Hingga saat ini, biopsi merupakan satu-satunya pemeriksaan yang dapat mendeteksi kanker secara pasti. Namun, biopsi sering dianggap berbahaya karena diduga bisa menyebarkan sel-sel kanker. Hal ini membuat sebagian orang enggan menjalaninya. Lalu, apakah benar biopsi berbahaya?

Biopsi adalah prosedur pengambilan sebagian kecil jaringan dari tubuh pasien untuk diperiksa menggunakan mikroskop. Secara umum, tujuan dilakukan biopsi adalah untuk mengetahui apakah seseorang mengalami kanker atau tidak.

Mengenal Prosedur Biopsi untuk Mendeteksi Kanker - Alodokter

Efektivitas Biopsi

CT-scan atau foto Rontgen memang dapat memperkirakan adanya kanker, tetapi hanya biopsi yang memiliki tingkat efektivitas yang tinggi untuk memastikan diagnosis kanker. Selain itu, biopsi juga dapat memperlihatkan jenis sel kanker dan tingkat keparahannya (stadium).

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa penderita kanker yang menjalani pemeriksaan biopsi memiliki tingkat keberhasilan pengobatan yang lebih tinggi.

Hal ini diduga karena biopsi sangat membantu dokter dalam menentukan pengobatan kanker yang sesuai dengan jenis dan stadium kanker, misalnya operasi, kemoterapi, atau radioterapi.

Beberapa Jenis Biopsi yang Sering Dilakukan

Biopsi dapat dilakukan dengan atau tanpa bantuan alat pemeriksaan lain, seperti USG, X-Ray, CT-scan, maupun MRI. Beberapa jenis biopsi yang sering dilakukan adalah:

  • Biopsi dengan menggunakan jarum, baik berupa jarum kecil (fine needle aspiration biopsy) maupun jarum berukuran lebih besar (core needle biopsy)
  • Biopsi dengan pembedahan, jika posisi tumor sulit dicapai oleh jarum
  • Biopsi dengan metode endoskopi, untuk melihat bagian dalam organ tubuh dan mengambil contoh jaringan, misalnya dari usus atau dari saluran kemih
  • Biopsi dengan mengerok jaringan dari permukaan kulit

Risiko Umum Biopsi

Prosedur medis apa pun yang melukai jaringan memiliki risiko infeksi dan perdarahan. Menurut penelitian, hanya terdapat 79 kasus efek samping dari 1.025 prosedur biopsi. Artinya, risiko efek samping biopsi hanya sekitar 7%.

Risiko terjadinya efek samping akibat biopsi tergantung kepada tingkat keparahan kanker dan jenis biopsi. Pada kanker stadium lanjut yang sudah mengalami komplikasi, tindakan biopsi memiliki risiko yang lebih tinggi.

Prosedur biopsi yang lebih agresif, contohnya biopsi dengan pembedahan, tentunya juga memiliki risiko yang lebih tinggi daripada biopsi jarum.

Biopsi dan Penyebaran Sel Kanker

Beberapa penelitian memang menunjukkan adanya penyebaran sel-sel kanker ke area sekitar luka tusukan jarum biopsi maupun ke bagian tubuh lain. Namun, belum diketahui dengan pasti apakah sel-sel kanker ini kemudian akan berkembang dan menyebabkan kanker di lokasi yang baru.

Kemungkinan biopsi untuk menyebarkan sel kanker dinyatakan masih sangat rendah dan dapat diminimalkan dengan cara-cara tertentu, misalnya tidak menggunakan jarum biopsi yang sama untuk beberapa lokasi kanker.

Biopsi memang memiliki risiko, termasuk menyebabkan nyeri dan kesemutan pada lokasi biopsi. Akan tetapi, manfaat biopsi masih jauh lebih besar daripada risikonya, sehingga biopsi tetap menjadi salah satu prosedur penting dalam penanganan kanker.

Jika Anda masih merasa khawatir mengenai prosedur biopsi, mintalah penjelasan lebih detail kepada dokter yang menangani Anda. Jika setelah menjalani prosedur biopsi Anda mengalami demam, nyeri yang hebat, atau perdarahan di area biopsi, segeralah pergi ke fasilitas kesehatan terdekat atau dokter yang menangani Anda untuk diberikan penanganan.

Penulis:

dr. Irene Cindy Sunur