Pernahkah Anda mendengar sindrom Potter? Ini merupakan kondisi langka yang menimpa janin, di mana janin mengalami kecacatan atau kelainan fisik akibat air ketuban yang terlalu sedikit.

Air ketuban memegang peranan penting untuk melindungi dan mendukung tumbuh kembang janin dalam kandungan. Jumlah cairan ketuban dipengaruhi oleh jumlah urine yang dihasilkan janin.

Mengenal Sindrom Potter, Kelainan Fisik pada Bayi Akibat Kekurangan Air Ketuban - Alodokter

Ketika ginjal dan saluran kemih janin mengalami gangguan, produksi urine janin akan menurun dan jumlah cairan ketuban pun jadi berkurang.

Bila air ketuban terlalu sedikit, janin tidak mempunyai bantalan di dalam rahim. Akibatnya, janin akan mendapat tekanan langsung dari dinding rahim, sehingga wajah dan tubuhnya mengalami kelainan. Kondisi inilah yang dinamakan sindrom Potter.

Penyebab Sindrom Potter

Penyebab utama sindrom Potter adalah kelainan pada ginjal dan saluran kemih janin, sehingga produksi urine janin dan volume air ketuban sangat sedikit. Kelainan ini paling sering disebabkan oleh tidak terbentuknya ginjal dengan sempuna akibat kelainan kromosom pada janin.

Sindrom Potter juga dapat terjadi akibat gangguan pembentukan ginjal, penyakit ginjal polikistik, atau sumbatan pada saluran kemih.

Walaupun jarang, sindrom Potter bisa saja disebabkan oleh ketuban pecah dini jika pecahnya ketuban dan kebocoran air ketuban terjadi sejak awal kehamilan dan tidak terdeteksi untuk waktu yang lama.

Apa yang Terjadi bila Janin Mengalami Sindrom Potter?

Bayi yang terlahir dengan sindrom Potter biasanya akan mengalami kelainan fisik. Kelianan ini bisa berupa:

  • Jarak mata lebih lebar.
  • Posisi telinga lebih rendah.
  • Dagu lebih kecil.
  • Adanya lipatan kulit yang menutupi sudut mata.
  • Pangkal hidung yang lebih lebar.

Bayi dengan sindrom Potter juga bisa mengalami kesulitan bernapas karena paru-parunya tidak berkembang dengan sempurna selama dalam kandungan akibat jumlah cairan ketuban yang terlalu sedikit. Hal ini karena cairan ketuban memang dibutuhkan untuk perkembangan dan pematangan paru-paru janin.

Bagaimana Mendiagnosis Sindrom Potter?

Sindrom Potter biasanya sudah mulai terdiagnosis pada masa kehamilan melalui pemeriksaan USG (ultrasonography). Namun, tak jarang pula kondisi ini baru bisa diketahui setelah bayi dilahirkan.

Tanda-tanda sindrom Potter yang dapat terlihat saat USG adalah volume cairan ketuban sedikit, kelainan ginjal dan paru, serta kelainan pada wajah janin.

Jika menemukan adanya tanda-tanda tersebut pada janin, dokter biasanya akan melakukan tes lanjutan, seperti tes darah, foto Rontgen atau CT scan, dan tes genetik, untuk menentukan penyebabnya dan menilai seberapa parah kelainan yang dialami janin.

Pengobatan untuk Sindrom Potter

Pengobatan untuk sindrom Potter akan disesuaikan dengan penyebabnya. Beberapa pilihan pengobatan yang umum diberikan dokter kepada bayi yang lahir dengan sindrom Potter adalah:

1. Penggunaan alat bantu napas

Bayi dengan sindrom Potter mungkin memerlukan resusitasi saat lahir untuk membantunya bernapas. Selain itu, bayi juga mungkin memerlukan alat bantu pernapasan, sehingga perlu dirawat di ruang NICU.

2. Pemasangan selang makan

Tak jarang bayi yang lahir dengan sindrom Potter juga membutuhkan pemberian susu lewat selang makan. Hal ini dikarenakan keterbatasannya dalam menyusu.

3. Cuci darah

Bayi dengan sindrom Potter juga sering kali memerlukan tindakan cuci darah (hemodialisis) secara berkala, karena ginjalnya tidak dapat berfungsi dengan baik. Prosedur cuci darah ini akan terus dilakukan sampai ada pengobatan lain yang tersedia, misalnya transplantasi ginjal.

Sindrom Potter merupakan kondisi yang jarang terjadi. Meski begitu, bukan berarti Anda tidak perlu mewaspadainya. Lakukanlah konsultasi secara rutin ke dokter kandungan agar kondisi kesehatan Anda dan janin dapat selalu terpantau.