Nyeri ovulasi terjadi di pertengahan siklus menstruasi atau sekitar 2 minggu sebelum menstruasi. Keluhan ini umumnya tidak berbahaya dan bisa mereda dengan perawatan sederhana atau obat pereda nyeri. Namun, nyeri ovulasi yang parah juga bisa menjadi gejala dari kondisi medis tertentu.

Nyeri ovulasi bisa terasa mirip dengan nyeri menstruasi, seperti rasa sakit tiba-tiba dan menusuk di sisi kiri atau kanan perut bawah. Rasa nyeri ini biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit, tetapi bisa juga berlangsung hingga sepanjang hari.

Nyeri Ovulasi, Kenali Penyebab dan Cara Meredakannya - Alodokter

Selain nyeri, beberapa wanita juga mungkin mengalami perdarahan ringan, keputihan, dan nyeri punggung. Meski normal terjadi, tidak semua wanita yang menstruasi akan merasakan nyeri ovulasi. Nyeri ovulasi normalnya terjadi sesekali dalam beberapa siklus menstruasi.

Memahami Penyebab Nyeri Ovulasi

Nyeri ovulasi bisa terjadi ketika salah satu indung telur atau ovarium melepaskan sel telur untuk dibuahi. Penyebab munculnya nyeri ovulasi belum diketahui secara pasti. Namun, keluhan ini diduga bisa muncul karena dua hal, yaitu:

  • Proses peregangan dinding ovarium tepat sebelum sel telur dilepaskan
  • Sel telur yang keluar dari dinding ovarium melepaskan sejumlah kecil cairan atau darah yang bisa mengiritasi saraf di perut dan menimbulkan nyeri

Nyeri ovulasi bisa mereda setelah sel telur berhasil dilepaskan atau setelah tubuh menyerap cairan yang keluar dari ovarium. Jadi, nyeri ovulasi merupakan bagian normal dari siklus menstruasi dan tidak perlu terlalu dikhawatirkan.

Namun, bukan berarti nyeri ovulasi bisa diabaikan, ya. Nyeri ovulasi yang parah atau berulang bisa disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti:

1. Bekas luka di perut

Seperti penjelasan di atas, proses peregangan dinding ovarium saat akan melepaskan sel telur bisa menyebabkan nyeri. Keluhan ini umumnya akan lebih parah pada wanita yang memiliki bekas luka di perut, misalnya karena operasi caesar atau usus buntu.

Alasannya, peregangan dinding ovarium bisa menjadi terbatas karena bekas luka di perut.

2. Kista ovarium

Kista ovarium adalah kantung berisi cairan yang berkembang di ovarium. Kondisi ini umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala. Namun, kista ovarium yang besar bisa menyebabkan nyeri parah saat ovulasi.

Selain nyeri ovulasi, beberapa gejala kista ovarum juga bisa meliputi nyeri saat berhubungan seksual dan saat menstruasi, serta perut sering terasa kembung atau penuh

Untuk mendeteksi apakah nyeri ovulasi yang Anda rasakan disebabkan oleh kista, dokter biasanya merekomendasikan pemeriksaan melalui USG, CT scan, atau MRI. Setelah itu, dokter biasanya menentukan pengobatan sesuai dengan jenis dan ukuran kista, misalnya obat-obatan atau operasi.

3. Endometriosis

Endometriosis merupakan suatu kondisi ketika jaringan dalam rahim tumbuh di luar rahim, misalnya ovarium. Nyeri ovulasi yang sangat parah bisa menjadi gejala endometriosis. Ini terjadi karena area yang terkena endometriosis bisa mengalami iritasi saat proses pelepasan telur dari ovarium.

Tidak hanya nyeri ovulasi yang parah, endometriosis juga bisa dikenali dari beberapa gejala berikut ini:

  • Nyeri selama atau setelah berhubungan seksual
  • Nyeri saat buang air besar atau buang air kecil
  • Perdarahan menstruasi yang berlebihan
  • Perdarahan di antara periode menstruasi
  • Diare, sembelit, dan perut kembung selama periode menstruasi

Karena endometriosis tidak bisa terlihat dengan USG, dokter biasanya melakukan laparoskopi, yaitu prosedur pembedahan yang memungkinkan dokter melihat ke dalam rahim atau panggul.

4. Infeksi menular seksual

Anda juga perlu waspada bila nyeri ovulasi yang parah disertai dengan keluarnya cairan berbau busuk dari vagina, adanya benjolan di vagina, dan munculnya sensasi terbakar saat buang air kecil. Beberapa gejala tersebut bisa menjadi tanda infeksi menular seksual, seperti klamidia, gonore, dan kutil kelamin.

5. Penyakit radang panggul

Penyakit radang panggul dapat terjadi ketika bakteri penyebab infeksi menular seksual menyebar dari vagina ke rahim dan ovarium. Kondisi ini ditandai dengan nyeri ovulasi di sekitar perut bawah dan panggul serta keputihan yang berbau tidak sedap.

Selain itu, penyakit radang panggul juga dapat menimbulkan gejala berupa perdarahan selama atau setelah berhubungan seksual dan nyeri saat berhubungan seksual.

Cara Meredakan Nyeri Ovulasi

Pada sebagian besar kasus, nyeri ovulasi yang ringan dan berlangsung sementara tidak memerlukan perawatan dari dokter. Untuk meredakan rasa nyeri, Anda dianjurkan beristirahat sejenak dari aktivitas sehari-hari. Anda juga bisa berendam atau mandi air hangat agar tubuh lebih rileks dan tenang.

Jika masih terasa nyeri, Anda bisa menggunakan obat pereda nyeri, seperti paracetamol. Selain itu, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen, juga bisa digunakan. Namun, jika Anda berencana untuk hamil, sebaiknya hindari konsumsi OAINS karena bisa mengganggu ovulasi.

Bila nyeri ovulasi tidak kunjung membaik, makin parah, berlangsung lebih dari 1 hari, terjadi hampir setiap bulan, atau disertai dengan gejala lain seperti yang telah disebutkan di atas, sebaiknya konsultasikan ke dokter.

Beri tahu dokter kapan nyeri ovulasi muncul selama siklus menstruasi, berapa lama sakitnya, dan gejala lain yang mungkin Anda rasakan. Nantinya, dokter bisa memberikan pilihan tindakan atau pengobatan yang tepat dan sesuai dengan penyebabnya.