Efek jangka panjang setelah operasi usus buntu umumnya jarang terjadi. Namun, kondisi ini tetap penting untuk dipahami oleh setiap pasien, agar bisa lebih waspada sehingga pemulihan yang dijalani optimal.

Kebanyakan orang bisa kembali beraktivitas normal dalam beberapa minggu setelah menjalani operasi usus buntu. Namun, seperti prosedur bedah lain, operasi ini tidak luput dari efek samping, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Efek Jangka Panjang setelah Operasi Usus Buntu, Ini yang Perlu Diketahui - Alodokter

Meski sebagian besar bersifat ringan atau sementara, ada beberapa efek jangka panjang setelah operasi usus buntu yang perlu Anda waspadai. Tujuannya adalah agar kondisi ini bisa cepat dideteksi dan ditangani oleh dokter. 

Beberapa Efek Jangka Panjang setelah Operasi Usus Buntu

Walau sebagian besar orang pulih tanpa masalah serius, beberapa efek jangka panjang setelah operasi usus buntu tetap mungkin terjadi. Berikut efek samping yang bisa muncul:

1. Masalah pencernaan

Setelah operasi usus buntu, sebagian pasien mungkin merasakan perubahan pada pola BAB, seperti sembelit atau diare. Sembelit dapat terjadi karena perubahan pola makan, berkurangnya aktivitas fisik selama masa pemulihan, atau penggunaan obat-obatan tertentu setelah operasi.

Sementara itu, diare muncul karena perubahan pada bakteri baik di saluran pencernaan setelah operasi. Umumnya, keluhan ini bersifat sementara dan akan membaik seiring waktu. 

2. Terbentuknya adhesi (jaringan parut)

Adhesi adalah jaringan parut yang terbentuk di dalam rongga perut akibat proses penyembuhan setelah operasi. Adhesi bisa membuat organ-organ di perut, seperti usus, menempel satu sama lain. Risiko terjadinya adhesi meningkat jika operasi dilakukan dalam keadaan darurat atau infeksi berat, misalnya pada usus buntu pecah.

Terkadang, adhesi menimbulkan keluhan, seperti nyeri perut yang muncul berulang, perut terasa penuh, sulit buang angin, atau sumbatan usus yang menyebabkan muntah dan sulit BAB.

3. Hernia insisi

Hernia insisi terjadi ketika jaringan atau organ dalam perut keluar melalui bagian dinding perut yang lemah, tepatnya di bekas jahitan operasi. Benjolan ini bisa muncul beberapa bulan setelah operasi, dan biasanya terasa saat berdiri, mengejan, atau batuk.

Risiko terjadinya hernia akan meningkat jika luka bekas operasi tidak sembuh sempurna atau pasien terlalu cepat melakukan aktivitas berat. 

4. Infeksi luka operasi

Infeksi luka operasi biasanya muncul pada minggu-minggu pertama, tetapi kadang juga dalam beberapa bulan setelah operasi. Infeksi ini ditandai dengan demam serta kemerahan, bengkak, nyeri, dan keluar cairan atau nanah pada luka operasi. 

Infeksi lebih mudah terjadi jika pasien memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, penyakit kronis seperti diabetes, atau tidak merawat luka operasi dengan baik. Infeksi yang tidak diobati dapat meluas ke jaringan sekitarnya dan menyebabkan abses atau bahkan sepsis.

5. Gangguan keseimbangan mikroba usus

Usus buntu berperan dalam menjaga keseimbangan bakteri baik di saluran cerna. Setelah diangkat, komposisi bakteri di usus mengalami perubahan, yang mana hal ini bisa menyebabkan perut kembung, sering buang angin, atau perubahan pola BAB.

Efek ini umumnya ringan dan sementara, karena sistem pencernaan akan beradaptasi. Mengonsumsi makanan tinggi serat dan makanan yang mengandung probiotik, serta mencukupi asupan cairan harian dapat mempercepat pemulihan.

Faktor yang Meningkatkan Risiko Terjadinya Efek Samping

Tidak semua orang akan mengalami efek samping jangka panjang setelah menjalani operasi usus buntu. Namun, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risikonya, yaitu:

  • Infeksi berat atau peritonitis sebelum operasi
  • Riwayat operasi perut berulang
  • Penyembuhan luka yang kurang baik, misalnya pada penderita diabetes
  • Usia lanjut atau daya tahan tubuh yang lemah

Nah, agar proses pemulihan optimal dan terhindar dari komplikasi jangka panjang, berikut beberapa tips yang dapat dilakukan setelah menjalani operasi usus buntu:

  • Rawat luka dengan tepat sesuai dengan anjuran dokter. 
  • Jangan lewatkan kontrol rutin setelah operasi. 
  • Konsumsi makanan bergizi seimbang serta minum cukup air.
  • Hindari melakukan aktivitas berat atau mengangkat beban selama masa pemulihan.

Selain itu, Anda juga harus segera berkonsultasi ke dokter jika muncul nyeri hebat, bengkak di area bekas luka, demam tinggi, atau perubahan pola buang air besar yang berkelanjutan. Tujuannya agar keluhan tersebut bisa segera ditangani oleh dokter, sehingga menurunkan risiko terjadinya komplikasi. 

Walaupun risiko efek jangka panjang setelah operasi usus buntu sangat kecil, penting untuk tetap waspada terhadap gejala atau perubahan yang tidak biasa. Dengan perawatan yang tepat dan pemantauan rutin, Anda bisa pulih dengan baik dan dapat kembali beraktivitas normal tanpa hambatan yang berarti. 

Jika masih memiliki pertanyaan atau keluhan terkait efek jangka panjang setelah operasi usus buntu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter melalui aplikasi ALODOKTER.