Hipomania adalah peningkatan aktivitas, suasana hati, dan perilaku secara tidak normal. Jika dibandingkan dengan mania, gejala hipomania lebih ringan dan berlangsung lebih singkat.

Penderita hipomania cenderung menunjukkan perilaku ceria, sangat bersemangat, dan hanya membutuhkan sedikit waktu tidur. Namun, kondisi tersebut justru dapat mengganggu penderita dalam menilai atau mengambil keputusan.

Hipomania - Alodokter

Hipomania atau hypomania mungkin terlihat seperti perasaan bahagia yang normal. Meski begitu, kondisi ini bisa menjadi tanda dari gangguan bipolar atau gangguan mental lain. Oleh sebab itu, hipomania perlu didiagnosis.

Pada beberapa kasus, hipomania yang tidak ditangani dapat berkembang menjadi mania atau depresi berat.

Penyebab Hipomania

Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan hipomania. Namun, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko kemunculan hipomania, yaitu:

  • Gangguan pada senyawa kimia otak (neurotransmitter)
  • Kejadian tertentu dalam kehidupan, seperti perceraian atau kematian orang yang dicintai
  • Masalah dalam kehidupan, misalnya mengalami trauma psikologis, pelecehan, masalah finansial, atau kesepian
  • Tingkat stres yang tinggi dan ketidakmampuan dalam mengelolanya
  • Efek samping obat-obatan (seperti antidepresan, antiepilepsi, digoxin, atau obat interferon)
  • Efek samping alkohol dan narkoba
  • Kurang tidur atau perubahan pada pola tidur
  • Gangguan kesehatan mental, seperti siklotimia, gangguan afektif musiman, postpartum psychosis (gejala psikosis setelah melahirkan), atau gangguan skizoafektif (kombinasi skizofrenia dan gangguan mood)
  • Gangguan kesehatan lain, misalnya cedera otak, tumor otak, stroke, lupus, ensefalitis (radang otak), atau demensia

Gejala Hipomania

Pada kebanyakan kasus, penderita tidak menyadari bahwa dirinya mengalami hipomania. Kondisi ini biasanya lebih disadari oleh keluarga atau teman dekat penderita.

Gejala hipomania umumnya sama seperti mania. Namun, intensitas gejalanya lebih ringan. Oleh sebab itu, hipomania tidak sampai mengganggu pekerjaan, sekolah, atau kehidupan sosial penderita.

Gejala hipomania biasanya berlangsung selama beberapa hari atau setidaknya selama 4 hari. Masing-masing penderita hipomania dapat mengalami gejala yang berbeda-beda.

Berikut ini adalah beberapa gejala atau perilaku yang bisa dialami oleh penderita hipomania:

  • Merasa sangat bertenaga dan bersemangat
  • Banyak berbicara dibanding biasanya
  • Melakukan aktivitas yang di luar kebiasaan
  • Mengambil keputusan yang lebih berisiko
  • Merasa senang secara berlebihan
  • Memiliki pemikiran yang bercabang
  • Memiliki rasa percaya diri yang tinggi
  • Melakukan tindakan dan gerakan yang tanpa tujuan
  • Menunjukkan perilaku impulsif, seperti berbelanja dengan gegabah dan berinvestasi secara sembarangan
  • Memiliki hasrat seksual yang tinggi

Setelah fase hipomania mereda, penderita dapat mengalami beberapa kondisi berikut:

  • Malu dan tidak senang bila menyadari perilakunya di fase hipomania
  • Merasa terbebani dengan komitmen dan tanggung jawab yang diembannya
  • Hanya sedikit atau malah sama sekali tidak mengingat dengan jelas apa yang terjadi saat berada dalam fase hipomania
  • Merasa sangat lelah dan perlu banyak tidur
  • Tertekan atau depresi

Kapan harus ke dokter

Hipomania atau hypomania umumnya tidak menyebabkan perubahan yang signifikan pada aktivitas, mood, atau perilaku. Namun, jika Anda menduga mengalami gejala di atas, mintalah bantuan keluarga atau teman untuk mengidentifikasinya, karena mereka mungkin dapat melihat perubahan mood lebih jelas daripada diri Anda sendiri.

