Cortidex adalah obat untuk mengatasi peradangan atau inflamasi. Beberapa kondisi yang bisa diatasi dengan obat ini adalah radang sendi, alergi, asma, eksim, atau penyakit autoimun. Cortidex tersedia dalam bentuk tablet dan suntik.

Dalam tiap tablet Cortidex terkandung 0,5 mg dexamethasone. Sementara itu, tiap ampul Cortidex berisi 1 ml cairan suntik yang mengandung 5 mg dexamethasone.

Cortidex - Alodokter

Dexamethasone tergolong sebagai obat kortikosteroid. Obat ini bekerja dengan cara menghambat produksi zat pemicu reaksi peradangan di dalam tubuh. Dengan begitu, gejala peradangan, seperti nyeri dan bengkak, akan mereda.

Dexamethasone di dalam Cortidex juga memiliki efek imunosupresan. Obat ini mampu menekan respons sistem imun yang terlalu aktif sehingga bisa digunakan untuk menangani penyakit autoimun, seperti lupus dan multiple sclerosis. Cortidex juga dapat digunakan dalam pengobatan kanker darah, seperti multiple myeloma.

Apa Itu Cortidex

Bahan aktif Dexamethasone
Golongan Obat resep
Kategori Kortikosteroid
Manfaat Meredakan peradangan
Digunakan oleh Dewasa dan anak-anak
Dexamethasone di dalam Cortidex untuk ibu hamil dan menyusui Kategori C: Studi pada binatang percobaan dan manusia telah memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil.
Obat ini hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
Belum diketahui apakah dexamethasone yang terkandung dalam Cortidex terserap ke dalam ASI atau tidak. Bila sedang menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa arahan dari dokter.
Bentuk obat Tablet dan suntik

Peringatan Sebelum Menggunakan Cortidex

Cortidex tidak boleh digunakan sembarangan dan harus sesuai dengan resep dokter. Berikut adalah hal yang perlu Anda perhatikan sebelum menjalani pengobatan dengan Cortidex:

  • Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang dimiliki. Cortidex tidak boleh digunakan oleh orang yang alergi terhadap dexamethasone atau obat golongan kortikosteroid lain.
  • Jangan mengonsumsi minuman beralkohol selama menjalani pengobatan dengan dexamethasone, karena dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan atau tukak
  • Beri tahu dokter jika pernah atau sedang menderita penyakit infeksi tertentu, seperti infeksi jamur, tuberkulosis, herpes, malaria, HIV/AIDS, atau cacingan. Beri tahu juga jika Anda kontak erat dengan penderita cacar atau campak.
  • Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita penyakit liver, penyakit ginjal, tukak lambung, imunodefisiensi, penyakit tiroid, hipokalemia, radang usus, epilepsi, myasthenia gravis, depresi, diabetes, hipertensi, osteoporosis, glaukoma, atau katarak.
  • Beri tahu dokter jika memiliki riwayat penyakit jantung, seperti gagal jantung, atau baru saja mengalami serangan jantung.
  • Beri tahu dokter bahwa Anda sedang menggunakan Cortidex sebelum menjalani tindakan medis apa pun.
  • Informasikan kepada dokter jika Anda sedang hamil, berencana untuk hamil, atau sedang menyusui.
  • Hindari kontak erat dengan penderita penyakit infeksi yang mudah menular, seperti flu, cacar air, atau campak, selama menggunakan Cortidex. Dexamethasone di dalam Cortidex bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko Anda terserang infeksi.
  • Konsultasikan dengan dokter sebelum menjalani vaksinasi dengan vaksin apa pun selama menggunakan Cortidex. Kandungan dexamethasone dalam obat ini bisa mengurangi efektivitas vaksin tertentu, seperti vaksin MMR atau vaksin varicella.
  • Konsultasikan dengan dokter perihal penggunaan Cortidex jika sedang menggunakan obat lain, termasuk suplemen dan produk herbal. Tujuannya adalah untuk menghindari efek interaksi obat.
  • Segera ke dokter jika mengalami reaksi alergi obat atau efek samping serius setelah mengonsumsi Cortidex.

Dosis dan Aturan Pakai Cortidex

Dosis Cortidex yang diberikan dokter kepada tiap pasien bisa berbeda, tergantung pada sediaan obat yang digunakan, serta usia pasien dan kondisi yang ditangani.

Secara umum, dosis Cortidex tablet untuk mengatasi peradangan adalah sebagai berikut:

  • Dewasa dan anak usia >12 tahun: 0,5–9 mg dibagi dalam beberapa dosis.
  • Anak usia 6–12 tahun: 0,25–2 mg, 2 kali sehari.
  • Anak usia 1–5 tahun: 0,25–1 mg, 2 kali sehari.
  • Anak usia <1 tahun: 0,1–0,25 mg, 2 kali sehari.

