COVID-19 adalah penyakit akibat infeksi virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). COVID-19 dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan, mulai dari gejala yang ringan seperti flu, hingga infeksi paru-paru, seperti pneumonia.

COVID-19 (coronavirus disease 2019) adalah penyakit baru yang disebabkan oleh virus dari golongan Coronavirus, yaitu SARS-CoV-2 yang juga sering disebut virus Corona.

COVID-19 - Alodokter

Kasus pertama penyakit ini terjadi di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Setelah itu, COVID-19 menular antarmanusia dengan sangat cepat dan menyebar ke sejumlah negara, termasuk Indonesia, hanya dalam beberapa bulan.

Agar penyebaran COVID-19 tidak makin meluas, beberapa negara memberlakukan kebijakan lockdown. Di Indonesia, pemerintah menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk menekan penyebaran virus ini.

Saat ini kebijakan PPKM sudah dilonggarkan menjadi PPKM level 1 pada sejumlah wilayah, misalnya DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat.

Tingkat Kematian Akibat COVID-19

Menurut data yang dirilis Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, jumlah kasus terkonfirmasi positif hingga 21 Juni 2022 adalah 6.069.255 orang, dengan jumlah kematian 156.695 jiwa.

Dari kedua angka ini dapat disimpulkan bahwa case fatality rate atau tingkat kematian yang disebabkan oleh COVID-19 di Indonesia adalah sekitar 2,6%. Case fatality rate (CFR) merupakan persentase jumlah kematian dari seluruh kasus positif COVID-19 yang sudah terkonfirmasi dan dilaporkan.

Sedangkan jumlah penyintas atau orang yang pernah terinfeksi COVID-19 kemudian sembuh terus bertambah, yaitu 5.903.461 orang.

Penyebab COVID-19

COVID-19 disebabkan oleh SARS-CoV-2, yaitu virus jenis baru dari Coronavirus (kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan). Infeksi virus Corona bisa menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang, seperti flu, atau infeksi sistem pernapasan dan paru-paru, seperti pneumonia.

COVID-19 awalnya diduga ditularkan dari hewan ke manusia. Setelah itu, diketahui bahwa infeksi ini juga bisa menular dari manusia ke manusia. Penularannya bisa melalui cara-cara berikut:

  • Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat penderita COVID-19 bersin atau batuk
  • Memegang mulut, hidung, atau mata tanpa mencuci tangan terlebih dulu, setelah menyentuh benda yang terkena droplet penderita COVID-19, misalnya uang atau gagang pintu
  • Kontak jarak dekat (kurang dari 2 meter) dengan penderita COVID-19 tanpa mengenakan masker

CDC dan WHO menyatakan COVID-19 juga bisa menular melalui aerosol (partikel zat di udara). Meski demikian, cara penularan ini biasanya terjadi dalam prosedur medis tertentu, seperti bronkoskopi, intubasi endotrakeal, isap lendir, dan pemberian obat hirup melalui nebulizer.

Penularan melalui udara ini juga bisa lebih mudah terjadi di tengah kerumunan orang, khususnya di dalam ruang tertutup.

Dari data yang dikeluarkan oleh WHO, sampai saat ini sudah ditemukan beberapa varian SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Berikut rincian jenis varian baru tersebut:

  • Varian Alfa (B.1.1.7), yang pertama kali ditemukan di Inggris pada September 2020.
  • Varian Beta (B.1.351/B.1.351.2/B.1.351.3), yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan pada Mei 2020.
  • Varian Gamma (P.1/P.1.1/P.1.2), yang pertama kali ditemukan di Brazil pada November 2020.
  • Varian Delta (B.1.617.2/AY.1/AY.2/AY.3), yang pertama kali ditemukan di India pada Oktober 2020.
  • Varian Omicron (B.1.1.529) yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan pada November 2021.

Varian Omicron merupakan varian utama virus penyebab COVID-19 yang saat ini sedang menyebar luas. Varian Omicron terdiri dari beberapa subvarian, yaitu BA.1, BA. 1.1, BA.2, BA.3, dan XBB.

Varian Omicron BA.4 dan BA.5 adalah subvarian terbaru yang baru terdeteksi di Indonesia pada bulan Juni 2022. Subvarian ini kemungkinan menular lebih cepat dibandingkan subvarian BA.1 dan BA.2.

