Transgender masih mendapatkan stigma negatif di masyarakat. Padahal, transgender bukanlah suatu gangguan mental seperti anggapan kebanyakan orang. Meski demikian, ada risiko kesehatan yang harus dihadapi oleh seorang transgender.

Gender merujuk pada refleksi manusia terhadap dirinya sendiri dan terbentuk dari peran sosial, aktivitas, tingkah laku, serta lingkungan. Transgender adalah orang-orang yang merasa bahwa identitas gendernya tidak sesuai dengan jenis kelaminnya saat lahir.

Mengenal Transgender dan Risiko Penyakit yang Menyertai - Alodokter

Misalnya, seorang wanita transgender adalah seorang yang terlahir berjenis kelamin laki-laki, tetapi orang tersebut merasa bahwa dirinya adalah seorang wanita. Begitu pula sebaliknya.

Sekilas tentang Transgender

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa transgender tidak tergolong sebagai gangguan mental. Meski demikian, seorang transgender berisiko tinggi mengalami gangguan mental akibat konflik dalam dirinya sendiri dan tekanan sosial.

Hal ini karena seorang transgender sering kali menyembunyikan identitasnya dari lingkungan sosial selama bertahun-tahun karena takut tidak diterima oleh masyarakat dan tidak ada yang memahami kondisi mereka.

Seiring waktu, hal tersebut sering kali membuat seorang transgender merasa tertekan, depresi, tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari, dan bahkan menjalin interaksi dengan orang lain.

Jika hal itu terjadi, para transgender dapat berkonsultasi dengan psikiater atau psikolog untuk memperbaiki kesehatan mental dan mengevaluasi kondisinya lebih lanjut. Pada beberapa kasus, transisi gender menjadi salah satu solusi.

Prosedur Menjalani Transisi Gender

Sebagian individu transgender menjalani perubahan fisik dengan cara yang dirasa sesuai dengan identitas mereka. Prosedur menjalani transisi gender yang umumnya dilakukan, meliputi:

Terapi penggantian hormon

Terapi penggantian hormon pada transgender pria atau transpria berfungsi untuk merangsang pertumbuhan kumis dan ciri fisik maskulin lain, seperti warna kulit, rambut, suara, hingga distribusi lemak.

Sementara itu, transgender wanita atau transpuan melakukan terapi penggantian hormon yang bertujuan untuk membentuk payudara, mengurangi bentuk otot, menambah lemak di pinggul, hingga mengubah suara.

Operasi

Transgender yang menjalani operasi umumnya menginginkan perubahan bentuk fisik secara permanen sesuai identitasnya. Transpuan yang menjalani operasi bertujuan untuk mengubah suara, wajah, kulit, pinggul, payudara, bokong, hingga pengangkatan penis dan testis.

Sementara itu, operasi bagi transpria bertujuan untuk mengubah tampilan dada dan organ kelamin serta mengangkat rahim (histerektomi), tuba falopi, dan ovarium.

Seorang transgender biasanya juga melakukan perubahan dalam cara berpakaian atau berperilaku dan mengubah nama. Namun, seseorang juga dapat mengidentifikasi dirinya sebagai transgender tanpa melakukan perubahan tersebut.

Risiko Menjalani Prosedur Transisi Gender

Transgender yang menjalani prosedur terapi hormon, suntik silikon, maupun operasi berisiko mengalami beberapa gangguan kesehatan. Berikut ini adalah gangguan kesehatan yang perlu diwaspadai setelah melakukan transisi gender:

  • Infertilitas
  • Pengeroposan tulang
  • Tekanan darah tinggi
  • Perubahan metabolisme tubuh
  • Kenaikan berat badan yang berlebihan
  • Pembekuan darah atau emboli 

Menjalani operasi ganti kelamin maupun bentuk tubuh lainnya adalah suatu keputusan besar dan memerlukan pertimbangan yang matang. Selain itu, ada berbagai risiko kesehatan maupun kehidupan sosial setelah menjalani operasi.

Menyadari Konsekuensi Penyakit Terkait Transgender

Transgender juga berisiko mengalami gangguan kesehatan organ reproduksi dan terkena penyakit menular seksual, seperti HIV, sifilis, dan gonore. Oleh karena itu, penting bagi transgender yang aktif secara seksual untuk selalu menggunakan kondom saat berhubungan intim.

Selain itu, ada pula faktor-faktor yang menyebabkan transgender berisiko mengalami gangguan kesehatan, antara lain:

  • Stereotip dan diskriminasi terkait transgender, sehingga mereka tidak nyaman memeriksakan kesehatan.
  • Terbatasnya akses layanan kesehatan khusus untuk transgender.
  • Pusat layanan kesehatan mental maupun fisik tidak memadai untuk menangani transgender.

Deteksi dini sangat diperlukan untuk mengetahui penyakit yang dapat dialami transgender. Pemeriksaan rutin penting dilakukan setiap transgender dengan memeriksa kesehatan rahim, leher rahim, payudara, atau kelenjar prostat.

Transgender merupakan bagian dari keragaman gender dan masih terus menjadi perbincangan di masyarakat. Namun, hal terpenting yang bisa kita lakukan adalah menghormati identitas gender setiap orang. Pemahaman mengenai gender juga perlu diberikan kepada anak-anak dan remaja sesuai usianya.

Jika Anda mengalami kesulitan untuk mengekspresikan atau menerima identitas gender Anda, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater. Dengan begitu, Anda bisa mendapatkan saran atau terapi yang aman.