Cortidex suntik digunakan dalam kondisi darurat, seperti alergi berat, dengan dosis yang ditentukan oleh dokter. Cortidex suntik dapat diberikan melalui suntikan ke pembuluh darah (intravena/IV) atau ke dalam otot (intramuskular/IM).

Cara Menggunakan Cortidex dengan Benar

Cortidex suntik diberikan langsung oleh dokter atau petugas medis di bawah pengawasan dokter. Obat ini disuntikkan ke dalam pembuluh darah atau ke dalam otot pasien.

Jika Anda diresepkan Cortidex tablet, gunakan obat ini sesuai anjuran dokter dan petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan obat. Jangan mengurangi atau menambah dosis kecuali atas saran dari dokter.

Minumlah Cortidex tablet bersama makanan atau susu untuk mencegah timbulnya nyeri lambung. Telan tablet Cortidex secara utuh dengan segelas air putih. Jangan membelah atau menggerus obat kecuali jika diperbolehkan oleh dokter.

Konsumsilah Cortidex tablet pada waktu yang sama setiap harinya agar pengobatan efektif. Jika lupa minum obat ini, segera konsumsi begitu teringat. Namun, bila sudah dekat dengan jadwal konsumsi berikutnya, abaikan dosis yang terlewat dan jangan menggandakan dosis.

Jangan menghentikan terapi tanpa persetujuan dokter, terutama jika Anda sudah mengonsumsi Cortidex dalam jangka panjang. Hal ini dapat memperburuk kondisi yang sedang diobati atau menyebabkan sindrom putus obat, yang bisa ditandai dengan mual, pusing, dan lemas.

Pada anak-anak, penggunaan obat yang mengandung dexamethasone dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Oleh karena itu, pemeriksaan tumbuh kembang anak secara berkala sangat penting untuk dilakukan. Ikuti jadwal kontrol yang ditentukan dokter.

Simpan Cortidex di tempat bersuhu ruangan, kering, dan terhindar dari sinar matahari langsung, serta jauh dari jangkauan anak-anak.

Interaksi Cortidex dengan Obat Lain

Dexamethasone yang terkandung di dalam Cortidex dapat menimbulkan interaksi jika digunakan bersama obat-obat tertentu. Efek yang bisa terjadi antara lain:

  • Penurunan efektivitas dexamethasone jika digunakan bersama phenytoin, rifampicin, carbamazepine, ephedrine, atau obat golongan barbiturat
  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping dexamethasone jika digunakan bersama erythromycin, ketoconazole, atau ritonavir
  • Peningkatan risiko terjadinya kadar kalium rendah (hipokalemia) jika digunakan bersama kortikosteroid lain, amphotericin B suntik, atau obat golongan diuretik
  • Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan bersama obat pengencer darah, seperti warfarin
  • Penurunan efektivitas vaksin hidup, seperti vaksin MMR

Untuk mencegah terjadinya efek interaksi yang tidak diinginkan, konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan Cortidex bersama dengan obat-obat lain.

Efek Samping dan Bahaya Cortidex

Mengingat Cortidex mengandung dexamethasone, efek samping yang bisa timbul setelah menggunakan obat ini adalah:

  • Sakit perut
  • Rasa panas di dada (heartburn)
  • Sakit kepala
  • Gangguan tidur, seperti insomnia
  • Nafsu makan meningkat

Selain itu, penggunaan Cortidex jenis suntik bisa menyebabkan nyeri, kemerahan, atau bengkak di area yang disuntikkan obat.

Periksakan diri ke dokter jika keluhan di atas tidak membaik atau makin berat. Segera cari pertolongan medis apabila Anda mengalami reaksi alergi setelah mengonsumsi Cortidex, atau muncul efek samping serius berikut ini:

  • Gejala infeksi, seperti demam atau sakit tenggorokan yang tidak kunjung reda
  • Nyeri sendi atau tulang
  • Detak jantung tidak teratur (aritmia)
  • Nyeri dibelakang mata
  • Telinga berdenging
  • Gangguan penglihatan, seperti penglihatan buram, penyempitan lapang pandang, atau melihat lingkaran di sekitar sumber cahaya
  • Berat badan naik drastis secara tiba-tiba
  • Bengkak di wajah, kaki, atau pergelangan kaki
  • Perdarahan saluran cerna, yang bisa menimbulkan keluhan sakit perut, tinja berwarna hitam, atau muntah berwarna hitam dengan ampas seperti bubuk kopi
  • Perubahan suasana hati atau perilaku
  • Perubahan siklus menstruasi
  • Nyeri atau kram otot
  • Memar atau perdarahan tanpa sebab yang jelas
  • Luka lebih lama sembuh
  • Penipisan kulit
  • Peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) yang gejalanya bisa berupa sangat haus, nafas bau buah, atau frekuensi buang air kecil meningkat
  • Pankreatitis, yang bisa ditandai dengan nyeri perut parah yang menjalar ke punggung