Faktor Risiko COVID-19

COVID-19 dapat menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya akan lebih berbahaya atau bahkan fatal bila menyerang lansia (orang lanjut usia), ibu hamil, perokok, penderita penyakit tertentu, dan orang yang daya tahan tubuhnya lemah, seperti penderita kanker.

Karena mudah menular, penyakit ini juga berisiko tinggi menginfeksi para tenaga medis yang merawat pasien COVID-19. Oleh sebab itu, tenaga medis dan orang yang melakukan kontak dengan pasien COVID-19 perlu menggunakan alat pelindung diri (APD).

Gejala COVID-19

Gejala awal infeksi COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat.

Penderita dengan gejala yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak atau berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut di atas muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus COVID-19.

Secara umum, ada tiga gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi COVID-19, yaitu:

Selain gejala di atas, ada beberapa gejala lain yang jarang terjadi, tetapi juga bisa muncul pada infeksi COVID-19, yaitu:

  • Mudah lelah
  • Nyeri otot
  • Nyeri dada
  • Sakit tenggorokan
  • Sakit kepala
  • Mual atau muntah
  • Diare
  • Pilek atau hidung tersumbat
  • Menggigil
  • Bersin-bersin
  • Hilangnya kemampuan mengecap rasa
  • Hilangnya kemampuan mencium bau (anosmia)

Gejala COVID-19 bisa muncul dalam 2 hari sampai 2 minggu setelah seseorang terinfeksi virus penyebabnya. Sebagian penderita juga mengalami happy hypoxia, yaitu penurunan oksigen tanpa adanya gejala lain. Selain itu, beberapa laporan kasus juga menyebutkan sebagian pasien COVID-19 dapat mengalami ruam kulit.

Untuk memastikan apakah gejala-gejala tersebut merupakan gejala dari virus Corona, diperlukan rapid test atau PCR. Untuk menemukan tempat melakukan rapid test atau PCR di sekitar rumah Anda, klik di sini.

Pada beberapa penderita, COVID-19 dapat tidak menimbulkan gejala sama sekali. Orang yang sudah terkonfirmasi positif COVID-19 melalui pemeriksaan RT-PCR namun tidak mengalami gejala disebut sebagai kasus konfirmasi asimptomatik. Penderita ini tetap bisa menularkan COVID-19 ke orang lain.

Pada bulan Juli 2020, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengganti istilah operasional lama pada COVID-19, seperti ODP, PDP, OTG menjadi istilah baru, yakni suspek, probable, dan konfirmasi.

Kapan harus ke dokter

Segera lakukan isolasi mandiri bila Anda mengalami gejala infeksi COVID-19 seperti yang telah disebutkan di atas, terutama jika dalam 2 minggu terakhir Anda berada di daerah yang memiliki kasus COVID-19 atau kontak dengan penderita COVID-19. Setelah itu, hubungi hotline COVID-19 di 119 Ext. 9 untuk mendapatkan pengarahan lebih lanjut.

Bila Anda mencurigai diri Anda terpapar COVID-19 tapi tidak mengalami gejala atau bergejala ringan, Anda tidak perlu memeriksakan diri ke rumah sakit. Anda cukup isolasi mandiri di rumah selama 10 hari sejak munculnya gejala, ditambah dengan 3 hari bebas gejala demam dan gangguan pernapasan.

Bila muncul gejala baru, tanyakan kepada dokter melalui telepon atau aplikasi kesehatan online, misalnya ALODOKTER, mengenai tindakan apa yang perlu dilakukan dan obat apa yang perlu dikonsumsi.

Bila gejala yang Anda alami memberat atau Anda memerlukan pemeriksaan langsung oleh dokter, Anda bisa membuat janji konsultasi dengan dokter melalui aplikasi ALODOKTER agar bisa diarahkan ke dokter terdekat.

ALODOKTER juga memiliki fitur untuk membantu Anda memeriksa risiko tertular COVID-19 dengan lebih mudah. Untuk menggunakan fitur tersebut, silakan klik gambar di bawah ini.

Cek Risiko Infeksi Virus Corona

Diagnosis COVID-19

Untuk menentukan apakah pasien terinfeksi COVID-19, dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien, riwayat perjalanan pasien, dan apakah sebelumnya pasien ada kontak dekat dengan orang yang diduga terinfeksi COVID-19.

