Kencing tidak tuntas merupakan kondisi ketika seseorang merasa ingin kencing lagi padahal ia baru saja buang air kecil. Hal ini karena masih ada urine yang tersisa di dalam kandung kemih. Kencing belum tuntas bisa disebabkan oleh berbagai hal dan perlu diobati sesuai penyebabnya.

Kencing tidak tuntas umumnya terjadi ketika proses pengosongan urine di dalam kandung kemih tidak selesai atau tidak tuntas saat buang air kecil.

Ini Penyebab Kencing Tidak Tuntas - Alodokter

Saat mengalami kencing tidak tuntas, Anda mungkin akan merasakan beberapa gejala lain, seperti rasa nyeri saat berkemih, merasa ingin pipis terus-terusan, sering kencing, dan aliran urine yang keluar lemah.

Beberapa Kondisi yang Menyebabkan Kencing Tidak Tuntas

Kencing tidak tuntas bisa menandakan adanya masalah kesehatan, bukan hanya gangguan di saluran kemih. Berikut ini adalah beberapa penyakit atau kondisi yang dapat menyebabkan kencing tidak tuntas:

1. Infeksi saluran kemih

Kencing tidak tuntas sering kali terjadi akibat infeksi, seperti infeksi saluran kemih atau infeksi prostat. Selain itu, infeksi menular seksual, seperti gonore atau kencing nanah, juga bisa menimbulkan keluhan berupa kencing tidak tuntas atau terasa perih.

2. Benign prostatic hyperplasia (BPH)

BPH atau pembesaran kelenjar prostat jinak merupakan salah satu gangguan pada prostat yang banyak terjadi pada pria usia lanjut.

Terjadinya keluhan kencing tidak tuntas akibat BPH disebabkan oleh pembesaran pada prostat, sehingga menekan saluran kemih. Hal ini kemudian membuat aliran urine yang keluar menjadi kurang lancar.

Selain karena BPH, pembesaran prostat akibat infeksi atau kanker prostat juga bisa menyebabkan keluhan kencing tidak tuntas.

3. Kerusakan saraf

Proses berkemih diatur oleh saraf di otak dan sistem saluran kemih. Ketika terjadi kerusakan atau gangguan pada saraf yang mengatur proses buang air kecil, kondisi ini dapat menimbulkan keluhan kencing tidak tuntas.

Ada beberapa contoh penyakit atau gangguan pada saraf yang bisa menyebabkan keluhan kencing tidak tuntas, antara lain stroke, diabetes, dan cedera saraf tulang belakang.

4. Gangguan kandung kemih

Permasalahan pada kandung kemih, seperti melemahnya otot kandung kemih, retensi urine, hingga tumor atau kanker yang letaknya menghalangi saluran kemih dapat menyebabkan keluhan kencing tidak tuntas dan gangguan pengosongan urine di kandung kemih.

5. Masalah psikologis

Salah satu masalah psikologis yang menyebabkan kencing tidak tuntas adalah parauresis atau sulit buang air kecil karena malu buang air kecil di tempat umum. Selain sulit buang air kecil, kondisi ini membuat penderitanya merasa tidak tuntas saat ia buang air kecil di keramaian, misalnya di toilet umum.

6. Efek samping obat-obatan

Keluhan kencing tidak tuntas terkadang bisa disebabkan oleh efek samping obat-obatan, misalnya obat alergi, obat pilek, antidepresan, dan obat penghambat alfa. Keluhan ini juga bisa disebabkan oleh efek samping obat bius dan obat penenang.

Karena penyebabnya ada banyak, keluhan kencing tidak tuntas merupakan kondisi yang perlu diperiksa oleh dokter. Anda juga perlu berkonsultasi dengan dokter urologi jika keluhan kencing tidak tuntas yang Anda rasakan muncul beserta gejala lain, seperti demam, nyeri punggung bagian bawah, dan kencing berdarah atau bernanah.

Untuk menentukan penyebab kencing tidak tuntas yang Anda rasakan, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, seperti tes urine, tes darah, biopsi prostat, serta pemeriksaan radiologis seperti USG, foto Rontgen, dan pielografi.

Setelah dokter menentukan diagnosis dan mengetahui penyebab keluhan kencing tidak tuntas yang Anda rasakan, dokter dapat menangani kondisi tersebut dengan meresepkan obat-obatan, menyarankan Anda untuk melatih otot kandung kemih dengan senam Kegel, memasang kateter urine, hingga operasi.

Agar keluhan tersebut tidak terjadi kembali, hindari kebiasaan menahan kencing dan jangan terburu-buru saat buang air kecil. Jika keluhan kencing tidak tuntas yang Anda alami tidak kunjung membaik, jangan segan untuk berkonsultasi dengan dokter urologi untuk mendapatkan penanganan yang tepat.