Gangguan depresi persisten adalah bentuk depresi yang bersifat jangka panjang dan berkelanjutan. Gejala yang ditimbulkan sebenarnya sama seperti depresi pada umumnya, tetapi berlangsung hampir setiap hari selama 2 tahun atau lebih. Kondisi ini umumnya ditangani dengan terapi dan pemberian obat-obatan.
Gangguan depresi persisten bisa dialami siapa saja, tetapi lebih sering terjadi pada wanita. Namun, sampai saat ini belum ada penelitian yang menemukan alasan mengapa jenis depresi ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Gangguan depresi persisten perlu segera ditangani, karena bisa berdampak luas pada kehidupan penderitanya, bahkan bisa memicu munculnya keinginan untuk bunuh diri.
Penyebab Gangguan Depresi Persisten
Gangguan depresi persisten bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti faktor genetik, perubahan sel otak, dan gangguan hormon. Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan depresi persisten, yaitu:
- Mengalami peristiwa traumatis di masa lalu, seperti pelecehan, kematian orang terdekat, dan masalah ekonomi
- Memiliki saudara kandung atau orang tua yang juga mengalami depresi
- Menderita penyakit kronis, seperti kanker, HIV/AIDS, atau stroke
- Memiliki kepribadian yang selalu merasa rendah diri, pesimis, dan terlalu keras terhadap diri sendiri
- Memiliki riwayat gangguan kesehatan mental lainnya
- Mengonsumsi obat-obatan tertentu
Gejala Gangguan Depresi Persisten
Gangguan depresi persisten umumnya menimbulkan gejala yang dapat hilang timbul selama beberapa tahun. Meski begitu, gejala ini biasanya berlangsung secara konsisten selama 2 bulan berturut-turut sehingga bisa mengganggu kehidupan sehari–hari.
Berikut ini adalah gejala gangguan depresi persisten:
- Suasana hati yang buruk, sedih yang berkelanjutan, dan merasa hampa dalam menjalani hidup
- Muncul rasa tidak berharga, rendah diri, dan terisolasi dari lingkungan sekitar
- Hilangnya minat dalam menjalani aktivitas sehari-hari
- Cemas dan khawatir yang berlebihan
- Acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar
- Sulit konsentrasi dan mengambil keputusan
- Perasaan bersalah dan khawatir terhadap masa lalu
- Lebih sensitif
- Mudah kesal dan emosi
Namun, perlu diingat bahwa berbagai gejala di atas bisa menjadi tanda seseorang mengalami gangguan depresi persisten bila sudah berlangsung secara intens setidaknya selama 2 tahun.
Penanganan Gangguan Depresi Persisten
Gangguan depresi persisten dapat diatasi meski membutuhkan waktu yang lama. Penanganan bisa berupa terapi maupun pemberian obat-obatan. Berikut ini adalah penjelasannya:
Terapi
Dokter akan melakukan psikoterapi dengan mengajukan pertanyaan kepada pasien. Hal ini merupakan salah satu langkah penanganan depresi yang dinilai cukup efektif. Melalui psikoterapi, dokter bisa membantu pasien untuk berpikir lebih jernih, positif, serta dapat mencari cara untuk bertahan hidup dan menghadapi perasaan negatif yang muncul (coping mechanism).
Melalui psikoterapi dan konseling, dokter juga bisa mengarahkan pasien untuk mencari support system, misalnya dengan memotivasi pasien untuk lebih terbuka kepada keluarga, teman, atau grup yang terdiri dari para penderita atau penyintas depresi.
Selain itu, psikoterapi juga bisa membantu pasien agar dapat menjalani pengobatan secara lebih efektif.
Obat-obatan
Selain melakukan terapi, dokter juga dapat memberikan obat antidepresan untuk membantu mengatasi gejala yang muncul. Obat ini bekerja dengan cara menyeimbangkan zat kimia dalam otak yang mengatur perasaan.
Beberapa jenis obat antidepresan yang dapat diresepkan oleh dokter meliputi:
- Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), seperti fluoxetine
- Antidepresan Trisiklik (TCA), seperti amitriptyline dan amoxapine
- Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs), contohnya duloxetine dan venlafaxine
- Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), seperti phenelzine dan isocarboxazid
Itulah beberapa informasi yang perlu diketahui tentang gangguan depresi persisten. Gangguan ini memang tidak bisa dicegah, tetapi setidaknya Anda bisa melakukan beberapa upaya untuk menghindarinya, seperti belajar untuk mengendalikan stres dengan melakukan aktivitas yang disukai maupun mencoba menenangkan pikiran melalui meditasi.
Gangguan depresi persisten bukanlah kondisi yang harus Anda hadapi sendirian. Bantuan dan dukungan dari tenaga medis bisa menjadi langkah awal menuju pemulihan. Anda dapat berkonsultasi dengan dokter melalui Chat Bersama Dokter untuk mendapatkan saran yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan Anda.