Penyebab cacingan utamanya merupakan masalah kebersihan lingkungan dan pribadi, sehingga parasit, terutama cacing, dapat menginfeksi tubuh. Cacingan tidak hanya bisa dialami oleh anak-anak, tetapi juga oleh orang dewasa.

Cacingan terkadang bisa tidak menimbulkan gejala sama sekali. Walaupun bergejala, penyakit ini biasanya menyebabkan keluhan yang tidak khas dan mirip dengan penyakit lain.

4 Penyebab Cacingan dan Cara Mencegahnya yang Tepat - Alodokter

Gejala cacingan secara umum berupa sakit perut, diare, mual, muntah, tidak nafsu makan, dan penurunan berat badan. Apabila tidak diobati dengan benar, penyakit cacingan dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang lebih berat, seperti anemia.

Kebersihan diri yang tidak terjaga atau lingkungan yang kotor menjadi faktor utama penyebab cacingan, terutama di lingkungan dengan sanitasi yang buruk. Selain itu, faktor kekebalan tubuh, kebiasaan cuci tangan, dan konsumsi makanan mentah atau setengah matang juga dapat menjadi penyebab seseorang menderita penyakit ini.

Mengenali Penyebab Cacingan di Tubuh

Seperti penjelasan sebelumnya, cacingan bisa terjadi karena cacing masuk ke dalam tubuh dan berkembang biak sehingga menimbulkan gangguan kesehatan. Ada beberapa jenis cacing yang paling umum bisa menjadi penyebab cacingan, yaitu:

1. Cacing pita 

Cacing pita atau Cestoda dapat dikenali dari bentuknya yang tampak seperti pita, yaitu pipih dengan ruas-ruas pada seluruh tubuhnya. Cacing pita dewasa dapat mencapai panjang 25 meter dan bertahan hidup selama 30 tahun. 

Cacing pita memasuki tubuh manusia ketika tangan bersentuhan dengan tinja atau tanah yang mengandung telur cacing, yang kemudian terbawa ke dalam mulut ketika sedang makan. 

Selain itu, cacing pita juga dapat masuk melalui konsumsi makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi telur cacing. Konsumsi daging babi, sapi, atau ikan yang mentah atau dimasak kurang matang juga dapat menyebabkan masuknya cacing pita ke dalam tubuh manusia. 

2. Cacing tambang

Cacing tambang dewasa dengan panjang sekitar 5–13 milimeter dan larva cacing tambang (cacing tambang yang baru menetas) dapat menjadi penyebab cacingan.

Pasalnya, jenis cacing ini mampu menembus kulit, misalnya melalui telapak kaki yang tidak menggunakan alas, kemudian masuk ke sirkulasi darah dan ikut terbawa ke dalam paru-paru dan tenggorokan. Sementara itu, jika tertelan, cacing tambang akan memasuki saluran pencernaan dan hidup di dalam usus halus.

Cacing tambang bisa masuk ke dalam tubuh melalui kontak fisik, yakni ketika seseorang menyentuh atau menginjak tanah yang mengandung larva dan cacing tambang dewasa. Selain itu, infeksi cacing tambang juga bisa terjadi melalui makanan atau minuman yang sudah tercemar telur dan larva cacing ini.

Infeksi cacing tambang masih sering terjadi di daerah iklim tropis dan lembap dengan sanitasi lingkungan yang buruk, termasuk Indonesia. Tidak hanya pada manusia, infeksi cacing tambang juga dapat dialami oleh hewan, seperti anjing dan kucing.

3. Cacing kremi

Cacing kremi berwarna putih dan halus, dengan panjang sekitar 5–13 milimeter. Infeksi cacing kremi paling banyak dialami oleh anak-anak usia sekolah.

Infeksi cacing kremi umumnya terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi parasit tersebut. Selain itu, cacing kremi juga bisa masuk melalui tangan yang kotor dan jarang dicuci. Telur cacing kremi kemudian masuk ke usus dan berkembang menjadi cacing dewasa dalam beberapa minggu.

Jika telur mencapai anus dan digaruk, telur tersebut dapat berpindah ke jari, yang tanpa disadari menyentuh permukaan benda atau orang lain, sehingga bisa menjadi penyebab cacingan pada anak-anak dan orang 

4. Cacing gelang

Cacing gelang berukuran cukup besar, dengan panjang sekitar 10–35 cm. Cacing gelang dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui tanah yang telah terkontaminasi telur cacing ini. 

Ketika masuk ke dalam tubuh, telur akan menetas di usus kemudian menyebar melalui pembuluh darah atau saluran getah bening ke organ tubuh lain, seperti paru-paru atau empedu.

Untuk mengatasi infeksi cacingan, dokter kemungkinan akan memberikan obat cacing tidak hanya kepada penderita, tetapi juga kepada seluruh anggota keluarga guna mencegah infeksi berulang. Obat yang biasa diresepkan bisa berupa mebendazole, albendazole, ivermectin, atau praziquantel.

Jika pasien mengalami anemia, dokter juga biasanya akan meresepkan suplemen zat besi. Untuk mengatasi infeksi cacing yang berukuran cukup besar, seperti cacing gelang atau cacing yang menyumbat saluran empedu atau usus buntu, dokter mungkin perlu melakukan tindakan operasi.

Tips Mencegah Penyakit Cacingan

Agar penyebab cacingan bisa dihindari, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mencegah infeksi penyakit cacingan, antara lain:

  • Cuci tangan secara teratur, terutama setelah buang air, mengganti popok bayi, sebelum memasak, sebelum makan, dan setelah membuang sampah.
  • Simpan daging mentah dan ikan dengan baik, kemudian masak hingga matang.
  • Cuci buah dan sayur dengan benar sebelum dikonsumsi.
  • Berikan obat cacing untuk binatang peliharaan, seperti kucing dan anjing, secara berkala.
  • Hindari berjalan tanpa alas kaki dan menyentuh tanah atau pasir tanpa sarung tangan.
  • Gunting kuku secara teratur dan hindari menggigit kuku.

Sementara itu, bila Anda terkena infeksi cacing, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mempercepat penyembuhan dan menghindari penyebaran telur cacing, antara lain:

  • Basuh bagian anus pada pagi hari untuk mengurangi jumlah telur cacing, karena cacing biasa bertelur pada malam hari.
  • Ganti pakaian dalam dan seprai setiap hari selama terinfeksi.
  • Cuci pakaian tidur, seprai, pakaian dalam, dan handuk dengan air panas untuk membasmi telur cacing.
  • Hindari menggaruk daerah di sekitar anus yang gatal. 

Penyakit cacingan sebaiknya tidak dianggap remeh. Jika Anda atau anggota keluarga mengalami gejala penyakit cacingan, jangan tunda untuk berkonsultasi dengan dokter guna mengetahui cara penanganan yang tepat serta menghindari penyebab cacingan agar cacingan tidak kembali diderita.