Cuci darah atau hemodialisa adalah prosedur untuk membuang racun dari dalam tubuh akibat ginjal yang telah rusak. Prosedur yang menggunakan mesin khusus ini dilakukan pada pasien yang mengalami gagal ginjal, baik akut maupun kronis.

Ginjal adalah sepasang organ yang terletak di area punggung bagian bawah. Ginjal memiliki fungsi yang beragam, seperti menyaring zat sisa metabolisme dan racun di dalam tubuh lalu membuangnya, mengatur keseimbangan cairan di dalam tubuh, melepaskan hormon, dan mengendalikan produksi sel darah merah.

Cuci Darah, Ini yang Harus Anda Ketahui - Alodokter

Ginjal yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik. Akibatnya, racun akan menumpuk di dalam tubuh sehingga menimbulkan banyak gangguan kesehatan. Untuk mengganti fungsi ginjal dalam membuang racun, diperlukan prosedur yang menggunakan mesin khusus, salah satu prosedur tersebut adalah cuci darah atau hemodialisa.

Tujuan dan Indikasi Cuci Darah

Seperti yang telah disebutkan di atas, hemodialisa atau hemodialisis bertujuan untuk menyaring racun dan zat sisa metabolisme tubuh yang seharusnya dibuang oleh ginjal. Fungsi ginjal ini bisa terganggu akibat gagal ginjal, baik gagal ginjal kronis maupun gagal ginjal akut.

Gagal ginjal kronis umumnya disebabkan oleh beberapa kondisi berikut: 

Sementara itu, gagal ginjal akut dapat terjadi akibat perdarahan hebat, serangan jantung, infeksi parah, keracunan, atau dehidrasi berat.

Secara umum, gagal ginjal dapat dikenali dari keluhan berikut: 

  • Gejala uremia, seperti gatal-gatal, mual, muntah, tidak nafsu makan, dan lelah 
  • Kadar asam dalam darah sangat tinggi (asidosis
  • Pembengkakan di bagian-bagian tubuh akibat ginjal tidak dapat membuang kelebihan cairan 
  • Kadar kalium dalam darah yang tinggi (hiperkalemia)

Cuci darah merupakan salah satu dari 3 terapi pengganti fungsi ginjal, selain continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) atau cuci darah lewat perut dan transplantasi ginjal. Penderita gagal ginjal kronis akan diberikan 3 pilihan terapi pengganti fungsi ginjal tersebut.

Beberapa pasien yang memenuhi syarat untuk transplantasi ginjal dapat menjalani prosedur hemodialisa sebagai pengobatan sementara sampai mendapatkan donor ginjal. Setelah mendapatkan donor ginjal, pasien dapat menjalani transplantasi atau cangkok ginjal dan tidak perlu untuk menjalani prosedur hemodialisa kembali. 

Peringatan dan Larangan Cuci Darah

Cuci darah atau hemodialisis dapat dihentikan apabila ginjal tidak lagi rusak dan bisa berfungsi dengan normal. Akan tetapi, kerusakan akibat gagal ginjal kronis jarang bisa disembuhkan sepenuhnya sehingga penderitanya perlu menjalani cuci darah dalam jangka panjang, bahkan seumur hidupnya.

Selama menjalani hemodialisa, pasien dianjurkan untuk mengonsumsi cukup protein, serta membatasi asupan kalium, fosfor, dan garam (natrium), termasuk natrium yang terkandung di dalam makanan kemasan, jus, dan minuman energi. Hal ini karena terlalu banyak mineral dalam darah bisa menyebabkan masalah kesehatan lainnya.

Selain membatasi asupan mineral, penderita gagal ginjal yang menjalani cuci darah rutin juga dianjurkan untuk membatasi asupan cairan. Hal ini karena ginjal sudah tidak lagi mampu menjaga keseimbangan cairan tubuh dengan baik sehingga cairan dapat menumpuk di jantung dan paru-paru.

Pasien juga harus menginformasikan kepada dokter mengenai penyakit lain yang mungkin diderita dan obat-obatan yang sedang digunakan, termasuk obat atau suplemen herbal.

Perlu diketahui bahwa hemodialisa tidak disarankan pada pasien gagal jantung, gangguan pembekuan darah, atau pasien yang tanda-tanda vitalnya tidak stabil. 

Sebelum Cuci Darah

Prosedur cuci darah memerlukan persiapan beberapa minggu hingga beberapa bulan sebelumnya. Dokter akan membuat akses ke pembuluh darah untuk memudahkan proses cuci darah. 

Ada tiga jenis akses pembuluh darah yang bisa dibuat oleh dokter, yaitu: 

1. Fistula arteriovenosa (cimino)

Fistula arteriovenosa atau cimino adalah saluran buatan yang menghubungkan arteri dan vena. Jenis ini merupakan akses pembuluh darah yang paling sering disarankan, karena keamanan dan efektivitasnya lebih baik daripada jenis akses lainnya. 

2. Cangkok arterivena 

Cangkok arterivena dilakukan dengan menyambungkan arteri dan vena menggunakan selang sintetis yang fleksibel. Metode akses ini dilakukan jika pembuluh darah pasien terlalu kecil sehingga sulit untuk dibentuk fistula. 

