Douching adalah praktik membersihkan bagian dalam vagina dengan cairan khusus yang dimasukkan ke dalam vagina. Meskipun banyak yang percaya douching bisa menjaga kebersihan organ intim, para ahli kesehatan justru tidak merekomendasikan cara ini karena lebih banyak risikonya daripada manfaatnya.
Douching biasanya dilakukan dengan memasukkan cairan, seperti campuran air dan cuka, antiseptik, atau produk khusus yang dijual bebas, ke dalam vagina menggunakan alat seperti botol semprot atau selang kecil. Cairan tersebut dialirkan ke dalam, kemudian dibiarkan keluar agar dianggap dapat “membersihkan” bagian dalam vagina.

Namun, hingga kini belum ada bukti medis yang mendukung bahwa douching adalah cara efektif menjaga kesehatan organ intim. Justru, praktik ini dapat mengganggu keseimbangan bakteri alami di vagina dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Risiko Melakukan Douching
Berikut beberapa risiko yang bisa terjadi akibat douching:
1. Mengganggu keseimbangan bakteri baik
Douching dapat menghilangkan bakteri baik yang berperan penting dalam mempertahankan kesehatan vagina. Jika jumlah bakteri baik menurun, bakteri jahat dapat berkembang lebih cepat sehingga tubuh kehilangan perlindungan alami. Akibatnya, vagina menjadi lebih mudah terkena infeksi dan iritasi.
2. Meningkatkan risiko infeksi vagina
Praktik douching adalah salah satu faktor utama yang memicu bacterial vaginosis dan infeksi jamur. Jika keseimbangan flora di vagina terganggu, gejala seperti keputihan berbau tajam, gatal, dan rasa tidak nyaman bisa muncul. Kondisi ini tidak hanya mengganggu aktivitas, tapi juga bisa berdampak pada kesehatan reproduksi jangka panjang.
3. Memicu penyakit radang panggul
Douching memungkinkan bakteri jahat naik ke organ reproduksi bagian atas, seperti rahim dan saluran tuba. Hal ini meningkatkan risiko munculnya penyakit radang panggul, yang bisa menyebabkan nyeri perut bawah hebat, demam, hingga komplikasi serius seperti kemandulan jika tidak segera diobati.
4. Mengganggu kesuburan
Infeksi berulang akibat douching bisa menimbulkan jaringan parut di saluran reproduksi, menghambat perjalanan sel telur, dan mengurangi peluang kehamilan. Bahkan, beberapa kasus kemandulan pada wanita diketahui terkait dengan kebiasaan melakukan douching secara rutin.
5. Menyebabkan iritasi dan luka
Banyak produk douching mengandung bahan kimia yang terlalu keras untuk jaringan lunak vagina. Akibatnya, penggunaan cairan ini bisa memicu iritasi, rasa perih, nyeri, atau luka kecil di dinding vagina. Luka ini membuat vagina makin rentan terhadap infeksi, termasuk penyakit infeksi menular seksual (IMS).
Cara Menjaga Kebersihan Vagina yang Aman
Berikut cara-cara sederhana yang bisa dilakukan untuk menjaga kebersihan vagina tanpa perlu melakukan douching:
- Cuci area luar vagina setiap hari dengan air bersih, usap dari depan ke belakang.
- Hindari penggunaan sabun berpewangi, cairan antiseptik, atau produk pembersih kewanitaan yang tidak jelas keamanannya.
- Gunakan pakaian dalam berbahan katun yang mudah menyerap keringat dan rutin diganti.
- Ganti pakaian dalam setiap kali terasa lembap, basah, atau setelah berolahraga.
- Saat menstruasi, rutin ganti pembalut minimal setiap 4–6 jam.
- Jangan menggunakan produk pembersih vagina tanpa anjuran dokter.
- Konsultasikan ke dokter jika mengalami keputihan yang tidak biasa, bau menyengat, gatal, atau iritasi pada vagina.
Douching adalah prosedur yang sebaiknya dihindari karena lebih banyak menimbulkan risiko daripada memberikan manfaat bagi kesehatan organ intim wanita.
Jagalah kebersihan vagina dengan langkah-langkah sederhana dan aman seperti yang dijelaskan di atas. Jika Anda mengalami keluhan pada organ kewanitaan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan saran medis yang lebih sesuai.
Konsultasi bisa dilakukan kapan dan di mana saja melalui fitur Chat Bersama Dokter di aplikasi ALODOKTER.