Hormon eritropoietin atau EPO adalah hormon yang berfungsi untuk mengatur produksi sel darah merah di sumsum tulang. Kekurangan atau kelebihan hormon ini dapat menyebabkan beberapa penyakit yang berbahaya.

Sel darah merah dan hormon eritropoietin adalah dua komponen tubuh yang saling berkaitan. Hormon ini diproduksi oleh ginjal untuk dibawa menuju sumsum tulang ketika jumlah sel darah merah di dalam darah berkurang. Saat sumsum tulang menerima hormon ini, produksi sel darah merah akan bertambah.

Hormon Eritropoietin, Pengatur Jumlah Sel Darah Merah - Alodokter

Setelah kadar oksigen dan sel darah merah kembali normal, ginjal akan berhenti menghasilkan hormon EPO. Oleh karena itu, jumlah sel darah merah akan bermasalah jika tubuh tidak bisa menghasilkan hormon eritropoietin atau justru terlalu banyak menghasilkannya.

Kadar Hormon Eritropoietin Terlalu Rendah

Produksi eritropoietin bisa berkurang atau bahkan tidak dihasilkan sama sekali ketika ginjal mengalami gangguan, misalnya akibat gagal ginjal kronis. Akibatnya, jumlah sel darah merah akan berkurang hingga menyebabkan anemia.

Pada penderita anemia dengan gangguan ginjal berat, kadar eritropoietin dapat ditingkatkan melalui pemberian suntikan eritropoietin buatan. Hal ini dilakukan untuk merangsang sumsum tulang agar dapat memproduksi sel darah merah dalam jumlah yang cukup.

Meski demikian, penggunaan suntikan hormon eritropoietin ini dapat menimbulkan beberapa efek samping, yaitu:

  • Nyeri dada.
  • Demam.
  • Sakit kepala.
  • Peningkatan tekanan darah.
  • Perdarahan.
  • Pembekuan darah.
  • Pembengkakan di beberapa bagian tubuh, seperti wajah, jari, pergelangan kaki, atau telapak kaki.

Oleh karena itu, penggunaan suntikan eritropoietin harus selalu dilakukan di bawah pengawasan dokter.

Perlu diingat, tidak semua jenis anemia membutuhkan suntikan eritropoietin buatan, misalnya anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia akibat kekurangan zat besi bisa diobati dengan mengonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi atau menggunakan suplemen zat besi tambahan.

Kadar Hormon Eritropoietin Terlalu Tinggi

Tingginya hormon eritropoietin bisa disebabkan oleh beberapa penyakit, seperti tumor, anemia sel sabit, dan kelainan sumsum tulang . Selain penyakit, hormon eritropoietin tinggi juga bisa terjadi akibat penyalahgunaan obat eritropoietin, misalnya untuk meningkatkan performa pada atlet.

Eritropoietin yang tinggi dapat menyebabkan jumlah sel darah merah menjadi terlalu banyak dan menimbulkan penyakit polisitemia. Namun, pada kasus tertentu, polisitemia bisa juga terjadi meski kadar eritropoietin normal atau justru rendah.

Polisitemia sering kali tidak menimbulkan gejala. Namun, bila ada, gejalanya bisa berupa:

  • Tubuh terasa lemas
  • Pusing atau sakit kepala
  • Penglihatan kabur
  • Wajah tampak kemerahan
  • Sering mimisan
  • Keringat berlebih dan gatal-gatal
  • Sesak napas
  • Kesemutan
  • Nyeri dan pembengkakan pada sendi

Jika tidak diobati, polisitemia dapat menimbulkan komplikasi berupa peningkatan risiko perdarahan, misalnya perdarahan pada saluran cerna dan gusi, serta terjadinya pembekuan darah yang dapat menyebabkan emboli dan stroke.

Untuk menangani polisitemia, dokter dapat memberikan beberapa penanganan, seperti:

  • Meresepkan obat aspirin dalam dosis rendah untuk mengurangi risiko penggumpalan darah
  • Melakukan tindakan phlebotomy, yaitu prosedur untuk mengeluarkan darah melalui pembuluh darah
  • Meresepkan obat-obatan untuk menurunkan produksi sel darah merah, seperti hydroxyurea dan interferon
  • Menyarankan pasien untuk rutin donor darah

Kadar hormon eritropoietin memengaruhi jumlah sel darah merah di dalam tubuh. Jika kadar eritropoietin terlalu rendah, dapat terjadi anemia; sedangkan jika kadarnya terlalu tinggi, dapat terjadi polisitemia. Kedua kondisi ini bisa menimbulkan beragam komplikasi bila tidak segera ditangani.

Oleh karena itu, segeralah konsultasikan dengan dokter jika Anda mengalami gejala anemia atau polisitemia. Demikian juga bila Anda menderita penyakit yang bisa memengaruhi hormon eritropoietin, lakukan pemeriksaan ke dokter secara rutin untuk mengantisipasi terjadinya gangguan pada hormon ini.