Terapi stroke ringan diperlukan untuk mencegah kondisi ini menjadi makin parah. Terapi ini juga bisa mencegah stroke muncul kembali di kemudian hari. Bila Anda pernah mengalami gejala stroke ringan, jangan anggap remeh kondisi tersebut dan segera periksakan ke dokter.

Gejala stroke ringan (TIA) hampir sama dengan gejala stroke yang sebenarnya. Bedanya hanya terletak pada durasi terjadinya gejala. Meskipun akan hilang dalam hitungan menit atau jam, gejala stroke ringan, seperti mati rasa atau kelemahan di wajah, lengan, atau kaki, kesulitan bicara, wajah terkulai, dan penglihatan kabur, bisa menjadi tanda awal munculnya stroke berat.

7 Terapi Stroke Ringan untuk Mencegah Terjadinya Stroke Berat - Alodokter

Oleh karena itu, terapi stroke ringan tetap penting untuk diberikan pada orang yang mengalami kondisi ini.

Pilihan Terapi Stroke Ringan

Sebelum menentukan metode terapi dan mendiagnosis penyebab stroke ringan, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan fisik pada tubuh pasien.

Pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan tanda-tanda vital, seperti denyut jantung, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, dan tekanan darah. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan saraf yang terdiri dari kekuatan otot dan gerakan tubuh, gerakan mata, ucapan dan bahasa, gerakan refleks, serta sistem sensorik tubuh.

Selain itu, pemeriksaan tambahan, seperti USG karotis, CT scan kepala, MRI, arteriografi, dan kateterisasi pembuluh darah otak, mungkin juga dilakukan.

Setelah hasil pemeriksaan menyatakan bahwa pasien menderita stroke ringan, dokter akan memberikan penanganan. Terapi stroke ringan berfokus pada pengobatan untuk meningkatkan aliran darah ke otak. Terapi yang diberikan oleh dokter bergantung pada usia dan riwayat kesehatan pasien.

Berikut ini adalah beberapa terapi stroke ringan yang umumnya direkomendasikan dokter:

1. Perubahan gaya hidup

Terapi stroke ringan dimulai dari perubahan gaya hidup. Dengan mengubah gaya hidup sehari-hari menjadi lebih sehat, risiko kekambuhan gejala atau terjadinya stroke di masa mendatang akan berkurang.

Inilah beberapa gaya hidup sehat yang perlu diterapkan:

  • Konsumsi makanan yang rendah lemak, rendah garam, dan tinggi serat, seperti buah-buahan, sayuran, ikan, dan daging tanpa lemak.
  • Kurangi konsumsi makanan yang digoreng dan mengandung gula.
  • Olahraga secara rutin minimal 30 menit sehari.
  • Berhenti merokok.
  • Kurangi konsumsi alkohol.
  • Turunkan berat badan bila direkomendasikan dokter.
  • Cukupi waktu tidur minimal 7 jam setiap malam.
  • Kelola stres dengan baik.

2. Obat antitrombosit

Perubahan gaya hidup perlu diimbangi dengan konsumsi obat-obatan medis, salah satunya obat antitrombosit atau antiplatelet. Obat-obatan ini berfungsi untuk mencegah trombosit saling menempel dan penggumpalan darah.

Obat antitrombosit yang paling sering digunakan adalah aspirin. Selain itu, obat-obatan lain, seperti clopidogrel, prasugrel, dan asam traneksamat, juga biasanya direkomendasikan oleh dokter.

3. Obat antikoagulan

Selain obat antiplatelet, obat antikoagulan juga termasuk dalam terapi stroke ringan. Obat-obatan ini dapat mencegah penggumpalan darah dan pembekuan darah, sehingga aliran darah di otak tetap lancar.

Contoh obat antikoagulan adalah warfarin, rivaroxaban, atau apixaban. Jika pasien mengonsumsi warfarin, dokter biasanya akan melakukan pemantauan dengan ketat melalui tes darah untuk memastikan dosis obat yang diminum sudah tepat.

4. Obat tekanan darah

Jika pasien memiliki tekanan darah tinggi, dokter juga akan meresepkan obat antihipertensi untuk mengendalikannya. Alasannya, tekanan darah tinggi dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke yang lebih berat.

Ada banyak jenis obat untuk mengontrol tekanan darah, seperti diuretik, ACE inhibitor, penghambat saluran kalsium, atau beta-blocker.

5. Obat statin

Bagi penderita kolesterol tinggi, salah satu terapi stroke ringan yang disarankan adalah mengonsumsi obat penurun kolesterol, yaitu statin. Obat ini mampu mengurangi risiko stroke karena bisa mencegah penumpukan kolesterol berlebih di pembuluh darah otak.

Beberapa contoh obat statin yang biasanya diberikan pada penderita stroke ringan adalah atorvastatin, simvastatin, dan rosuvastatin.

6. Prosedur neurointervensi

Ini merupakan prosedur medis nonbedah yang bisa dilakukan untuk menangani TIA maupun stroke. Prosedur neurointervensi dilakukan oleh dokter dengan cara memasukkan selang kateter khusus dari bagian paha atau selangkangan untuk menuju pembuluh darah otak yang bermasalah.

Setelah itu, dokter akan menghancurkan sumbatan pembuluh darah otak yang menjadi penyebab stroke, kemudian memasang cincin atau stent untuk menjaga aliran darah di otak tetap lancar.

7. Prosedur operasi

Operasi yang disebut endarterektomi karotis juga bisa disarankan oleh dokter sebagai terapi stroke ringan. Prosedur ini dilakukan bila pembuluh darah utama yang terletak di kepala dan leher (arteri karotis) mengalami penyumbatan akibat penumpukan lemak. Hal ini membuat darah menjadi sulit mengalir ke otak dan mengakibatkan stroke ringan.

Endarterektomi karotis dilakukan dengan cara membuka penyumbatan di arteri karotis. Dengan begitu, aliran darah menjadi lancar dan secara signifikan mengurangi risiko terjadinya stroke atau kambuhnya gejala stroke ringan.

Meskipun gejala stroke ringan hanya berlangsung singkat dan tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari dalam jangka panjang, Anda disarankan untuk tidak boleh mengemudi terlebih dulu sampai dokter telah menyatakan bahwa Anda benar-benar pulih.

Untuk mendukung keberhasilan terapi stroke ringan, waktu pemberian terapi sejak munculnya gejala stroke juga merupakan faktor yang krusial. Agar kondisi ini bisa ditangani dengan tepat, pasien idealnya harus mendapatkan terapi dalam waktu 30 –60 menit sejak munculnya gejala stroke.

Oleh karena itu, jika Anda atau orang di sekitar Anda ada yang mengalami gejala stroke, segeralah ke dokter di rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan pemeriksaan dan terapi stroke ringan yang sesuai.