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan berikut:

  • Rapid test antigen, untuk mendeteksi antigen yaitu protein yang ada di bagian terluar virus
  • Tes PCR  (polymerase chain reaction) atau swab test, untuk mendeteksi virus Corona di dalam lapisan hidung
  • CT scan atau Rontgen dada, untuk mendeteksi infiltrat atau cairan di paru-paru
  • Tes darah lengkap, untuk memeriksa kadar sel darah putih dan C-reactive protein
  • Analisis gas darah, untuk memeriksa kadar oksigen dan karbon dioksida di dalam darah

Perlu diketahui, rapid test pada COVID-19 hanya digunakan sebagai tes skrining atau pemeriksaan awal, bukan untuk memastikan diagnosis COVID-19. Hasil rapid test positif belum tentu menandakan Anda terkena COVID-19. Anda bisa saja mendapatkan hasil positif bila pernah terinfeksi virus lain atau Coronavirus jenis lain.

Sebaliknya, hasil rapid test COVID-19 negatif juga belum tentu menandakan bahwa Anda terbebas dari COVID-19. Oleh sebab itu, apa pun hasil rapid test Anda, konsultasikan dengan dokter agar dapat diberikan pengarahan lebih lanjut, termasuk perlu tidaknya mengonfirmasi hasil tes tersebut dengan tes PCR. Biasanya tes PCR akan melampirkan hasil positif atau negatif dengan nilai CT value.

Pengobatan COVID-19

Sampai saat ini, belum ada obat yang secara pasti dapat mengatasi penyakit COVID-19. Jika Anda didiagnosis COVID-19 tetapi tidak mengalami gejala atau hanya mengalami gejala ringan, Anda cukup melakukan perawatan atau isolasi mandiri di rumah.

Penting untuk diingat, ruangan isolasi harus memiliki ventilasi dan cahaya yang baik serta pertukaran udara yang cukup. Selain itu, ruangan isolasi juga wajib dibersihkan setiap hari dengan air sabun atau desinfektan.

Selama isolasi mandiri, perhatikan beberapa hal berikut:

  • Lakukan isolasi mandiri selama 2 minggu dengan tidak keluar rumah dan menjaga jarak dengan orang dalam satu rumah.
  • Selalu gunakan masker jika keluar rumah atau saat akan berinteraksi dengan anggota keluarga.
  • Terapkan etika batuk.
  • Ukur suhu tubuh dua kali sehari, pagi dan malam hari.
  • Cuci tangan dengan sabun, air mengalir, atau hand sanitizer.
  • Banyak minum air putih untuk menjaga kadar cairan tubuh.
  • Istirahat yang cukup untuk mempercepat proses penyembuhan.
  • Konsumsi obat pereda batuk, demam, dan nyeri, setelah berkonsultasi dengan dokter.
  • Perhatikan gejala yang Anda alami dan segera hubungi dokter jika gejala memburuk.

Penelitian menunjukkan bahwa pasien COVID-19 dengan gejala ringan dapat sembuh dalam 2 minggu. Namun, sebelum Anda mengakhiri isolasi mandiri dan kembali beraktivitas, tetap lakukan konsultasi dengan dokter untuk mengetahui apakah Anda sudah memenuhi kriteria sembuh dari COVID-19.

Jika Anda didiagnosis COVID-19 dan mengalami gejala berat, dokter akan merujuk Anda untuk menjalani perawatan dan karantina di rumah sakit rujukan. Metode yang dapat dilakukan dokter antara lain:

  • Memberikan obat untuk mengurangi keluhan dan gejala
  • Memasang ventilator atau alat bantu napas guna mencukupi kebutuhan oksigen
  • Memberikan infus cairan agar tetap terhidrasi
  • Memberikan obat pengencer darah dan pencegah penggumpalan darah
  • Memberikan obat antiperadangan atau antiinterleukin-6 (IL-6)

Selain metode di atas, penelitian terhadap beberapa jenis obat dan metode yang efektif untuk mengatasi COVID-19 masih terus dilakukan. Obat-obatan tersebut termasuk beberapa jenis antivirus, yaitu favipiravir, molnupiravir, dan remdesivir untuk melawan virus corona.

Akan tetapi, hingga saat ini, penelitian menunjukkan bahwa obat antivirus belum terbukti efektif dalam mengobati COVID-19.

