Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang  kesuksesan anak, baik di sekolah maupun di dunia kerja nantinya. Dalam hal  ini, peran orang tua sangat dibutuhkan untuk membentuk maupun  mengembangkan kecerdasan emosional anak. 

Kecerdasan emosional atau emotional quotient (EQ) adalah kemampuan seseorang untuk memahami, menggunakan, dan mengelola emosi. EQ dapat membantu siapa  saja, termasuk anak-anak, untuk membangun hubungan yang kuat, membuat  keputusan, dan menghadapi situasi sulit. 

6 Tips Menumbuhkan Kecerdasan Emosional (EQ) Anak - Alodokter

Tak hanya itu, dengan EQ yang baik, seseorang akan lebih mudah bersosialisasi dengan siapa saja, lebih percaya diri, dan dapat tumbuh menjadi pribadi yang baik.  EQ juga berperan penting dalam mendukung prestasi anak di sekolah. 

Beberapa Tips untuk Menumbuhkan Kecerdasan Emosional Anak

Anak-anak cenderung lebih cepat menyerap apa saja yang diajarkan kepada  mereka. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang tua untuk mulai menanamkan  kecerdasan emosional anak sejak dini.  

Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengembangkan  EQ anak: 

1. Memberikan contoh yang baik dalam berperilaku

Membiasakan anak untuk berperilaku baik terhadap orang lain merupakan salah  satu hal penting dalam melatih kecerdasan emosionalnya. Untuk melatih dan membiasakan anak berperilaku baik, Anda dapat memberikan contoh melalui kebiasaan sehari-hari ketika hendak meminta bantuan kepada orang lain. 

Misalnya, ketika hendak meminta bantuan kepada orang lain, biasakan anak untuk  mengucapkan kata “tolong” dan jangan lupa mengingatkan anak untuk mengucapkan “terima kasih” setelah mendapatkan bantuan. 

Dengan demikian, anak secara bertahap akan menerapkan kebiasaan tersebut saat berinteraksi dengan orang lain.

2. Membantu anak mengenali emosi

Untuk menumbuhkan kecerdasan emosionalnya, anak perlu dilatih dan dididik untuk  mengenal dan mengendalikan emosi. Anda dapat membimbing anak mengungkapkan emosinya, misalnya saat menonton film, setelah mendengarkan cerita atau dongeng.  

Komunikasi dan kasih sayang merupakan kunci utama untuk melatih anak mengenal  emosi dan mengendalikannya. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang tua untuk  sering menanyakan apa yang sedang dirasakan anak serta melatih anak untuk  mengungkapkan emosinya dengan jujur dan terbuka. 

Ketika anak berperilaku kasar atau tantrum karena merasakan emosi negatif, seperti  marah, kesal, atau kecewa, ajari ia untuk meredakan atau mengalihkan emosinya  dengan hal yang positif, misalnya mengajak anak bermain atau memeluknya.  

3. Membangun empati anak

Empati membantu anak peduli terhadap orang lain dan membangun hubungan baik  dengan lingkungan mereka nantinya. 

Anda dapat membangun rasa empati anak dengan mendidiknya untuk lebih peka  terhadap perasaan orang lain. Misalnya, ketika ia bercerita tentang temannya yang  kehilangan mainan, coba tanyakan “Bagaimana perasaanmu kalau kamu yang  kehilangan mainan?” 

Jika ia menjawab “sedih”, coba tanyakan lagi, “Apakah kamu mau meminjamkan  mainanmu?” lalu perhatikan responsnya. Anak yang memiliki empati tentu akan  bersedia meminjamkan mainan kepada temannya. 

Dengan melatih anak terbiasa untuk memikirkan perasaan orang lain, ia akan lebih  empati dan peka terhadap orang dan lingkungan di sekitarnya. Hal ini juga bisa  membuat mereka lebih bijak dan berperilaku baik terhadap orang lain. 

4. Membiasakan anak bekerja sama

Kerja sama dan gotong royong merupakan keterampilan yang dapat diajarkan  melalui pengalaman langsung. Hal ini bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari,  misalnya dengan meminta anak membantu mengerjakan pekerjaan rumah yang  sederhana, seperti membersihkan meja dan mencuci buah atau sayuran. 

Setelah ia mengerjakan hal tersebut, ucapkan terima kasih kepada anak karena  telah membantu Anda. Hal sederhana ini bisa memberikan anak motivasi untuk lebih  empati dan senang membantu orang lain.  

5. Mengembangkan keterampilan memecahkan masalah

Bagian lain dalam keterampilan emosional adalah mampu menyelesaikan  permasalahannya sendiri. Saat anak sedang bertengkar dengan saudara atau  temannya, Anda dapat memanfaatkan situasi ini untuk mengembangkan kecerdasan  emosionalnya.

Misalnya, ketika anak mulai kesal karena selalu diganggu saudaranya saat bermain, Anda dapat membimbingnya untuk mencari solusi dengan cara memberikannya  beberapa pilihan tindakan yang bisa dilakukannya. Dengan demikian, anak dapat  belajar cara memutuskan dan menyelesaikan masalah secara tepat. 

6. Mengembangkan rasa percaya diri

Anda dapat mengajarkan anak untuk membangun rasa percaya diri dan memberinya  motivasi agar bisa meraih keinginan atau cita-cita mereka. Namun, sebagai orang  tua, Anda juga perlu mengingatkan bahwa hal tersebut membutuhkan kerja keras,  usaha, dan waktu yang tidak sebentar. 

Selain itu, dari setiap usaha yang mereka kerjakan tentu tidak selalu berjalan  dengan baik dan pasti ada kegagalan di dalamnya. Namun, kegagalan tidak selalu  dimaknai sebagai hal negatif. Anak-anak dapat belajar untuk menghindari kesalahan  yang sama di masa datang. 

7. Memenuhi kebutuhan nutrisi anak

Agar Si Kecil merasa nyaman dan siap menerima segala stimulasi serta memiliki observasi yang baik ke lingkungan sekitarnya, pastikan pencernaannya sehat karena 90% hormon serotonin yang mengatur suasana hati anak ada di saluran cerna.  

Dukung kesehatan pencernaan Si Kecil dengan asupan bernutrisi, seperti buah, sayur, dan susu pertumbuhan. Sebagai pilihan yang lebih sehat untuk Si Kecil, Anda bisa memilih susu pertumbuhan anak dengan prebiotik FOS dan GOS 1:9 karena ini merupakan kombinasi terbaik serta paling banyak teruji klinis di negara di Asia & Eropa untuk optimalkan kesehatan pencernaannya.

Nah, itulah tips yang bisa Anda lakukan untuk membantu anak mengembangkan  kecerdasan emosionalnya dengan baik. Dengan EQ yang baik, anak akan tumbuh  dan berkembang menjadi pribadi yang pintar dan sehat. 

Bila Anda merasa sulit membimbing anak atau masih bingung dengan cara melatih  kecerdasan emosional anak, cobalah untuk berkonsultasi dengan psikolog