Penyebab kematian ibu saat hamil maupun melahirkan ada beragam. Supaya bisa terhindar dari hal-hal tersebut, perlu diketahui apa saja penyebab dan faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya kematian ibu.

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), kematian ibu didefinisikan sebagai kematian yang terjadi saat masa kehamilan atau dalam kurun waktu 42 hari setelah persalinan.

Kenali Penyebab Kematian Ibu Saat Hamil dan Melahirkan - Alodokter

Menurut data sensus penduduk tahun 2020, angka kematian ibu melahirkan di Indonesia mencapai 189 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data tersebut, Indonesia menempati peringkat kedua tertinggi di ASEAN terkait kematian ibu.  

Menurut data Maternal Perinatal Death Notification (MPDN), sistem pencatatan kematian ibu, jumlah kematian ibu pada tahun 2023 meningkat dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2022, kematian ibu mencapai 4.005, sementara di tahun 2023 bertambah menjadi 4.129.

Beberapa Penyebab Kematian Ibu Saat Hamil dan Melahirkan

Berikut ini adalah beberapa penyebab kematian ibu saat hamil dan melahirkan yang perlu Bumil ketahui:

1. Perdarahan postpartum (PPH)

Perdarahan postpartum atau perdarahan setelah persalinan adalah salah satu penyebab kematian ibu paling umum. Kondisi ini biasanya terjadi dalam kurun waktu sehari atau dalam hitungan minggu setelah persalinan. 

Perdarahan postpartum ditandai dengan keluarnya darah dari vagina secara terus-menerus. Penyebabnya bisa karena beberapa hal berikut ini:

  • Otot rahim yang tidak berkontraksi (atonia uteri)
  • Luka jalan lahir, seperti sayatan pada perineum akibat tindakan episiotomi
  • Sisa jaringan plasenta yang tertinggal di dalam rahim
  • Kelainan pada proses pembekuan darah
  • Rahim pecah (ruptur uteri)

Apabila dibiarkan, perdarahan setelah persalinan akan menyebabkan syok dan kegagalan fungsi organ.

2. Preeklamsia dan eklamsia

Komplikasi kehamilan, seperti preeklamsia dan eklamsia, juga bisa meningkatkan risiko kematian saat hamil. Preeklamsia ditandai dengan tekanan darah tinggi, adanya protein dalam urine, dan pada tingkat lanjut akan terjadi kerusakan organ. 

Ketika preeklamsia tidak mendapatkan penanganan yang tepat, akan terjadi eklamsia. Eklamsia merupakan preeklamsia yang disertai kejang. Ini adalah kondisi yang berbahaya dan memerlukan penanganan segera secara medis. 

Risiko terjadinya preeklamsia lebih tinggi pada wanita yang baru pertama kali hamil maupun hamil saat berusia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun. Ibu hamil yang memiliki kelebihan berat badan, menderita penyakit ginjal atau diabetes, mempunyai riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga, atau mengandung bayi kembar juga rentan mengalami preeklamsia.

3. Riwayat penyakit tertentu

Penyakit yang dialami sebelum dan selama hamil juga bisa meningkatkan risiko kematian ibu saat hamil, terlebih jika tidak mendapat penanganan yang baik. Penyakit yang dimaksud antara lain adalah penyakit jantung, diabetes, anemia, tuberkulosis, dan HIV/AIDS. 

4. Sepsis

Sepsis yang terjadi saat hamil maupun setelah melahirkan dapat menyebabkan kematian ibu. Ketika tidak ditangani dengan tepat, sepsis akan berlanjut menjadi syok sepsis. Kondisi ini dapat membuat organ ginjal, hati, dan paru-paru mengalami kerusakan dengan cepat.

Itulah beberapa penyebab kematian ibu saat hamil dan melahirkan yang perlu diwaspadai. Untuk menurunkan risikonya, Bumil disarankan untuk  melakukan pemeriksaan dan kontrol kehamilan ke dokter secara rutin. Selain itu, terapkan pola hidup yang sehat, baik sebelum hamil, selama hamil, maupun setelah melahirkan.

Bila ada pertanyaan seputar kehamilan yang masih mengganjal, Bumil bisa menanyakan perihal tersebut kepada dokter melalui chat kapan pun dan di mana pun.