Child grooming merupakan teknik yang dilakukan orang dewasa untuk memanipulasi pikiran anak. Tujuannya untuk mengeksploitasi atau melecehkan anak secara seksual. Child grooming bisa berdampak pada kesehatan fisik dan mental anak.
Child grooming terjadi ketika orang dewasa melakukan upaya-upaya tertentu untuk membangun kepercayaan dan mengikat emosi anak atau remaja dengan tujuan memanipulasi, melecehkan, dan mengeksploitasi mereka. Anak atau remaja bisa mengalami tindak pelecehan ini secara langsung atau melalui media sosial.

Lebih Jauh tentang Child Grooming
Seseorang dikatakan mengalami child grooming jika pelaku memang punya tujuan khusus untuk memanipulasi pikiran anak sejak kecil. Misalnya, pelaku yang kita sebut dengan istilah “predator” akan menargetkan anak untuk diatur cara pikirnya supaya patuh dan lebih “nurut” dengan arahan dan perintahnya.
Proses ini biasanya tidak sebentar dan kebanyakan korban yang dipilih adalah anak atau remaja yang punya kepercayaan diri rendah atau sedang berselisih dengan keluarganya.
Setelah menemukan anak yang akan menjadi korbannya, pelaku akan memposisikan diri sebagai orang yang paling mengerti perasaan anak hingga muncul empati dan kedekatan. Selanjutnya, pelaku memberikan banyak perhatian, sehingga anak merasa diistimewakan dan pelan-pelan mulai menaruh rasa percaya.
Kalau sudah begini, pelaku lebih mudah melakukan tindak pelecehan seksual atau bentuk eksploitasi lainnya. Terlebih, korban tidak punya kekuatan untuk melawan orang dewasa. Pelaku child grooming akan lebih leluasa mengendalikan korban, termasuk menakut-nakuti atau mengintimidasi apabila korban menyebarluaskan perbuatannya.
Selain menakut-nakuti dan mengintimidasi, pelaku juga bisa memisahkan anak dengan keluarganya. Hal ini biasanya dilakukan dengan menanamkan keyakinan bahwa pelaku lah orang yang paling mengenali Si Anak melebihi orang tuanya.
Itulah mengapa, orang tua perlu memiliki intuisi kuat terhadap orang-orang yang mencurigakan di sekitar anak. Apalagi, pelaku child grooming tidak terbatas pada gender tertentu dan bisa berasal dari berbagai latar belakang, termasuk figur yang dipercaya masyarakat.
Supaya orang tua bisa lebih jeli, berikut ini adalah beberapa tanda anak Anda mungkin mengalami child grooming:
- Anak menjalin hubungan dengan orang dewasa yang usianya jauh lebih tua
- Selalu membicarakan tentang sosok orang dewasa tersebut
- Anak menghabiskan banyak waktu untuk bersama orang dewasa tersebut, hingga abai dengan kewajibannya, misalnya sering bolos sekolah
- Tidak lagi menghabiskan waktu dengan teman-temannya
- Sering menerima banyak hadiah orang dewasa yang sedang dekat dengannya
- Tidak lagi berbagi cerita tentang aktivitasnya sehari-hari dengan Anda
Child grooming bisa berlangsung berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Bahkan, beberapa pelaku child grooming juga bisa melakukan pendekatan ke keluarga agar tindakan mereka tidak menimbulkan kecurigaan.
Dampak Child Grooming pada Anak
Anak yang mengalami child grooming umumnya rela melakukan apapun untuk menyenangkan pelaku. Jika sudah begini, akan muncul dampak negatif, baik secara fisik maupun mental bagi anak yang menjadi korban. Berikut dampak child grooming pada anak:
- Sulit tidur (insomnia)
- Sulit konsentrasi di sekolah
- Gangguan kecemasan dan depresi
- Gangguan makan
- Gangguan stres pascatrauma (PTSD)
Jika grooming berlanjut menjadi kekerasan seksual, korbannya berisiko mengalami penyakit menular seksual.
Selain dampak di atas, tak sedikit pula korban child grooming yang mengalami perubahan sikap, mulai dari menutup diri dari orang tua hingga menjadi cepat marah dan sensitif jika dilarang untuk menuruti kemauan pelaku.
Untuk mempermudah eksploitasi, pelaku child grooming juga bisa memberikan anak minuman beralkohol atau narkoba yang bisa merusak masa depan anak.
Waspada dengan Pelaku Child Grooming pada Anak
Sebenarnya, tidak mudah untuk mengenali pelaku child grooming. Apalagi, pelakunya bisa jadi orang yang sangat dekat dengan keluarga Anda. Namun, Anda boleh waspada jika ada orang dewasa di sekitar anak Anda menunjukkan perilaku sebagai berikut:
- Sering memberikan hadiah untuk anak dan keluarga Anda
- Menunjukkan ketertarikan berlebihan pada aktivitas yang anak Anda lakukan
- Menawarkan bimbingan belajar atau pengasuhan yang kesannya “tidak wajar” untuk anak Anda
- Melampaui batasan dalam bersosialisasi, misalnya selalu datang ke rumah atau saat ada acara-acara keluarga padahal tidak diundang
- Sering melakukan sentuhan fisik, seperti mengelus kepala, memegang, memeluk, atau memangku anak Anda
Supaya tidak kebablasan, anak harus diajarkan tentang batasan dalam bersosialisasi dengan orang lain. Sampaikan padanya bahwa ada orang lain yang boleh menyentuh tubuh dan alat kelaminnya.
Bila ia mengalami hal tidak menyenangkan dari orang dewasa, seperti mendengar lelucon seksual atau dipaksa menonton pornografi, dorong ia untuk memberitahukannya pada Anda.
Banyak anak yang tidak sadar kalau mereka telah menjadi korban child grooming. Jadi, bila ia berani menceritakan kejadian yang menimpanya dan hal tersebut mengarah ke child grooming, hadapilah dengan tenang dan bijak.
Dengarkan dengan saksama apa yang anak Anda katakan dan beri tahu padanya bahwa ia telah melakukan hal yang tepat dengan menceritakannya kepada Anda. Sampaikan pula bahwa kejadian tersebut bukan kesalahannya. Buatlah ia tenang dan jelaskan langkah yang akan Anda lakukan untuk menindak pelaku.
Perlu diingat, tetap rangkul anak Anda dan jangan sekali pun memarahinya. Karena saat Anda marah, anak mungkin takut untuk menceritakan hal-hal buruk yang menimpanya, dan berujung memercayai kembali pelaku child grooming.
Baik secara langsung maupun melalui online, child grooming tetap menimbulkan trauma bagi anak. Itulah sebabnya, penting untuk membawa anak atau anggota keluarga Anda lainnya ke psikolog apabila mengetahui kejadian child grooming yang menimpanya.
Anak-anak butuh ruang aman dan orang yang dipercaya untuk menceritakan apa saja yang telah ia alami. Psikolog akan membantunya melewati masa sulit ini sekaligus mengatasi dampak child grooming, seperti gangguan kecemasan atau depresi.