Kepala bayi tertinggal di rahim ibu merupakan situasi yang sangat berat dan dapat membawa duka mendalam bagi keluarga yang mengalaminya. Meskipun kondisi ini sangat jarang, pemahaman mengenai penyebab, risiko, dan langkah pencegahan tetap penting agar proses persalinan dapat berlangsung dengan lebih aman.
Kabar tentang kepala bayi yang tertinggal di rahim bisa menimbulkan kecemasan, terutama di kalangan calon orang tua yang sedang menanti kelahiran anak. Kejadian yang juga dikenal dengan istilah head entrapment ini merupakan komplikasi langka yang dapat terjadi dalam proses persalinan, terutama persalinan pervaginam atau melahirkan normal.

Penyebab Kepala Bayi Tertinggal di Rahim Ibu
Kepala bayi yang tertinggal di rahim dapat terjadi ketika bayi sudah meninggal di dalam kandungan atau saat persalinan sungsang yang menghadapi hambatan. Berikut penjelasan terkait kedua kondisi tersebut:
Bayi sudah meninggal di dalam kandungan
Pada kasus stillbirth atau bayi meninggal sebelum proses persalinan, struktur jaringan tubuh menjadi lebih rapuh dan mudah terpisah. Akibatnya, selama persalinan berlangsung, bagian tubuh bayi, termasuk kepala, dapat lebih mudah terlepas dan tertahan di dalam rahim.
Kejadian seperti ini memang sangat memilukan secara emosional, tetapi pemahaman yang baik mengenai kondisi stillbirth dapat membantu dalam proses penatalaksanaan medis guna menjaga kesehatan ibu.
Persalinan sungsang dengan hambatan
Pada persalinan normal dengan posisi sungsang, bokong atau kaki bayi keluar lebih dulu, sementara kepala tertahan di dalam rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan kepala bayi tersangkut di jalan lahir, sehingga memerlukan penanganan medis segera untuk mencegah bayi kekurangan oksigen maupun komplikasi lainnya.
Adapun, hambatan di jalan lahir atau kondisi yang menyebabkan ruang lahir menjadi sempit dapat meningkatkan risiko komplikasi ini. Beberapa faktor yang dapat memperburuk risiko kepala bayi tertinggal pada persalinan sungsang, antara lain:
- Ibu lelah mengejan
- Berat badan bayi lebih dari 3 kg
- Panggul ibu berukuran kecil atau sempit
- Posisi tali pusar melilit tubuh bayi
- Bayi lahir prematur sehingga kepala dan tubuh berbeda proporsinya
- Persalinan terjadi sebelum pembukaan leher rahim sempurna
- Terjadi gangguan pada bahu bayi saat lahir (distosia bahu)
- Obesitas pada ibu hamil sehingga ruang lahir menjadi terbatas
Pencegahan dan Penanganan Kepala Bayi Tertinggal di Rahim Ibu
Jadi, kondisi kepala bayi tertinggal di rahim ibu dapat terjadi baik pada bayi yang telah meninggal sebelum persalinan maupun pada kasus persalinan sungsang dengan penyulit. Situasi ini perlu penanganan medis yang cepat untuk mengeluarkan bayi sembari menjaga keselamatan ibu, dengan mencegah terjadinya komplikasi serius, seperti infeksi atau perdarahan.
Oleh sebab itulah, pada kehamilan yang berisiko berujung pada kepala bayi tertinggal di rahim ibu, persalinan sebaiknya dilakukan di rumah sakit yang memiliki sumber daya lengkap. Dengan begitu, upaya penanganan darurat seperti operasi caesar dapat dilakukan dengan segera jika diperlukan.
Kepala bayi yang tertinggal di rahim merupakan kejadian yang sangat jarang, terutama pada bayi yang masih hidup. Apalagi, kemajuan teknologi kesehatan, keahlian tenaga medis, serta protokol persalinan di rumah sakit juga telah disempurnakan sedemikian rupa untuk membantu menekan risiko terjadinya komplikasi ini hingga seminimal mungkin.
Kekhawatiran memang dapat muncul ketika mendengar kepala bayi tertinggal di rahim ibu. Namun, perlu diingat bahwa sebagian besar persalinan bisa saja berlangsung tanpa masalah serupa, terutama bila kehamilan dipantau secara rutin. Karena itu, ibu hamil dianjurkan untuk rutin memeriksakan kehamilan serta tidak ragu untuk berdiskusi dengan dokter, salah satunya lewat chat, bila ada keluhan.