Hamil lagi tak lama setelah melahirkan atau dikenal sebagai ‘kesundulan’ sebenarnya bukan hal baru. Beberapa ibu bahkan bisa hamil dan melahirkan kembali dengan jeda kurang dari setahun. Namun, kapan ya sebenarnya waktu yang tepat untuk hamil kembali setelah melahirkan? 

Di masyarakat sering ada anggapan jika setelah melahirkan, terlebih jika menyusui secara eksklusif, wanita akan membutuhkan waktu lebih lama untuk hamil lagi. Anggapan ini tidak salah, karena menyusui secara eksklusif merupakan salah satu metode pencegahan kehamilan yang sifatnya alami.

Kapan Bunda Bisa Hamil Lagi Setelah Melahirkan? - Alodokter

Kehamilan setelah Melahirkan Bisa Terjadi Tanpa Haid

Setelah melahirkan, Bunda mungkin berpikir tanda kesuburan adalah ketika kembali menstruasi, sehingga selama belum menstruasi maka tidak akan hamil lagi.

Padahal setelah masa nifas, jika tidak menggunakan alat kontrasepsi apa pun, termasuk tidak menyusui secara eksklusif, wanita yang aktif berhubungan seksual akan memiliki kemungkinan untuk hamil kembali.

Hal ini berhubungan dengan siklus ovulasi. Ovulasi biasanya terjadi 2 minggu sebelum menstruasi, sehingga walaupun belum menstruasi, Bunda bisa saja sudah memasuki masa subur dan siap untuk hamil kembali.

Mengapa Menyusui Dapat Menunda Kehamilan?

Menyusui bayi secara eksklusif memang bisa dijadikan salah satu cara untuk mencegah kehamilan. Ini karena, saat menyusui, tubuh Bunda akan menghasilkan hormon yang bisa menunda kehamilan.

Selain itu, beberapa faktor lainnya yang terjadi selama proses menyusui, seperti stres, sakit, kelelahan, serta frekuensi dan durasi menyusui yang lama, juga bisa menjadi faktor mengapa menyusui dapat memperkecil kemungkinan hamil.

Kendati demikian, Bunda tetap tidak disarankan jika hanya mengandalkan proses menyusui sebagai alat pencegah kehamilan ya, terutama 9 minggu setelah melahirkan, karena kembali lagi, kehamilan tetap bisa terjadi jika Bunda tidak menggunakan alat kontrasepsi apa pun.

Jeda Waktu Terbaik untuk Hamil Lagi Setelah Melahirkan

Jeda waktu antar kehamilan yang disarankan adalah 18–24 bulan. Jeda waktu ini dibutuhkan untuk memulihkan tubuh Bunda setelah melahirkan, sehingga bisa meminimalkan risiko terjadinya masalah pada kehamilan berikutnya.

Jika jeda kehamilan terlalu singkat, yakni kurang dari 6 bulan, risiko terjadinya sejumlah kondisi berikut ini akan meningkat:

  • Ketuban pecah dini
  • Plasenta terlepas dari dinding rahim (solusio plasenta)
  • Bayi lahir prematur
  • Berat badan bayi rendah
  • Bayi menderita cacat bawaan

Sedangkan jeda kehamilan yang terlalu lama, yaitu lebih dari 5 tahun, atau jika kembali hamil di usia lebih dari 35 tahun,  risiko terjadinya tekanan darah tinggi dan preeklampsia pada kehamilan berikutnya akan lebih besar.

Sementara dari sisi anak, jeda antar kehamilan akan memengaruhi kondisi psikologisnya. Jarak usia antar anak yang terlalu dekat kurang dianjurkan karena setiap anak memerlukan perhatian yang cukup selama tahun-tahun pertamanya. Selain itu, bila umurnya terlalu dekat, kakak dan adik juga cenderung lebih sering bertengkar.

Perbedaan usia yang terlalu jauh pun kurang disarankan. Pasalnya, hal ini dapat membuat hubungan antar anak renggang atau tidak dekat. Bahkan, Si Kakak mungkin saja cemburu dan benci kepada Si Adik, karena merasa posisinya dirampas.

Hamil lagi setelah melahirkan dapat terjadi setelah masa nifas usai dan ketika masih menyusui. Maka dari itu, penting untuk melakukan pemeriksaan rutin ke dokter setelah melahirkan. Bila Bunda tidak ingin segera hamil, jangan lupa untuk menggunakan alat kontrasepsi yang sesuai dengan rekomendasi dokter.