Komplikasi COVID-19

Pada kasus yang parah, infeksi COVID-19 bisa menyebabkan komplikasi serius berupa:

Selain itu, saat ini muncul istilah long haul COVID-19. Istilah ini merujuk kepada seseorang yang sudah dinyatakan sembuh melalui hasil pemeriksaan PCR yang sudah negatif, tetapi tetap merasakan keluhan, seperti:

  • Lemas
  • Batuk
  • Nyeri sendi
  • Nyeri dada
  • Sulit berkonsentrasi
  • Jantung berdebar
  • Demam yang hilang timbul

Pencegahan COVID-19

Saat ini, Indonesia sedang menjalankan program vaksinasi COVID-19 secara bertahap. Sampai Juni 2022, data menunjukkan 96,6% penduduk telah menerima vaksin dosis pertama dan sekitar 80,91% telah menerima vaksin dosis kedua. Tambahannya, sebanyak 23,59% penduduk sudah menerima vaksin booster.

Vaksinasi COVID-19 bertujuan untuk membangun kekebalan tubuh terhadap virus Corona, sekaligus membentuk kekebalan kelompok atau herd immunity. Makin banyak orang yang divaksinasi, makin cepat pula penularan COVID-19 terputus. Selain itu, kondisi ekonomi yang terdampak oleh pandemi juga akan pulih.

Agar tujuan-tujuan di atas tercapai, vaksin COVID-19 kini diberikan pada anak usia 6–18 tahun, ibu hamil, dan ibu menyusui. Sedangkan bagi orang dengan riwayat penyakit atau kondisi kesehatan tertentu, pemberian vaksin harus disertai ijin dari dokter.

Perlu diketahui, meski Anda telah menerima vaksin COVID-19 dosis kedua, Anda tetap harus menghindari faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko terinfeksi virus ini. Caranya adalah dengan melakukan hal-hal di bawah ini:

  • Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 2 meter dari orang lain, dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan mendesak.
  • Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian, termasuk saat pergi berbelanja bahan makanan.
  • Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang mengandung alkohol minimal 60%, terutama setelah beraktivitas di luar rumah atau di tempat umum.
  • Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.
  • Tingkatkan daya tahan tubuh dengan menjalani pola hidup sehat, misalnya olahraga rutin dan konsumsi makanan bergizi  serta suplemen.
  • Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai positif terinfeksi COVID-19, atau orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek.
  • Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang tisu ke tempat sampah.
  • Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan, termasuk kebersihan rumah.
  • Jaga sirkulasi dan kebersihan udara di dalam ruangan. Bila perlu, Anda bisa menggunakan air purifier.

Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 (termasuk kategori suspek dan probable) yang sebelumnya disebut sebagai ODP (orang dalam pemantauan) dan PDP (pasien dalam pengawasan), ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar tidak menularkan virus Corona ke orang lain, yaitu:

  • Lakukan isolasi mandiri dengan tinggal di ruangan yang terpisah dengan orang lain untuk sementara waktu. Bila tidak memungkinkan, gunakan kamar tidur dan kamar mandi yang berbeda dengan yang digunakan orang lain.
  • Konsumsi obat-obatan yang disarankan oleh dokter.
  • Lakukan pengukuran suhu dua kali sehari, pagi dan malam hari.
  • Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.
  • Hubungi pihak rumah sakit untuk menjemput bila gejala yang Anda alami bertambah berat.
  • Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda sampai Anda benar-benar sembuh.
  • Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang sedang sakit.
  • Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta perlengkapan tidur dengan orang lain.
  • Pakai masker dan sarung tangan bila terpaksa harus berada di tempat umum, seperti rumah sakit atau sedang bersama orang lain.
  • Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu segera buang tisu ke tempat sampah.

Kondisi-kondisi yang memerlukan penanganan langsung oleh dokter di rumah sakit, seperti melahirkanoperasi, cuci darah, atau vaksinasi anak, akan ditangani secara berbeda dengan beberapa penyesuaian selama pandemi COVID-19. Tujuannya adalah untuk mencegah penularan COVID-19 selama Anda berada di rumah sakit.

Oleh sebab itu, konsultasikan dengan dokter mengenai tindakan terbaik yang perlu dilakukan bila Anda mengalami kondisi-kondisi di atas.

Jika Anda ingin mendapatkan lebih banyak informasi tentang gejala, pencegahan, dan fakta tentang virus Corona, silakan download aplikasi ALODOKTER di Google Play atau App Store. Melalui aplikasi ALODOKTER, Anda juga bisa chat langsung dengan dokter dan membuat janji konsultasi dengan dokter di rumah sakit.