Plasenta bayi memiliki peran yang sangat penting, salah satunya untuk menyuplai oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan janin selama berada di dalam kandungan. Gangguan pada plasenta dapat memengaruhi kesehatan dan bahkan mengancam keselamatan bayi.

Selain menyuplai oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan janin, plasenta juga berperan dalam memproduksi hormon pendukung kehamilan, membuang karbon dioksida, serta melindungi janin dari guncangan dan infeksi.

Plasenta Bayi dan Gangguan yang Menyertainya - Alodokter

Macam-Macam Gangguan Plasenta

Peranan plasenta bayi dalam menunjang perkembangan janin dalam kandungan memang sangat penting. Tak heran saat terjadi gangguan pada plasenta, kesehatan dan keselamatan janin bisa terganggu.

Ada beragam gangguan yang bisa terjadi pada plasenta, di antaranya:

1. Plasenta previa

Plasenta previa terjadi ketika sebagian atau seluruh plasenta menutup jalan lahir. Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan melalui vagina, baik selama kehamilan maupun persalinan.

Penyebab plasenta previa tidak diketahui dengan pasti. Meski begitu, ada beberapa faktor yang diduga dapat membuat ibu hamil lebih berisiko menderita plasenta previa, yaitu:

  • Hamil di usia 35 tahun atau lebih
  • Pernah hamil sebelumnya
  • Pernah menjalani operasi caesar
  • Mengandung anak kembar
  • Merokok

2. Plasenta akreta

Plasenta akreta adalah gangguan plasenta di mana pembuluh darah dan jaringan pada organ ini tumbuh terlalu dalam pada dinding rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan pada jalan lahir dan perdarahan hebat setelah melahirkan.

Penyebab plasenta akreta juga belum bisa diketahui dengan pasti. Namun, risiko ibu hamil untuk mengalami plasenta akreta cenderung lebih besar jika pernah melahirkan secara caesar atau telah melahirkan beberapa kali.

3. Solusio plasenta atau abruptio plasenta

Solusio plasenta terjadi ketika plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum persalinan. Solusio plasenta termasuk kondisi yang berbahaya karena dapat menyebabkan pasokan oksigen dan nutrisi ke janin berkurang.

Bahkan, kondisi ini bisa membahayakan nyawa ibu hamil akibat perdarahan yang hebat serta menyebabkan kematian pada bayi baru lahir.

4. Retensi plasenta

Retensi plasenta merupakan gangguan di mana plasenta atau ari-ari tidak keluar dari dalam rahim setelah 30 menit persalinan. Gangguan plasenta ini dapat terjadi karena kontraksi rahim tidak cukup kuat untuk mendorong plasenta keluar.

Retensi plasenta juga bisa terjadi akibat plasenta tumbuh terlalu dalam di dinding rahim (plasenta akreta) atau plasenta terperangkap di belakang dinding rahim sehingga sulit untuk keluar. Retensi plasenta termasuk dalam komplikasi kehamilan yang berbahaya karena dapat menyebabkan infeksi dan kematian akibat perdarahan yang hebat.

Gangguan plasenta memang sulit untuk dicegah karena tidak diketahui dengan jelas penyebabnya. Meski begitu, kondisi ini dapat diantisipasi dan diketahui sejak dini dengan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin ke dokter.