ekstensif (extensively and partial hydrolized) adalah jenis susu yang telah melalui proses pemecahan protein susu sapi sehingga dapat mencegah munculnya reaksi alergi pada bayi yang memiliki alergi susu sapi.

Jumlah protein yang dipecah pada susu formula terhidrolisa ekstensif (extensively hydrolized) umumnya lebih banyak dibandingkan susu formula terhidrolisa parsial (partial hydrolized), sehingga kandungan protein dalam susu yang dapat menyebabkan alergi pun semakin sedikit.

Berat molekul protein pada susu formula terhidrolisa ekstensif juga jauh lebih kecil dibandingkan susu formula terhidrolisa parsial. Ini artinya susu formula terhidrolisa ekstensif bisa diberikan sebagai alternatif susu sapi pada bayi yang alergi susu sapi. Sementara itu, susu sapi terhidrolisa parsial bisa diberikan sebagai pencegahan untuk bayi yang memiliki risiko terkena alergi susu sapi.

Hal inilah yang menjadikan susu formula terhidrolisa lebih aman untuk dikonsumsi oleh bayi yang memiliki alergi susu.

3. Terapi desensitisasi

Terapi desensitisasi atau imunoterapi adalah salah satu metode pengobatan untuk mengurangi frekuensi kekambuhan gejala alergi. Terapi ini dilakukan dengan cara memberikan protein atau zat pencetus alergi kepada bayi dalam jumlah tertentu.

Tujuannya adalah agar tubuh bayi dapat menoleransi paparan pencetus alergi tersebut, sehingga gejala alerginya lebih jarang kambuh. Dalam terapi desensitisasi, bahan pencetus alergi bisa diberikan melalui makanan atau minuman maupun suntikan. Meski demikian, terapi ini membutuhkan waktu yang lama, bahkan bisa hingga bertahun-tahun.

Jika Si Kecil menunjukkan gejala-gejala alergi susu, Bunda disarankan untuk segera memeriksakannya ke dokter anak. Hal ini penting dilakukan agar faktor pencetus alergi Si Kecil bisa diketahui dan alerginya bisa segera diatasi.

Dengan penanganan secara dini, diharapkan reaksi alergi bisa lebih jarang muncul sehingga tidak mengganggu tumbuh kembang dan kesehatan Si Kecil.