Jenis kejang epilepsi penting untuk diketahui karena setiap jenisnya memiliki gejala dan ciri yang berbeda-beda. Nah, dengan memahami jenis kejang akibat epilepsi, tanda-tanda kejang pun dapat dikenali lebih cepat sehingga penanganan yang tepat bisa segera diberikan.
Epilepsi terjadi akibat pola aktivitas listrik yang tidak normal di otak. Kondisi tersebut kemudian memicu terjadinya aktivitas listrik yang berlebihan di antara sel-sel otak, sehingga muncul kejang.
Kejang merupakan gejala utama pada epilepsi. Kejang pada epilepsi terbagi dalam beberapa jenis dengan gejala yang berbeda-beda. Jenis kejang epilepsi yang dialami oleh penderita tergantung pada area otak mana yang terdampak dan sejauh mana bagian otak tersebut terpengaruh oleh gangguan aktivitas listrik.
Jenis Kejang Epilepsi Umum
Kejang pada penderita epilepsi umumnya terbagi menjadi dua jenis, yaitu kejang umum dan kejang fokal. Pada jenis kejang epilepsi umum, gangguan aktivitas listrik memengaruhi seluruh bagian otak sehingga gejalanya muncul hampir di seluruh tubuh. Jenis kejang epilepsi umum sering kali membuat pasien tidak sadar.
Kejang epilepsi umum terdiri dari beberapa jenis. Berikut ini adalah penjelasannya:
1. Kejang absen
Salah satu jenis kejang epilepsi umum adalah kejang absen atau petit mal. Saat seseorang mengalami kejang ini, ia biasanya akan berhenti melakukan aktivitas tertentu secara tiba-tiba dan diam terpaku dengan tatapan kosong.
Selain itu, ia juga mungkin melakukan gerakan kecil, seperti mata berkedip, bibir mengunyah, atau gerakan seperti menggosok tangan.
Kejang absen sering tidak disadari oleh orang lain di sekitar penderita karena berlangsung sangat singkat, yaitu kurang dari 10 detik, dan bisa tampak seperti melamun biasa.
2. Kejang atonik
Kejang atonik adalah jenis kejang epilepsi umum yang menyebabkan satu atau seluruh otot tubuh menjadi rileks secara tiba-tiba.
Jika memengaruhi satu kelompok otot, misalnya kepala atau leher, kejang atonik dapat menyebabkan bagian tubuh tersebut terkulai. Namun, jika memengaruhi seluruh otot di tubuh, kejang ini dapat menyebabkan penderitanya terjatuh, terutama jika sedang dalam posisi berdiri.
Kejang atonik biasanya berlangsung kurang dari 15 detik. Meski begitu, pada beberapa kasus, kejang atonik juga bisa berlangsung selama beberapa menit.
3. Kejang tonik
Kebalikan dari kejang atonik, kejang tonik menyebabkan otot-otot tubuh menjadi tegang atau kaku secara tiba-tiba. Jenis kejang epilepsi umum ini bisa memengaruhi sebagian tubuh, seperti lengan atau kaki, maupun seluruh tubuh dan kerap menyebabkan penderita terjatuh.
Kejang atonik biasanya berlangsung kurang dari 20 detik dan sering terjadi saat penderita sedang tertidur.
4. Kejang klonik
Jenis kejang epilepsi umum berikutnya adalah kejang klonik. Pada kejang ini, penderita biasanya akan mengalami gerakan menyentak yang cepat dan berulang di bagian tubuh tertentu, seperti lengan dan kaki. Gerakan tersebut biasanya berlangsung kurang dari 1–2 menit.
5. Kejang mioklonik
Sama seperti kejang klonik, kejang mioklonik juga menyebabkan tubuh penderita epilepsi mengalami gerakan menyentak yang cepat secara tiba-tiba. Bedanya, gerakan menyentak akibat jenis kejang epilepsi ini hanya terjadi sekali dan dalam waktu kurang dari 1–2 detik.
Selain itu, gerakan menyentak akibat kejang mioklonik juga biasanya terjadi saat bangun tidur dan terjadi pada leher, bahu, serta lengan atas.
6. Kejang tonik-klonik
Sesuai dengan namanya, jenis kejang epilepsi umum satu ini merupakan kombinasi antara kejang tonik dan klonik. Biasanya, kejang ini diawali dengan fase tonik, di mana tubuh tiba-tiba menjadi kaku. Setelah itu, penderita akan mengalami fase klonik, di mana otot mulai berkedut atau menyentak secara berulang.
Kejang epilepsi jenis ini biasanya terjadi sangat kuat hingga menyebabkan penderita kehilangan kesadaran atau pingsan dan terjatuh. Selain itu, saat kejang tonik-klonik terjadi, penderita juga terkadang berteriak atau mengeluarkan erangan, menggigit lidah, dan meneteskan air liur.
