Program vaksinasi COVID-19 di Indonesia sudah mulai dijalankan. Akan tetapi, tidak semua orang bisa mendapatkan vaksin ini. Salah satunya adalah penderita kelainan sistem imun jenis tertentu.

Tujuan penyuntikan vaksin COVID-19 adalah untuk merangsang sistem kekebalan tubuh memproduksi sel imun yang bisa melawan virus Corona bila nanti tubuh terserang virus ini. Jadi, supaya vaksin dapat bekerja efektif, sistem kekebalan tubuh harus bisa memberikan respons terhadap rangsangan vaksin.

Efektivitas dan Keamanan Vaksin COVID-19 untuk Penderita Kelainan Sistem Imun - Alodokter

Pada penderita kelainan sistem imun, sistem kekebalan tubuhnya tidak dapat berfungsi dengan baik. Kondisi ini bisa terjadi karena kerusakan pada sistem imun itu sendiri, adanya penyakit yang melemahkan sistem imun, atau efek pengobatan yang dapat melemahkan sistem imun.

Pemberian Vaksin COVID-19 untuk Penderita Kelainan Sistem Imun

Menurut jenis gangguannya, kelainan sistem imun dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

  • Sistem imun yang menyerang diri sendiri (autoimun)
  • Sistem imun yang melemah (imunodefisiensi)
  • Sistem imun yang terlalu aktif (hipersensitivitas)

Berikut ini adalah batasan pemberian vaksin COVID-19 pada ketiga jenis kelainan sistem imun tersebut:

Penyakit autoimun

Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), jenis penyakit autoimun yang belum bisa menerima vaksin COVID-19 adalah:

Sebenarnya, melihat pengalaman terdahulu, vaksin influenza berisi virus yang dimatikan (sejenis dengan vaksin COVID-19 dari Sinovac) terbukti bisa diterima dan bekerja dengan efektif pada penderita penyakit autoimun.

Namun, perlu diingat bahwa vaksin COVID-19 yang ada sekarang diluncurkan dalam situasi darurat, sehingga belum ada data yang cukup terkait efektivitas dan keamanan vaksin ini pada penderita kelainan sistem imun.

Tubuh penderita autoimun, terutama yang menjalani pengobatan dengan imunosupresan, dikhawatirkan tidak mampu merespons vaksin COVID-19 atau malah justru mengalami respons imun yang tidak diinginkan.

Penyakit imunodefisiensi

Penderita kelainan sistem imun yang melemah (imunodefisiensi) masih bisa mendapatkan vaksin COVID-19 dan manfaatnya. Namun, perlu diketahui bahwa belum diterbitkan data yang spesifik mengenai keamanan vaksin pada kelompok ini.

Ada kemungkinan penderita imunodefisiensi perlu mengulang vaksinasi karena respons imun yang dihasilkan pemberian vaksin terlalu lemah atau tidak cukup.

Oleh karena itu, setiap penderita imunodefisiensi, misalnya orang dengan HIV/AIDS atau penderita kanker yang sedang menjalani kemoterapi, perlu berkonsultasi dulu dengan dokter sebelum menerima vaksin COVID-19.

Penyakit hipersensitivitas

Orang dengan sistem imun yang terlalu aktif, seperti penderita alergi, asma, atau rhinitis, akan memberikan respons imun yang berlebihan terhadap suatu pemicu. Respons imun yang berlebihan ini dapat menimbulkan keluhan yang mengganggu atau bahkan membahayakan nyawa penderitanya.

Orang yang memiliki pernah mengalami reaksi alergi berat setelah diberikan suatu vaksin, misalnya vaksin campak atau tetanus, tidak disarankan untuk menjalani vaksinasi COVID-19.

Namun, penderita alergi yang tidak berhubungan dengan vaksin, misalnya alergi makanan, alergi obat, atau alergi lateks, masih dinilai layak menerima vaksin COVID-19. Begitu juga dengan kelainan sistem imun hiperaktif lainnya, seperti rhinitis alergi dan asma bronkial.

Dari penjelasan di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa penderita autoimun belum boleh mendapatkan vaksin COVID-19, sedangkan penderita imunodefisiensi atau hipersensitivitas masih bisa menjalani vaksinasi, tetapi dengan persetujuan dokter.

Jika Anda masih memiliki pertanyaan terkait vaksin COVID-19, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter. Selain itu, selalu bijak dalam memilih informasi agar tidak termakan isu-isu vaksin COVID-19 yang belum terbukti kebenarannya.

Selagi menunggu giliran vaksin, jangan lupa untuk tetap menerapkan protokol kesehatan agar tidak terinfeksi virus Corona. Sebisa mungkin hindari berkumpul dengan orang banyak, selalu pakai masker, jaga jarak dengan orang lain, serta rajin cuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer.