Gigi ompong adalah kondisi ketika satu atau beberapa gigi copot sehingga meninggalkan celah pada gusi. Masalah ini dapat dialami siapa saja, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Jika tidak segera ditangani, gigi ompong dapat menimbulkan gangguan yang lebih serius, seperti pergeseran gigi hingga infeksi.
Pada anak-anak, kehilangan gigi umumnya terjadi secara alami saat gigi susu tanggal yang kemudian digantikan oleh gigi permanen. Namun, pada orang dewasa, gigi ompong biasanya menandakan adanya infeksi, kerusakan gigi, atau akibat cedera.
Gigi ompong yang dibiarkan tanpa perawatan dapat menyebabkan pergeseran posisi gigi di sekitarnya, bahkan mengganggu pola makan dan cara berbicara. Selain itu, kesehatan mulut yang kurang terjaga juga dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi dan berbagai gangguan kesehatan lain.
Penyebab Gigi Ompong
Ada beberapa kondisi yang bisa menyebabkan gigi ompong, baik pada anak-anak maupun orang dewasa, antara lain:
- Gigi susu yang tanggal seiring pertumbuhan anak
- Kerusakan gigi akibat karies atau infeksi
- Penyakit gusi (periodontitis)
- Cedera atau benturan pada mulut
- Faktor usia
- Kondisi medis tertentu, seperti diabetes, osteoporosis, atau gangguan kekebalan tubuh
Gejala Gigi Ompong
Gigi ompong dapat mudah dikenali. Gejala dan tanda yang umumnya terjadi pada individu dengan gigi ompong meliputi:
- Lubang atau celah di gigi atau gusi
- Kesulitan saat mengunyah makanan keras atau saat berbicara menjadi tidak jelas
- Pergeseran posisi gigi di sekitar area gigi yang ompong
- Nyeri pada gusi, terutama bila masih ada sisa akar gigi atau terjadi infeksi pada gusi
- Bau mulut
Kapan harus berkonsultasi ke dokter
Jika mengalami gigi ompong yang disertai gejala di atas, Anda bisa berkonsultasi lewat Chat Bersama Dokter. Dokter akan memberikan saran atau rujukan ke dokter di rumah sakit terdekat bila diperlukan tindakan lebih lanjut.
Sebaiknya segera temui dokter gigi jika Anda mengalami gejala-gejala berikut:
- Gigi ompong yang membuat susah mengunyah atau bicara
- Gusi bengkak, nyeri, atau keluar nanah di area yang ompong
- Gigi tanggal akibat cedera atau benturan hebat
- Pergeseran posisi gigi di sekitar area yang ompong
- Bau mulut atau sisa makanan yang sering terselip
- Nyeri hebat, infeksi, atau gigi copot akibat benturan keras
Bila gigi ompong disertai keluhan demam tinggi, perdarahan hebat, atau nyeri parah yang tidak tertahankan, segera ke IGD di rumah sakit terdekat.
Diagnosis Gigi Ompong
Untuk mengawali diagnosis, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala dan riwayat kesehatan gigi pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan pada gigi dan mulut.
Dokter juga dapat melakukan Rontgen gigi atau Rontgen panoramic, untuk menilai struktur tulang rahang, serta melihat sisa akar atau gigi yang belum tumbuh. Pada kasus tertentu, tes darah atau pemeriksaan tambahan lain mungkin diperlukan jika ada tanda infeksi sistemik atau penyakit yang meningkatkan risiko terjadinya gigi ompong.
Pengobatan Gigi Ompong
Penanganan gigi ompong akan disesuaikan dengan penyebab, kondisi gigi, dan kesehatan pasien secara keseluruhan. Berikut beberapa pilihan pengobatan yang tersedia untuk gigi ompong:
- Pemasangan gigi tiruan (gigi palsu), yang bisa berbentuk lepasan maupun permanen, seperti jembatan gigi (bridge)
- Implan gigi, yang ditanam di tulang rahang, biasanya dilakukan pada orang dewasa
- Perawatan gusi atau infeksi, misalnya dengan pembersihan akar gigi (scaling), pemberian obat kumur antiseptik, atau antibiotik
- Pemakaian kawat gigi (behel)
Komplikasi Gigi Ompong
Jika tidak segera diobati, gigi ompong dapat menyebabkan berbagai komplikasi berikut:
- Kesulitan mengunyah, yang mengakibatkan makanan tidak tercerna dengan baik sehingga mengganggu sistem pencernaan
- Gigi di sekitar area ompong bisa miring atau bergeser, yang menyebabkan gigitan tidak rata (maloklusi)
- Penurunan kepercayaan diri
- Infeksi gigi
Pencegahan Gigi Ompong
Beberapa langkah berikut dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya gigi ompong:
- Sikat gigi dua kali sehari dengan pasta gigi berfluoride.
- Rutin periksa ke dokter gigi minimal setiap 6 bulan.
- Kurangi konsumsi makanan dan minuman manis serta hindari merokok.
- Gunakan pelindung mulut saat berolahraga atau melakukan aktivitas yang bisa menyebabkan cedera pada mulut.
- Kontrol penyakit kronis, seperti diabetes, agar kesehatan mulut tetap terjaga.