Breath holding spells (BHS), atau kondisi saat anak menahan napas ketika marah, frustasi, merasa sakit, atau kaget ini, bisa membuat Bunda panik. Tidak sedikit yang mengaitkannnya dengan penyakit jantung atau epilepsi. Nah, sebenernya apa itu BHS dan apakah kondisi ini berbahaya?

Saat anak mengalami breath holding spells, refleks menahan napas yang ia lakukan bisa berlangsung selama 30–60 detik. Kemudian, bibir dan kulitnya akan tampak kebiruan atau pucat. Kondisi ini bisa mulai muncul saat anak berusia 6–18 bulan dan umumnya berangsur menghilang ketika ia berusia 6 tahun.

Breath Holding Spells pada Anak, Ini yang Perlu Bunda Ketahui - Alodokter

Ini Penyebab Breath Holding Spells pada Anak

Breath holding spells biasanya muncul saat anak menangis, sakit, takut, kaget, atau frustasi. Ketika hal ini terjadi, pola napasnya akan berubah dan detak jantungnya pun jadi melambat. Selanjutnya, secara refleks ia akan menahan napas secara tiba-tiba.

Hal ini lalu membuat pasokan oksigen yang masuk ke tubuh anak jadi berkurang, sehingga wajah dan bibirnya membiru. Meski tidak sering terjadi, breath holding spells bisa menyebabkan anak pingsan, Bun.

Breath holding spells bukan tindakan sengaja ya, Bunda, tetapi merupakan respons spontan akibat peristiwa yang tiba-tiba, sehingga anak kesulitan untuk mengontrol napasnya sendiri.

Dari gejala lanjutan setelah refleks menahan napas, BHS bisa dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu cyanotic dan pallid.

Tipe cyanotik umumnya akan ditandai dengan bibir dan kulit yang kebiruan. Jenis ini biasanya dikaitkan dengan kondisi frustasi atau kecewa yang dialami oleh anak yang diekspresikan lewat tangisan keras, hembusan napas kuat, tetapi tidak diikuti tarikan napas kembali (bernapas).

Sedangkan BHS pallid umumnya ditandai dengan kondisi kulit yang tampak pucat. Umumnya, jenis ini dipicu oleh rasa sakit atau ketakutan tiba-tiba, yang kemudian menyebabkan mereka terlihat ingin berteriak tetapi tanpa suara, disertai dengan refleks tidak bernapas.

Belum diketahui secara pasti penyebab dari breath holding spells, tetapi anemia defisiensi zat besi sering dikaitkan dengan kondisi ini.

Tips untuk Mengatasi Breath Holding Spells pada Anak

Melihat Si Kecil tiba-tiba menahan napas atau mengalami breath holding spells memang bisa membuat Bunda takut, ya. Namun, sebelum khawatir berlebihan, ada beberapa hal yang bisa Bunda lakukan di rumah, yaitu:

  • Tetap tenang dan berada di samping anak
  • Baringkan anak di kasur atau lantai, tetapi jangan mengangkatnya terlalu tinggi
  • Jauhkan anak dari benda keras dan tajam yang bisa membahayakannya
  • Tidak memberikannya percikan air atau napas buatan (CPR)

Bila kondisi ini menyebabkan anak pingsan, Bunda bisa melakukan hal berikut:

  • Jangan panik dan yakinkan pada diri sendiri bahwa anak tetap dalam kondisi yang aman
  • Periksa mulut anak untuk mengetahui apakah ada benda atau makanan yang bisa membuatnya tersedak
  • Bila anak tidak bernapas selama lebih dari satu menit dan wajahnya sudah membiru, segera hubungi rumah sakit terdekat

Setelah melakukan beberapa tips di atas, jika anak sudah bisa kembali bernapas dan sadar dari pingsannya, yakinkan pada anak bahwa semuanya akan baik-baik saja dan hal ini bukan terjadi karena kesalahannya. Selain itu, Bunda juga bisa memberikan pelukan penuh kasih sayang untuk menenangkan emosinya dan membuatnya nyaman.

Karena breath holding spells bisa timbul ketika Si Kecil menangis, sebagai langkah pencegahan Bunda dianjurkan untuk tidak membuatnya terlalu marah, seperti menerapkan kedisiplinan dengan cara yang lembut padanya. Selain itu, batasi aktivitasnya agar ia tidak terlalu lelah dan frustasi.

Sebenarnya tidak ada pengobatan pasti untuk menangani breath holding spells pada anak. Namun, karena salah satu penyebab kondisi ini adalah anemia defisiensi zat besi, mungkin dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui kemungkinan penyebabnya dan pengobatan yang sesuai.

Breath holding spells pada anak umumnya bukanlah hal yang berbahaya. Namun, Bunda harus segera ke dokter jika kondisi tersebut terjadi pada anak di bawah usia 6 bulan, anak mengalami kondisi ini lebih dari satu kali dalam seminggu, ini merupakan pengalaman pertama baginya, anak bingung atau mengantuk setelah menahan napas, serta badannya berguncang dan kaku lebih dari satu menit.