Kejang tonik-klonik biasanya berlangsung selama 1–3 menit. Setelah episode kejang berakhir, penderita mungkin akan mengantuk atau kebingungan.
Jenis Kejang Epilepsi Fokal
Kejang epilepsi fokal dalam dunia medis juga dikenal dengan sebutan kejang epilepsi parsial. Berbeda dengan kejang epilepsi umum, pada jenis kejang epilepsi ini, gangguan aktivitas listrik yang terjadi di otak hanya memengaruhi satu bagian otak saja.
Nah, karena hanya memengaruhi satu bagian otak saja, gejala yang timbul akibat kejang epilepsi fokal hanya memengaruhi bagian tubuh tertentu.
Sama seperti kejang epilepsi umum, kejang epilepsi fokal juga dibagi menjadi beberapa jenis. Berikut ini adalah penjelasannya:
1. Kejang fokal sederhana
Kejang fokal sederhana adalah jenis kejang epilepsi fokal yang tidak menyebabkan hilangnya kesadaran. Artinya, saat kejang ini terjadi, penderita mengetahui apa yang terjadi dan menyadari keadaan di sekelilingnya. Selain itu, penderita juga dapat menjelaskan apa yang sedang atau baru saja terjadi pada dirinya.
Saat kejang ini terjadi, salah satu sisi bagian tubuh penderita biasanya bergerak secara tiba-tiba dan tidak terkendali atau terasa kesemutan. Kejang fokal sederhana biasanya berlangsung kurang dari 2 menit.
2. Kejang fokal kompleks
Kebalikan dari kejang fokal sederhana, kejang fokal kompleks dapat menyebabkan penderitanya kehilangan kesadaran. Artinya, saat jenis kejang epilepsi fokal ini terjadi, penderita tidak pingsan tapi ia tidak tahu apa yang sedang terjadi dan tidak menyadari keadaan di sekelilingnya.
Ketika terjadi kejang fokal kompleks, penderita biasanya tidak responsif saat dipanggil, mata tampak kosong dan menatap ke atas, dan melakukan gerakan berulang seperti mengedipkan mata atau menggerakkan jari. Jenis kejang ini biasanya berlangsung selama 1–2 menit.
Penanganan Kejang Epilepsi
Selama episode kejang epilepsi terjadi, penderita rentan mengalami cedera, apalagi bila ia kehilangan kesadaran dan terjatuh. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya cedera, pertolongan pertama pada penderita kejang epilepsi sangat penting dilakukan.
Berikut ini adalah beberapa upaya yang harus dilakukan:
- Baringkan penderita di tempat aman dan nyaman, serta jauhkan ia dari benda berbahaya atau benda tajam.
- Jangan mencoba menahan atau menghentikan tubuh penderita yang sedang mengalami kejang epilepsi.
- Posisikan tubuh penderita ke salah satu sisi, kiri atau kanan, dengan posisi mulut ke arah lantai untuk mencegah ia tersedak.
- Letakkan sesuatu yang empuk, seperti baju, jaket, bantal, atau alas lain di bawah kepala penderita selama kejang berlangsung.
- Jangan memasukkan benda apa pun ke dalam mulut penderita selama kejang karena bisa berisiko menghambat pernapasan.
- Longgarkan pakaian yang ketat, terutama di bagian leher penderita.
- Posisikan kepala penderita miring ke kanan atau kiri, untuk mencegah muntahan masuk ke dalam tenggorokan.
- Segera panggil bantuan medis dari IGD atau fasilitas kesehatan terdekat.
- Temani penderita sampai kejangnya berhenti dan penderita kembali sadar.
Saat penderita tiba di rumah sakit, dokter akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah kejang yang terjadi memang disebabkan oleh epilepsi atau bukan.
Jika dari hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kejang yang terjadi disebabkan oleh epilepsi, dokter kemudian akan memberikan penanganan lanjutan, misalnya dengan meresepkan obat antikejang. Untuk kasus tertentu, kejang epilepsi juga bisa ditangani dengan operasi atau penggunaan alat khusus untuk mengatur aktivitas listrik otak dan mencegah kejang kambuh kembali.
Penderita epilepsi juga bisa menjalani diet ketogenik untuk membantu mengontrol gejala dan mendukung pengobatan. Namun, efektivitas diet ini dalam menangani epilepsi masih menjadi kontroversi dan perlu diteliti lebih lanjut.
Itulah beberapa jenis kejang epilepsi yang perlu kita ketahui. Jika Anda atau orang terdekat Anda mengalami gejala yang mirip salah satu atau beberapa jenis kejang epilepsi di atas, jangan tunda untuk berkonsultasi ke dokter spesialis saraf melalui fitur chat yang tersedia di aplikasi ALODOKTER ya. Dengan begitu, penanganan yang tepat pun bisa segera diberikan.