BAB bayi berwarna hijau merupakan hal yang normal terjadi. Kondisi ini bisa disebabkan oleh beragam hal, mulai dari susu yang dikonsumsi bayi hingga bagian dari proses pertumbuhannya. Namun, tinja bayi yang berubah warna hijau juga bisa menjadi kemungkinan adanya suatu penyakit.

Sebagai orang tua, Anda perlu memperhatikan adanya perubahan tekstur, jumlah, dan warna BAB pada bayi. Pasalnya, warna tinja merupakan salah satu faktor yang menunjukkan kondisi kesehatan buah hati Anda.

Penyebab BAB Bayi Berwarna Hijau - Alodokter

Bayi baru lahir memang akan mengeluarkan tinja yang berwarna hijau tua atau kehitaman yang disebut mekonium. Kondisi ini adalah hal yang normal dan tidak perlu dikhawatirkan.

Selama proses tumbuh kembangnya, bayi pun akan mengalami perubahan warna BAB, mulai dari hitam atau hijau tua, kuning, jingga, merah, hingga hijau. Namun, untuk beberapa kondisi, BAB bayi berwarna hijau bisa jadi petunjuk dari suatu kondisi yang sedang dialami bayi.

Apa yang Menyebabkan BAB Bayi Berwarna Hijau?

Saat bayi mulai dikenalkan dengan makanan padat, maka apa yang dikonsumsinya tidak hanya berpengaruh pada tekstur kotoran, tapi juga warnanya. Warna hijau pada BAB bayi bisa berasal dari makanan yang dikonsumsinya, seperti kacang hijau, kacang polong, dan bayam.

Di samping makanan yang dikonsumsi bayi, ada juga beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan BAB bayi berwarna hijau, yaitu:

1. Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui

Makanan yang Anda konsumsi dapat memengaruhi kualitas ASI. BAB Si Kecil dapat berubah menjadi hijau jika Anda banyak mengonsumsi sayuran hijau atau makanan dan minuman yang mengandung pewarna makanan hijau.

Selain makanan, suplemen zat besi yang mungkin sedang Anda konsumsi juga bisa memengaruhi kualitas ASI dan menyebabkan BAB Si Kecil berwarna hijau.

2. Tumbuh gigi

Saat tumbuh gigi, tubuh akan memproduksi air liur secara berlebih. Si Kecil pun bisa saja secara tidak sengaja menelan air liur tersebut. Jika terlalu banyak tertelan, air liur inilah yang dapat mengubah warna kotoran bayi menjadi hijau.

3. Foremilk atau hindmilk

BAB Si Kecil berwarna hijau juga bisa terjadi saat ia terlalu banyak mengonsumsi ASI rendah kalori (ASI foremilk) dan terlalu sedikit menerima ASI tinggi lemak (ASI hindmilk).

Foremilk adalah ASI encer yang pertama kali keluar saat ibu menyusui, sedangkan hindmilk adalah ASI yang lebih kental dan muncul pada akhir proses ibu menyusui.

Untuk mengatasinya, biarkan Si Kecil menyusu pada satu sisi payudara lebih lama agar mendapatkan lemak susu yang lebih tinggi. Selain itu, Anda juga bisa memulai proses menyusui dengan sisi payudara yang terakhir diisap Si Kecil.

4. Bayi mengalami alergi

BAB berwarna hijau yang dialami Si Kecil bisa terjadi karena ia mengalami alergi. Alergi dapat dipicu oleh makanan atau susu formula yang diberikan kepada Si Kecil.

Coba Anda perhatikan, jika kotoran Si Kecil berwarna hijau tiap kali diberi ASI atau makanan tertentu dan kondisi tersebut disertai ruam, gatal, bayi tampak rewel, atau sering bersin, maka bisa jadi pertanda ia mengalami alergi.

5. Bayi sedang diare

BAB Si Kecil berwarna hijau juga bisa menunjukkan bahwa dia sedang mengalami diare. Anda bisa mencurigai Si Kecil mengalami diare jika frekuensi BAB menjadi lebih sering dari biasanya, terlihat lemas, dan BAB-nya mencret.

Anda juga perlu mewaspadai jika Si Kecil mengalami diare disertai dengan beberapa gejala lain, seperti demam, mual dan muntah, kurang mau menyusu atau makan, mulut kering, tidak mengeluarkan air mata saat menangis, serta tampak lemas atau tidak aktif seperti biasanya.

Gejala-gejala tersebut menandakan bahwa diare yang diderita Si Kecil telah membuatnya dehidrasi. Solusinya, berikan Si Kecil ASI lebih sering dari biasanya.

Bila Si Kecil sudah bisa mengonsumsi makanan padat, berikan ia ASI atau susu lebih banyak dan cairan rehidrasi oral (misalnya pedialit atau oralit) setiap kali ia BAB atau muntah.

Namun, jika dalam kurun waktu 24 jam diarenya tak kunjung membaik, segera bawa Si Kecil ke dokter. Anda juga perlu membawanya ke dokter bila BAB berwarna hijau sudah terjadi selama lebih dari 5 hari disertai dengan kurang mau makan atau minum, tampak lemas, dan mengalami penurunan berat badan.