Plasenta letak rendah adalah kondisi ketika letak plasenta berada di bagian bawah rahim, sehingga berisiko menutupi jalan lahir dan menyebabkan perdarahan saat persalinan. Kondisi ini baru bisa dipastikan melalui pemeriksaan USG oleh dokter.

Normalnya, plasenta akan tumbuh dan berkembang di bagian atas atau samping rahim sehingga tidak menutupi serviks atau jalan lahir. Namun, pada kondisi plasenta letak rendah, plasenta akan tumbuh dan berkembang di bagian bawah rahim dengan tepi bawahnya berjarak kurang dari 2 cm dari lubang rahim bagian dalam.

Plasenta Letak Rendah, Kenali Gejala dan Penanganannya - Alodokter

Penyebab terjadinya plasenta letak rendah belum diketahui secara pasti. Namun, ibu hamil yang pernah menjalani operasi pada rahim, ada riwayat plasenta tumbuh menutupi jalan lahir sebelumnya (plasenta previa), pernah keguguran, atau berusia 35 tahun saat hamil, diketahui lebih tinggi risikonya mengalami plasenta letak rendah.

Gejala Plasenta Letak Rendah

Plasenta letak rendah tidak selalu menimbulkan gejala, terutama jika posisinya belum terlalu dekat dengan jalan lahir. Namun, bila plasenta berada cukup dekat dengan serviks, kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan dari vagina selama kehamilan.

Biasanya, perdarahan yang disebabkan oleh kondisi ini punya ciri tersendiri, yaitu:

  • Lebih sering terjadi pada trimester 3 kehamilan
  • Darah yang keluar berwarna merah cerah
  • Terjadi berulang kali
  • Disertai kram atau kontraksi perut

Jika perdarahan akibat plasenta letak rendah berat dan terus menerus, ibu hamil bisa kekurangan darah dan mengalami gejala seperti kulit pucat, denyut nadi lemah, atau tekanan darah rendah.

Langkah Penanganan Plasenta Letak Rendah

Posisi plasenta dapat diketahui melalui pemeriksaan USG oleh dokter. Plasenta letak rendah sering dianggap sama dengan plasenta previa, padahal keduanya tidak sepenuhnya sama. Pada plasenta previa, plasenta berada di bagian bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh serviks (jalan lahir).

Sementara itu, pada plasenta letak rendah, plasenta berada di bagian bawah rahim tetapi belum tentu menutupi jalan lahir, meski berisiko menutupinya seiring bertambahnya usia kehamilan.

Plasenta letak rendah umumnya terdeteksi pada usia kehamilan sekitar 20 minggu atau trimester kedua. Pada kondisi ini, ada dua kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu plasenta bergerak ke atas menjauhi jalan lahir atau justru semakin mendekati dan menutupi serviks menjelang hari perkiraan lahir (HPL).

Untuk mencegah terjadinya perdarahan, ibu hamil dengan plasenta letak rendah dianjurkan untuk menghindari hubungan intim serta mengurangi aktivitas berat, seperti olahraga intens. Pemeriksaan dalam juga sebaiknya dilakukan hanya atas anjuran dokter.

Metode persalinan akan ditentukan berdasarkan posisi plasenta di akhir kehamilan. Jika plasenta bergerak menjauhi jalan lahir, dokter masih dapat mempertimbangkan persalinan normal melalui vagina. Namun, jika plasenta semakin mendekati atau menutupi serviks, dapat terjadi dua kondisi berikut:

  • Plasenta previa parsialis, yaitu posisi plasenta yang menutupi sebagian serviks
  • Plasenta previa totalis, yaitu posisi plasenta yang menutupi seluruh serviks

Nah, jika Bumil mengalami kedua kondisi tersebut, pilihan melahirkan melalui operasi caesar menjadi satu-satunya cara. Alasannya, letak plasenta tersebut berisiko membuat pembuluh darah yang menghubungkan plasenta dan rahim robek saat persalinan normal. Hal ini bisa membahayakan keselamatan ibu hamil maupun janin.

Ibu hamil yang diketahui mengalami plasenta previa juga tidak boleh menjalani pemeriksaan dalam secara langsung (vaginal toucher), karena bisa menyebabkan perdarahan.

Jika Bumil masih memiliki pertanyaan terkait plasenta letak rendah atau ingin menanyakan seputar kondisi kehamilan lainnya, Bumil dapat berkonsultasi dengan dokter melalui fitur Chat Bersama Dokter di aplikasi ALODOKTER.