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika keluarga atau teman mendeteksi adanya tanda hipomania pada diri Anda. Penanganan yang dilakukan sejak dini dapat mengurangi risiko terjadinya komplikasi akibat hipomania.

Diagnosis Hipomania

Dokter akan mengawali diagnosis dengan melakukan sesi tanya jawab mengenai riwayat kesehatan pasien dan keluarganya, serta obat dan suplemen yang sedang dikonsumsi pasien.

Setelah itu, pasien akan menjalani pemeriksaan fisik dan tes darah. Tes tersebut dapat membantu dokter membedakan gejala hipomania dengan kondisi lain, seperti hipertiroidisme.

Jika pasien terkonfirmasi menderita hipomania, dokter akan merujuk pasien ke psikiater. Selanjutnya, psikiater akan melakukan pemeriksaan kejiwaan untuk mendiagnosis hipomania.

Pengobatan Hipomania

Hipomania dapat diatasi dengan psikoterapi, pemberian obat-obatan (antipsikotik dan mood stabilizers), serta perubahan gaya hidup. Berikut adalah penjelasannya:

Psikoterapi

Psikoterapi bertujuan untuk membantu pasien mengidentifikasi gejala dan pemicu hipomania, serta mempelajari cara untuk mengatasi atau meredakan efek akibat kondisi ini.

Obat-obatan

Jenis obat-obatan yang dapat diresepkan oleh dokter untuk menangani hipomania adalah obat antipsikotik, seperti:

Selain obat di atas, dokter juga dapat meresepkan obat yang dapat menstabilkan mood, seperti lithium, valproate, atau carbamazepine.

Perubahan gaya hidup

Pada hipomania yang tergolong ringan, dokter akan menyarankan pasien untuk fokus mengubah gaya hidup, misalnya dengan:

  • Menerapkan pola tidur yang teratur dengan waktu yang cukup (6–9 jam)
  • Menghindari faktor pemicu, seperti lingkungan yang bising dan ramai, atau konsumsi kopi, teh, soda, dan gula
  • Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang
  • Berolahraga rutin minimal 30 menit setiap hari
  • Menghindari konsumsi minuman beralkohol dan penggunaan obat-obatan terlarang
  • Menerapkan kebiasaan yang membuat Anda rileks, seperti yoga, meditasi, atau mendengarkan musik
  • Mengonsumsi obat sesuai aturan pakai dan anjuran dari dokter

Selain langkah-langkah di atas, pasien juga dapat bergabung dengan kelompok penderita hipomania (support system group). Tujuannya adalah agar pasien bisa saling memberi dukungan dan berbagi pengalaman dengan penderita hipomania yang lain.

Komplikasi Hipomania

Hipomania umumnya dapat mereda seiring berjalannya waktu. Namun, pada beberapa kasus, hipomania yang tidak ditangani dengan tepat bisa berkembang menjadi mania dan menimbulkan gejala psikosis, seperti:

Mania dapat bertahan sampai beberapa minggu atau bulan. Hal tersebut bisa membuat penderitanya kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pada beberapa kasus, penderita mania bahkan harus menjalani rawat inap.

Pencegahan Hipomania

Hipomania tidak selalu dapat dicegah. Namun, Anda dapat melakukan langkah-langkah di bawah ini untuk mengelola gejalanya dan mencegahnya menjadi lebih buruk:

  • Menulis segala aktivitas, suasana hati, dan perilaku setiap hari di buku harian, untuk membantu Anda mengetahui seberapa besar perubahan yang Anda alami
  • Melakukan perubahan gaya hidup, seperti yang telah dijelaskan di atas
  • Mempertahankan support system group Anda
  • Mengonsumsi obat sesuai resep dan berkonsultasi ke dokter secara berkala