Grey baby syndrome adalah kondisi yang dapat terjadi pada bayi baru lahir, terutama bayi prematur. Kondisi ini ditandai dengan perubahan warna kulit menjadi abu-abu kebiruan, gangguan pernapasan, dan penurunan tekanan darah. Jika tidak segera ditangani, Grey baby syndrome dapat berakibat fatal bagi bayi.
Grey baby syndrome terjadi ketika tubuh bayi belum mampu memecah dan membuang obat tertentu, seperti antibiotik chloramphenicol. Akibatnya, obat menumpuk di dalam tubuh dan menimbulkan gejala berupa perubahan warna kulit menjadi abu-abu kebiruan, gangguan pernapasan, serta penurunan tekanan darah.

Bayi baru lahir, terutama yang terlahir prematur, memiliki fungsi hati dan ginjal yang belum matang sepenuhnya, sehingga lebih rentan mengalami penumpukan obat. Maka dari itu, penggunaan chloramphenicol pada bayi dan anak-anak kini sangat dibatasi.
Namun, tidak semua bayi yang terpapar chloramphenicol akan mengalami grey baby syndrome, tetapi risikonya akan meningkat jika obat diberikan dalam dosis tinggi atau digunakan terlalu lama. Oleh sebab itu, deteksi dini dan penanganan cepat sangat penting agar risiko komplikasi berat dapat ditekan.
Penyebab Grey Baby Syndrome
Penyebab utama grey baby syndrome adalah pemberian obat chloramphenicol kepada bayi, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui ibu yang sedang menyusui dan mengonsumsi obat ini.
Chloramphenicol adalah antibiotik spektrum luas yang digunakan untuk mengobati infeksi berat, seperti meningitis atau tifus, namun penggunaannya pada bayi sudah jarang dilakukan karena risiko efek samping serius.
Tubuh bayi baru lahir, terutama yang lahir prematur, belum memiliki enzim hati yang cukup (enzim glucuronyl transferase) untuk memetabolisme chloramphenicol. Akibatnya, kadar obat meningkat di dalam darah dan mengganggu fungsi sistem peredaran darah dan pernapasan.
Faktor Risiko Grey Baby Syndrome
Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko bayi mengalami grey baby syndrome antara lain:
- Pemberian chloramphenicol pada bayi baru lahir, terutama yang berusia kurang dari 2–4 minggu
- Dosis chloramphenicol yang terlalu tinggi
- Pemberian obat dalam jangka waktu lama
- Bayi prematur dengan fungsi hati dan ginjal yang belum matang
- Ibu menyusui yang sedang menggunakan chloramphenicol
Gejala Grey Baby Syndrome
Gejala grey baby syndrome biasanya muncul dalam waktu 2–9 hari setelah pemberian chloramphenicol. Gejala awal sering kali tidak spesifik, tetapi dapat berkembang cepat menjadi berat.
Tanda dan gejala yang dapat muncul meliputi:
- Warna kulit tampak abu-abu kebiruan (greyish)
- Perut kembung atau membesar
- Muntah atau diare
- Lesu dan rewel
- Tekanan atau pembengkakan pada perut (distensi)
- Napas cepat atau tidak teratur
Kapan harus ke dokter
Segera bawa bayi ke IGD rumah sakit terdekat jika muncul gejala seperti kulit tampak keabu-abuan atau kebiruan, sesak napas, lemas, atau penurunan kesadaran setelah diberikan obat, terutama bila obat tersebut mengandung chloramphenicol.
Jika ibu menyusui sedang menggunakan obat apa pun, termasuk antibiotik, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter melalui fitur Chat Bersama Dokter di ALODOKTER untuk memastikan obat tersebut aman bagi bayi.
Pada dasarnya, chloramphenicol yang diberikan dalam dosis sesuai anjuran umumnya tidak berbahaya. Namun, pemberian dosis berlebihan atau kondisi kesehatan tertentu pada bayi dapat meningkatkan risiko terjadinya grey baby syndrome.
Diagnosis Grey Baby Syndrome
Diagnosis grey baby syndrome dilakukan oleh dokter berdasarkan riwayat penggunaan obat, gejala klinis, serta pemeriksaan fisik.
Jika penyebab gejala belum dapat dipastikan, dokter akan melakukan pemeriksaan tambahan untuk menyingkirkan kemungkinan kondisi lain yang memiliki gejala serupa, seperti sepsis neonatal, kelainan jantung bawaan, atau gangguan metabolik.
Untuk memastikan diagnosis, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan penunjang seperti:
- Tes darah, untuk mengukur kadar chloramphenicol dalam darah, gula darah, serta menilai fungsi hati dan ginjal bayi
- Analisis gas darah, guna mengetahui kadar oksigen dan keseimbangan asam-basa dalam tubuh
- Foto Rontgen dada dan perut, untuk melihat kondisi paru-paru dan organ dalam lainnya
- USG atau CT scan, bila diperlukan untuk menilai fungsi organ tubuh lebih detail
- Elektrokardiogram (EKG), untuk memeriksa aktivitas listrik jantung bayi
Pengobatan Grey Baby Syndrome
Penanganan grey baby syndrome bertujuan untuk mengeluarkan chloramphenicol dari tubuh dan menstabilkan kondisi bayi. Langkah pengobatan yang dapat dilakukan meliputi:
- Menghentikan penggunaan chloramphenicol secepatnya
- Memberikan terapi suportif, seperti bantuan pernapasan, cairan infus, dan penghangatan tubuh
- Pemberian oksigen untuk mengatasi sesak dan meningkatkan kadar oksigen darah
- Transfusi tukar darah (exchange transfusion), untuk mengeluarkan obat berlebih dari tubuh dan menggantinya dengan darah sehat
- Pemasangan alat bantu napas (intubasi), jika bayi mengalami gangguan pernapasan berat
Dengan penanganan cepat dan tepat, kondisi bayi umumnya membaik dalam beberapa hari, dan risiko kerusakan organ dapat dicegah.
Komplikasi Grey Baby Syndrome
Grey baby syndrome yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat bisa menyebabkan berbagai komplikasi berat, seperti:
- Gagal jantung
- Gagal napas
- Kerusakan organ hati dan ginjal permanen
- Kematian
Pencegahan Grey Baby Syndrome
Grey baby syndrome dapat dicegah dengan memastikan penggunaan obat dilakukan secara aman dan sesuai anjuran dokter.
Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:
- Hindari penggunaan chloramphenicol pada bayi, terutama yang berusia di bawah 2 minggu atau lahir prematur
- Gunakan antibiotik hanya sesuai resep dan petunjuk dokter. Pastikan membaca label dan peringatan obat sebelum memberikan obat apa pun pada bayi atau anak
- Konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan chloramphenicol atau antibiotik lainnya, terutama jika Anda sedang hamil atau menyusui
- Pantau kondisi bayi jika ibu atau bayi sedang menjalani terapi antibiotik, dan segera periksakan ke dokter bila muncul gejala mencurigakan
Dengan mengikuti langkah-langkah pencegahan tersebut, diharapkan risiko bayi mengalami Grey Baby Syndrome dapat ditekan seminimal mungkin.