Ciri-ciri toxic parents bisa dikenali dari berbagai tindakan orang tua lho, misalnya sering menuntut atau ingin selalu didengar oleh anak. Imbasnya, anak merasa terkekang dan memengaruhi kemampuannya berinteraksi dengan orang lain di masa depan.

Hubungan yang tidak sehat atau toxic relationship tidak hanya terjadi antara teman dan lingkungan, tetapi juga antara orang tua dan anak. Dalam dunia psikologi, orang tua yang menjalin hubungan tidak sehat dengan anaknya disebut juga toxic parents.

Yuk, Kenali Ciri-Ciri Toxic Parents yang Harus Dihindari - Alodokter

Tanda pola asuh toxic parents biasanya selalu mengedepankan keinginannya, mengatur anak berperilaku sesuai kemauannya, tidak memikirkan dan menghargai perasaan atau pendapat anak, serta tidak memandang anak sebagai seseorang yang memiliki hak atas hidupnya sendiri.

Inilah Ciri-Ciri Toxic Parents

Orang tua seharusnya menjadi tempat ternyaman dan teraman bagi anak. Namun, bagi anak-anak dengan toxic parents, orang tua justru menjadi sumber masalah yang menyebabkan anak takut dan trauma.

Toxic parents biasanya akan memakai alasan “kami tahu apa yang terbaik untukmu”. Selain itu, toxic parents juga sangat jarang atau malah enggan mengucapkan terima kasih atau menghargai perbuatan anaknya.

Para toxic parents mungkin tidak sadar bahwa yang mereka lakukan itu salah. Nah, apakah Anda termasuk toxic parents? Yuk, ketahui ciri-cirinya berikut ini:

1. Tidak bisa mengontrol emosi dan mudah marah

Toxic parents sangat mudah marah dan meluapkan emosi kepada anak. Orang tua dengan tipe ini cenderung melebih-lebihkan setiap masalah yang ada, walau sebenarnya itu adalah masalah sepele. Toxic parents juga tidak akan segan memarahi atau bahkan mencaci-maki anak di depan orang banyak sekali pun.

2. Memiliki dorongan untuk selalu mengontrol anak

Toxic parents tidak akan memberi anak ruang pribadi untuk mengambil keputusan sendiri, karena mereka menganggap segala hal yang berasal dari anaknya adalah salah.

Orang tua dengan pola asuh ini merasa apa yang mereka anjurkan kepada anaknya selalu benar. Itulah sebabnya segala hal tentang anak akan dikendalikan langsung oleh mereka, bahkan hingga buah hatinya telah beranjak dewasa.

3. Melakukan penyiksaan fisik atau verbal kepada anak

Tidak ada orang tua yang berhak melakukan kekerasan pada anaknya. Namun, hal ini kerap dilakukan oleh para toxic parents. Kekerasan fisik, seperti pukulan, tamparan, cubitan, atau bahkan kekerasan verbal, seperti panggilan yang tidak baik dan hinaan, bisa menjadi makanan sehari-hari bagi anak dengan toxic parents.

4. Merasa bersaing dengan anak

Sudah seharusnya orang tua berperan dalam mendukung dan menyemangati buah hatinya. Namun, para toxic parents tidak melakukan hal ini. Mereka justru cenderung suka mempermalukan anak, membuat anak menjadi down, dan merasa tidak senang saat anak bahagia.

Tidak semua ciri-ciri di atas dimiliki oleh toxic parents. Namun, satu perilaku saja sudah bisa menjadikan orang tua sebagai toxic parents. Ingat, setiap ciri di atas, seringan apa pun derajatnya, bisa meninggalkan luka yang menyakitkan dan sulit disembuhkan pada jiwa anak, bahkan hingga ia dewasa.

Perilaku toxic parents bisa berasal dari pola asuh yang sama di masa lalu. Jadi, jika kamu merasa memiliki ciri-ciri di atas, ada kemungkinan kamu juga memiliki trauma seperti yang buah hati rasakan sekarang. Ini juga berarti buah hati kemungkinan besar akan mengulang perilaku ini ke anak mereka di masa depan.

Kamu mungkin menginginkan yang terbaik untuk buah hati. Namun, jika memang sudah mengetahui bagaimana sakitnya diperlakukan oleh toxic parents, kamu harus berusaha menjadi pemutus mata rantai hubungan tidak sehat ini untuk generasi selanjutnya di keluargamu.

Tidak ada kata terlambat untuk berubah. Berusahalah pelan-pelan untuk memaafkan masa lalu dengan orang tuamu. Setelah itu, turunkan egomu, mulailah mendengarkan apa yang anakmu katakan, dan hargai dia.

Bila hal ini terasa sulit dilakukan, tidak usah malu untuk berkonsultasi dengan psikolog. Justru ini adalah tindakan yang bijak dan baik, bukan hanya untuk anakmu, tetapi juga untuk dirimu sendiri.