Beberapa kasus perdarahan pada masa kehamilan mungkin bukan suatu hal yang serius. Namun, ada beberapa perdarahan yang patut diwaspadai, misalnya perdarahan antepartum yang dapat membuat janin meninggal dalam kandungan.

Perdarahan antepartum adalah perdarahan melalui vagina yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 24 minggu. Perdarahan antepartum merupakan salah satu kondisi kegawatdaruratan yang perlu mendapatkan penanganan segera.

Waspadai Perdarahan Antepartum pada Masa Kehamilan - Alodokter

Bila tidak cepat ditindaklanjuti, perdarahan ini dapat menyebabkan kematian baik pada ibu maupun pada janin.

Di Indonesia sendiri, perdarahan merupakan salah satu dari lima penyebab utama kematian pada ibu, selain hipertensi dalam kehamilan, persalinan lama/macet, infeksi, dan keguguran. Pada tahun 2019, perdarahan bahkan menjadi penyebab nomor satu kematian ibu di Indonesia.

Penyebab Perdarahan Antepartum

Para ahli medis terus melakukan penelitian untuk mencari tahu penyebab pasti pemicu terjadinya perdarahan antepartum. Namun hingga kini, dari keseluruhan kasus perdarahan antepartum, sebagian didiagnosis akibat robekan plasenta, plasenta previa, persalinan prematur, dan gangguan pada leher rahim.

Meski demikian, sebagian kecil kasus perdarahan antepartum tidak dapat diketahui penyebab pastinya walaupun telah dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh.

Gejala Perdarahan Antepartum yang Harus Diwaspadai

Gejala utama perdarahan antepartum adalah darah yang keluar melalui vagina. Perdarahan ini dapat disertai dengan nyeri atau tidak.

Jika disertai dengan nyeri, kemungkinan perdarahan disebabkan karena robekan plasenta. Namun jika sebaliknya, kemungkinan besar penyebabnya adalah plasenta previa.

Tanda dan gejala lain perdarahan antepartum adalah timbulnya kontraksi rahim. Bisa juga terjadi tanda-tanda syok hipovolemik pada ibu hamil akibat kehilangan banyak darah.

Tanda-tanda syok ini berupa linglung, pucat, bernapas dengan cepat, berkeringat dingin, produksi urine berkurang atau tidak berkemih sama sekali, lemas, dan pingsan.

Terkadang, pada ibu hamil yang fit dan berusia muda, tanda-tanda ini tidak tampak dan baru diketahui ketika keadaan sudah sangat memburuk.

Cara Mengatasi Perdarahan Antepartum

Jangan anggap sepele meski darah yang keluar hanya sedikit. Sebab ada kemungkinan terdapat perdarahan parah yang belum sepenuhnya keluar.

Saat terjadi perdarahan hebat, keselamatan ibu akan selalu menjadi prioritas utama. Keputusan terkait dengan kelahiran bayi pun harus menunggu sampai kondisi ibu stabil.

Mengenai kategori besar atau kecilnya perdarahan, Anda dapat melihat gambaran ini untuk mengetahuinya:

  • Perdarahan besar, yaitu apabila tubuh kehilangan darah lebih dari 1.000 ml dengan atau tanpa tanda-tanda syok.
  • Perdarahan sedang, yaitu apabila tubuh kehilangan darah sebanyak 50 - 1.000 ml dan tidak disertai tanda-tanda syok.
  • Perdarahan kecil, yaitu apabila tubuh kehilangan darah kurang dari 50 ml dan sudah berhenti.

Lain halnya apabila terjadi gawat janin. Timbulnya kondisi ini merupakan indikasi adanya pengurangan volume darah. Hal tersebut merupakan situasi mendesak, di mana bayi harus dikeluarkan tanpa perlu lagi mempertimbangkan usia janin.

Perdarahan antepartum merupakan kondisi serius yang perlu mendapat penanganan secepat mungkin oleh dokter. Untuk mengganti darah dan cairan tubuh yang keluar dari perdarahan, ibu perlu mendapat terapi cairan dan transfusi darah.

Pada tahap selanjutnya, penanganan lebih lanjut sangat bergantung pada penyebab perdarahan antepartum itu sendiri, tingkat perdarahan, keadaan gawat janin, kondisi dan usia kehamilan, serta riwayat kesehatan Anda.