Air susu ibu (ASI) memang salah satu pilihan makanan utama pada bayi. Namun, ada beberapa penyakit yang bisa menular lewat ASI lho, Busui. Yuk, kenali penyakit apa saja yang bisa menular lewat ASI, sehingga Busui bisa mencegah penularannya kepada Si Kecil.

Memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun bisa memberi banyak manfaat agar tumbuh kembangnya lebih optimal. Selain memiliki kandungan nutrisi lengkap, ASI juga lebih praktis dan bisa mempererat ikatan ibu dan anak.

Bunda, Yuk, Kenali Penyakit yang Bisa Menular Lewat ASI - Alodokter

Penyakit-Penyakit yang Bisa Menular Lewat ASI

ASI dihasilkan oleh tubuh ibu, sehingga beberapa penyakit yang dialami oleh ibu menyusui juga bisa menular lewat ASI. Selain itu, proses menyusui yang melibatkan kedekatan dan kontak langsung antara ibu dan bayi juga dapat memudahkan penularan penyakit ke bayi.

Penyakit-penyakit yang bisa menular saat menyusui antara lain:

1. Tuberkulosis (TBC)

Cairan ASI memang tidak menularkan tuberkulosis (TBC), namun penyakit ini sangat mudah menular lewat cairan dari saluran pernapasan (droplet) yang menyebar ketika penderita bersin atau batuk.

Maka dari itu, ibu menyusui yang terdeteksi positif pada tes Mantoux atau menderita tuberkulosis aktif (masih menular) disarankan untuk tidak menyusui secara langsung dan tetap menggunakan masker ketika berdekatan dengan bayinya. Bila ibu menyusui menderita TBC aktif, maka bayinya perlu mendapatkan ASI perah.

Ibu menyusui yang menderita TBC baru diperbolehkan menyusui langsung bila sudah menjalani pengobatan tuberkulosis setidaknya 2 minggu dan kondisinya sudah dinyatakan tidak infeksius atau tidak berpotensi menularkan lagi.

2. Hepatitis (A, B, C, E)

Penularan hepatitis A dan E selama proses menyusui dinilai sangat jarang, sehingga Busui tak perlu terlalu khawatir. Ibu menyusui yang menderita hepatitis B dan C juga masih bisa memberikan ASI kepada bayinya.

Namun, hepatitis B dan C dapat menular lewat darah. Bila ibu menyusui yang menderita hepatitis B atau C mengalami luka pada payudaranya, proses menyusui sebaiknya dihentikan dulu untuk sementara hingga luka sembuh.

Selain itu, bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi hepatitis B wajib mendapatkan vaksinasi hepatitis B selama 1 tahun secara lengkap.

3. Herpes simplex

Ketika ibu menyusui mengalami herpes simplex, menyusui langsung masih bisa dilakukan selama tidak ada ruam herpes di payudara. Namun, bila ada ruam, maka proses menyusui sebaiknya dihentikan sementara, baik secara langsung maupun melalui ASI perah.

Hal ini karena bayi yang kontak dengan ruam atau mengonsumsi ASI dari payudara yang terkena ruam memiliki risiko tinggi untuk tertular infeksi ini.

4. Cacar air

Ibu menyusui yang mengalami cacar air 5 hari sebelum melahirkan atau 2 hari sesudahnya disarankan menghindari kontak langsung dengan bayi. Fase menularkan ini akan berlangsung 2 hari sebelum munculnya ruam sampai ruam benar-benar kering.

Walaupun tidak boleh kontak langsung untuk menghindari penularan, pemberian ASI perah masih diperbolehkan. Setelah ruam cacar yang dialami mengering, Busui boleh kembali menyusui Si Kecil.

5. Infeksi menular seksual (IMS)

Masing-masing jenis infeksi menular seksual memiliki rute penularan yang berbeda, termasuk lewat ASI. Pada ibu menyusui yang menderita HIV, tidak dianjurkan untuk menyusui sama sekali karena penularan virus HIV bisa terjadi lewat ASI.

Pada ibu menyusui yang menderita trikomoniasis, dianjurkan untuk melakukan pengobatan terlebih dahulu sebelum menyusui bayinya. Sedangkan ibu yang menderita infeksi klamidia, gonore, dan HPV tidak dilarang menyusui anaknya.

Kondisi lain yang dapat menunda pemberian ASI kepada bayi adalah ibu menyusui yang menggunakan narkoba, menderita infeksi virus HTLV (human T-cell lumphotrophic virus) tipe I atau II, atau diduga terinfeksi virus Ebola.

Sementara pada ibu menyusui yang sedang menderita DBD atau mastitis, serta ibu menyusui yang pernah atau sedang menderita kanker payudara, disarankan untuk berkonsultasi dulu dengan dokter sebelum memberikan ASI ekslusif.

Jika Busui memiliki kondisi kesehatan tertentu, terlebih penyakit yang disebutkan di atas, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum menyusui Si Kecil.