Skleroterapi adalah prosedur untuk mengatasi varises. Tindakan ini dilakukan dengan cara menyuntikkan obat khusus (sklerosan) ke dalam pembuluh darah vena yang terkena varises agar menyusut atau mengempis.

Varises adalah pembengkakan atau pelebaran pembuluh darah vena yang paling sering terjadi di area tungkai, terutama betis, karena bagian tersebut mengalami tekanan saat berdiri atau berjalan. Varises dapat menimbulkan gejala nyeri, kram otot, dan rasa berat di kaki.

Skleroterapi, Ini yang Harus Anda Ketahui - Alodokter

Salah satu cara untuk mengobati varises adalah dengan tindakan skleroterapi. Pengobatan ini biasanya efektif untuk varises yang kecil.

Tujuan dan Indikasi Skleroterapi

Dokter akan menyarankan skleroterapi kepada pasien yang mengalami gejala varises di tungkai, seperti:

  • Kaki terasa berat dan tidak nyaman
  • Sensasi panas dan berdenyut pada tungkai
  • Bengkak di kaki dan pergelangan kaki
  • Kram otot kaki, terutama pada malam hari
  • Nyeri yang bertambah parah setelah duduk atau berdiri dalam waktu yang lama
  • Kulit di area varises terasa gatal, menjadi kering, atau timbul luka

Skleroterapi juga disarankan pada penderita varises yang tidak mengalami perbaikan gejala dengan mengenakan stoking khusus atau menurunkan berat badan.

Peringatan dan Larangan Skleroterapi

Skleroterapi tidak disarankan kepada pasien dengan kondisi berikut:

  • Deep vein thrombosis (DVT)
  • Emboli paru
  • Kondisi hiperkoagulasi (hypercoagulable states), yaitu penggumpalan darah yang terjadi secara tidak normal
  • Sedang hamil atau menyusui

Pada pasien yang menderita diabetes tidak terkontrol, skleroterapi perlu dilakukan dengan sangat hati-hati.

Sebelum Skleroterapi

Sebelum menjalani skleroterapi, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. Pada sesi konsultasi, dokter akan menanyakan riwayat penyakit pasien, termasuk penyakit jantung, gangguan pembekuan darah, dan alergi. Selain itu, dokter akan bertanya tentang pengobatan varises yang pernah dijalani.

Dokter juga akan bertanya tentang obat-obatan, suplemen, atau produk herbal yang sedang dikonsumsi pasien. Bagi pasien yang mengonsumsi obat-obatan, seperti aspirin, ibuprofen, atau obat pengencer darah, dokter akan memberi tahu kapan harus berhenti mengonsumsi obat-obatan tersebut untuk sementara.

Pasien juga akan menjalani pemeriksaan USG kaki. Tujuannya adalah agar dokter dapat melihat secara detail area pembuluh darah yang akan ditangani.

Pada hari skleroterapi dilakukan, pasien dianjurkan untuk tidak mencukur bulu kaki atau mengoleskan losion di kaki. Hal ini untuk mengurangi risiko terjadinya iritasi.

Prosedur Skleroterapi

Tergantung pada keparahan kondisi varises, skleroterapi umumnya berlangsung sekitar 30–45 menit. Pasien dapat diminta untuk berbaring dengan posisi telentang atau tengkurap, tergantung posisi pembuluh darah yang terkena varises.

Untuk mendeteksi reaksi alergi terhadap sklerosan, dokter akan menyuntikkannya pada area kecil di kulit terlebih dahulu. Sklerosan yang diberikan bisa berupa polidocanol, sodium tetradecyl sulfate, atau cairan salin hipertonik

Jika tidak timbul reaksi alergi, dokter akan memulai prosedur skleroterapi dengan tahapan berikut:

  • Menentukan lokasi varises dengan meraba pembuluh darah yang bermasalah dan menggunakan USG
  • Membersihkan area kulit yang akan disuntik menggunakan kapas beralkohol
  • Menyuntikkan sklerosan ke pembuluh darah yang terkena varises dengan menggunakan jarum kecil
  • Mencabut jarum, kemudian memijat atau menekan area yang disuntik agar sklerosan tersebar secara merata
  • Menutup area yang disuntik dengan plester

Jumlah suntikan sklerosan yang diberikan dapat bervariasi, tergantung pada ukuran dan lokasi varises. Oleh sebab itu, tahapan di atas bisa diulangi sesuai tingkat keparahan varises yang dialami pasien.

Setelah Skleroterapi

Setelah skleroterapi, pasien akan diminta untuk tetap berbaring selama sekitar 15 menit. Hal ini untuk memastikan tidak ada reaksi alergi terhadap sklerosan yang diberikan.

Jika tidak ada reaksi alergi, pasien bisa kembali ke rumah dan beraktivitas seperti biasa. Pasien akan diminta untuk sering berjalan atau beraktivitas ringan guna mencegah penggumpalan darah di kaki.

Dokter mungkin akan menyarankan pasien untuk menggunakan kaus kaki kompresi (compression stocking) selama 1–2 minggu.

Untuk membantu proses penyembuhan, ada beberapa cara yang dapat dilakukan pasien, yaitu:

  • Hindari mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti aspirin atau ibuprofen, setidaknya selama 2 hari setelah skleroterapi.
  • Jangan mandi dengan air panas atau menggunakan sauna selama sekitar 2 hari setelah skleroterapi.
  • Bersihkan area kulit yang disuntik menggunakan sabun yang lembut dan air bersih.
  • Jangan mengompres area kulit yang disuntik dengan kompres hangat.
  • Hindari paparan sinar matahari secara langsung pada area yang disuntik selama sekitar 2 minggu.

Pasien juga dianjurkan untuk kontrol rutin ke dokter setelah skleroterapi. Jika diperlukan, dokter bisa menyarankan pasien untuk menjalani sesi skleroterapi selanjutnya sampai mendapat hasil yang diinginkan. Sesi selanjutnya disarankan paling cepat 6 minggu setelah sesi sebelumnya.

Efek Samping dan Komplikasi Skleroterapi

Ketika dokter menyuntikkan sklerosan ke pembuluh darah, pasien mungkin akan mengalami efek samping, seperti perih, kram, atau sensasi panas di kaki. Sementara itu, efek samping yang umumnya timbul setelah prosedur skleroterapi antara lain:

  • Memar pada area kulit yang disuntik
  • Bengkak
  • Kulit berubah warna, misalnya menjadi lebih gelap
  • Rasa tidak nyaman di kaki
  • Gatal-gatal
  • Warna kecokelatan di area kulit yang telah disuntik

Efek samping di atas biasanya akan mereda dalam waktu 3−6 bulan.

Meskipun jarang, efek samping atau komplikasi yang berat juga bisa timbul setelah skleroterapi. Segera ke dokter jika mengalami keluhan berikut:

  • Luka lepuh atau luka terbuka pada area bekas suntikan
  • Bengkak, merah, dan rasa nyeri pada area bekas suntikan
  • Demam tinggi