3. Kateter 

Akses pembuluh darah menggunakan kateter (central venous catheter) biasanya menjadi pilihan terakhir dan digunakan dalam jangka waktu tertentu. Ada dua jenis kateter yang bisa digunakan sebagai akses, yaitu: 

Kateter noncuffed 

Kateter noncuffed atau kateter double lumen adalah akses yang dibuat bagi pasien yang membutuhkan cuci darah dalam keadaan darurat. Pada prosesnya, dokter akan memasukkan kateter ke dalam vena besar di leher atau di lipat paha. 

Kateter ini biasanya hanya bersifat sementara, yaitu kurang dari 3 minggu. Kateter akan diangkat jika pasien sudah tidak diharuskan menjalani cuci darah, atau sudah memiliki akses yang lebih permanen, seperti cimino. 

Kateter cuffed (tunnelling) 

Kateter cuffed atau tunnelling adalah kateter yang ditempatkan di bawah kulit, lalu dihubungkan ke vena besar. Tunnelling dapat bertahan hingga lebih dari 3 minggu. Hal ini dilakukan bila cimino atau cangkok arterivena tidak dapat dilakukan atau belum siap digunakan. 

Perlu diketahui bahwa infeksi pada akses pembuluh darah dapat mengganggu prosedur cuci darah. Oleh karena itu, jaga kebersihan akses pembuluh darah guna mencegah infeksi dan komplikasi lain. 

Prosedur Cuci Darah

Prosedur cuci darah atau hemodialisa dapat dilakukan di rumah sakit terdekat. Prosedur ini biasanya berlangsung selama 3–4 jam dan dilakukan 2–3 kali dalam seminggu. 

Berikut adalah tahapan-tahapan prosedur cuci darah:

  • Dokter akan memeriksa kondisi fisik pasien, seperti tekanan darah, suhu tubuh, dan berat badan.
  • Pasien akan diminta untuk berbaring atau duduk selama proses cuci darah berlangsung.
  • Dokter akan membersihkan akses pembuluh darah yang telah dibuat untuk pemasangan jarum.
  • Dokter akan memasang jarum yang telah terhubung dengan selang cuci darah di titik akses yang telah dibersihkan. Satu jarum berfungsi untuk mengalirkan darah dari dalam tubuh ke mesin, sedangkan satu jarum lain akan mengalirkan darah dari mesin ke dalam tubuh.
  • Setelah jarum terpasang, darah akan dialirkan melalui selang steril menuju alat filterisasi atau dialyzer.
  • Mesin akan membuang zat-zat sisa metabolisme dan cairan tubuh yang berlebihan, kemudian darah yang sudah melalui proses cuci darah akan dikembalikan ke dalam tubuh.
  • Setelah prosedur cuci darah selesai, dokter akan mencabut jarum dari lokasi akses pembuluh darah dan menutup bekas tusukan jarum dengan rapat agar pasien tidak mengalami perdarahan. Guna memastikan banyaknya cairan yang dibuang, dokter akan menimbang kembali berat badan pasien.

Selama prosedur cuci darah berlangsung, pasien diperbolehkan untuk melakukan kegiatan santai, seperti menonton televisi, membaca, atau tidur, tetapi harus tetap berada di tempat tidur. 

Dokter akan memantau kondisi pasien secara berkala sehingga pasien dapat memberi tahu dokter jika muncul rasa tidak nyaman selama prosedur cuci darah, seperti mual atau kram perut. 

Setelah Cuci Darah

Pasien dapat langsung pulang setelah menjalani prosedur cuci darah. Walaupun sudah menjalani cuci darah, pasien dianjurkan untuk tetap menjaga kesehatan dengan mengonsumsi makanan bergizi, serta menjaga keseimbangan asupan cairan, protein, dan garam. 

Untuk memastikan bahwa zat sisa metabolisme dan cairan berlebih terbuang dengan baik, dokter akan memantau kondisi pasien sebelum, selama, dan sesudah cuci darah. Dokter juga akan melakukan beberapa tes di bawah ini setidaknya 1 bulan sekali: 

  • Tes rasio reduksi urea (URR) dan total bersihan urea melalui pemeriksaan darah, untuk memantau efektivitas proses cuci darah yang dijalani 
  • Tes pengukuran aliran darah dari akses 
  • Tes hitung sel darah dan kimia dalam darah 

Akut atau kronisnya gagal ginjal akan menentukan berapa lama pasien harus menjalani cuci darah. Umumnya, pasien yang menderita gagal ginjal akut akan berhenti menjalani prosedur ini setelah ginjalnya dapat kembali berfungsi dengan baik.

Komplikasi Cuci Darah

Cuci darah atau hemodialisa merupakan salah satu prosedur medis yang efektif menjaga kualitas hidup pasien gagal ginjal. Namun, seperti prosedur medis pada umumnya, cuci darah juga dapat menimbulkan komplikasi. Berikut adalah beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat cuci darah:

  • Tekanan darah rendah (hipotensi)
  • Kram otot
  • Mual dan kram perut
  • Nyeri dada dan punggung
  • Gatal-gatal
  • Gangguan tidur

Pertolongan segera ke IGD perlu dilakukan pada pasien yang mengalami gejala-gejala berikut:

  • Demam dan menggigil 
  • Perdarahan dari akses pembuluh darah
  • Sesak napas
  • Penurunan kesadaran